Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada, 7 Kondisi Ini Belum Berarti Aman dari Virus Corona

Baca di App
Lihat Foto
DOK. KLINIK ERHA
Klinik ERHA menjalankan protokol kesehatan kepada konsumen di Jakarta, Senin (8/6/2020). ERHA memiliki SOP yang mewajibkan seluruh staf dan dokter yang bertugas untuk melakukan pengecekan suhu dan menggunakan APD selama melayani pelanggan.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Pemerintah di berbagai negara berangsur-angsur melonggarkan pembatasan. Banyak sektor mulai dibuka dengan protokol kesehatan.

Keadaan tersebut juga terjadi di Indonesia. Meskipun kasus harian yang dilaporkan masih di kisaran angka 1.000 kasus per hari, tapi opsi new normal atau tatanan hidup baru mulai menjadi pilihan.

Akan tetapi apakah semua itu artinya kondisi sudah aman? Berikut ini hal-hal yang perlu diwaspadai karena kondisi seperti ini bisa menipu.

1. Ekonomi dibuka, pandemi mereda?

Dilansir CNN, Kamis (2/7/2020), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membantah apabila ekonomi dibuka artinya pandemi mereda.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Amerika Serikat misalnya, hanya sekitar 5-8 persen dari populasi AS yang terinfeksi virus corona baru. Artinya masih lama untuk mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok.

Kekebalan kelompok biasanya terjadi ketika 70-90 persen popilasi menjadi kebal terhadap penyakit menular, baik karena orang yang terinfeksi telah pulih atau karena mereka divaksinasi.

Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Dr. Robert Redfield mengatakan semua orang perlu mengambil tanggung jawab pribadi untuk memperlambat transmisi atau penyebaran Covid-19.

Baca juga: Update Virus Corona di Dunia 4 Juli: 11,1 Juta Orang Terinfeksi, WHO Minta Negara-negara Serius

2. Muda dan sehat

Infeksi Covid-19 telah meroket pada Gen Z atau generasi Z dan kelompok usia milenial.

Walaupun tingkat kematiannya lebih rendah dibandingkan orang dewasa, banyak remaja yang berjuang untuk sembuh dengan efek jangka panjang.

Redfield mencontohkan di Florida, kelompok usia yang terinfeksi pada bulan Maret rata-rata adalah 60-an tahun.

Tapi dalam beberapa minggu terakhir, usia rata-rata yang terinfeksi Covid-19 adalah 18-30 tahun.

Salah satu remaja di Florida, Erika Crisp dan 15 orang temannya pergi merayakan ulang tahun pada awal Mei. Mereka merayakan di sebuah bar tanpa memakai masker.

Pada akhirnya mereka terinfeksi Covid-19. Crisp mengatakan bahwa menurutnya virus itu tidak terlihat dan tidak terpikirkan, karena mereka tak tahu siapa yang awalnya telah terinfeksi.

Sekelompok anak muda itu juga memiliki rasa aman yang salah, kata Crisp, karena gubernur mereka mengatakan sudah aman untuk dibuka kembali.

"Aku merasa bodoh. Ini terlalu cepat," kata Crisp.

Selain itu, Dokter dari New Jersey Dr. Jen Caudle mengatakan dia melihat pasien muda yang menderita komplikasi serius atau jangka panjang dari Covid-19.

Gejalanya termasuk stroke, sesak napas, kelelahan, atau ketidakmampuan untuk mencium dan merasakan lama setelah pulih dari virus.

Baca juga: Update Corona di ASEAN: Filipina Catatkan Kasus Harian Tertinggi

3. Cek suhu

Pemeriksaan suhu tidak mendeteksi orang yang terinfeksi corona tapi tanpa gejala atau dengan gejala ringan. Mereka tidak merasa sakit tapi masih menular.

CDC memperkirakan sekitar 40 persen dari transmisi penularan virus corona merupakan Orang Tanpa Gejala (OTG).

Bahkan mereka yang memiliki gejala mungkin tidak mengalami demam. Ada bukti bahwa banyak orang tua atau lansia yang mengalami komplikasi parah tapi tak mengalami demam sama sekali.

4. Memakai masker

Seorang ilmuwan peneliti di University of San Francisco Jeremy Howard mengatakan meskipun perekonomian dibuka, memakai masker menjadi lebih penting.

Howard mengamati selama 4 bulan terakhir di Texas, orang-orang yang memakai masker mulai menurun seiring dibukanya kembali perekonomian.

Sekarang, kota Texas terpaksa harus menutup kembali beberapa bisnisnya, karena virus berbahaya Covid-19 bangkit lagi.

Menurut penelitian Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan Universitas Washington, jika 95 persen orang Amerika mengenakan masker di muka umum, itu dapat mencegah 33.000 kematian pada 1 Oktober.

Baca juga: Ramai Rapid Test Dijadikan Syarat UTBK di Surabaya, Seberapa Efektif?

5. Tingkat kematian menurun

AS baru-baru ini melaporkan jumlah tertinggi kasus Covid-19 baru dalam satu hari dan dokter mengatakan tingkat infeksi melampaui peningkatan dalam pengujian.

Menurut seorang profesor di Fakultas Kedokteran Universitas George Washington Dr. Jonathan Reiner kasusnya meroket hingga 40.000 kasus per hari.

Meski kasus meroket, jumlah kematian harian Covid-19 umumnya menurun. Namun dokter memperingatkan untuk jangan tertipu.

"Kami sudah agak datar mengenai tingkat kematian yang berfluktuasi antara 600-800 kematian per hari," ujar Reiner.

Pertama, kematian akibat Covid-19 sering terlambat. Diperlukan waktu hingga 2 minggu hingga gejala muncul.

Setelah itu orang mungkin tidak segera dites. Kemudian, perlu waktu lebih lama untuk kasus yang parah untuk memerlukan rawat inap.

Reiner mengatakan, kemudian dibutuhkan sekitar 1 minggu sampai mereka meninggal.

6. Sudah dites negatif

Menurut Penn Medicine ketika seseorang sudah dites Covid-19 dan hasilnya negatif, itu bukan berarti sudah aman dan berhenti mengambil tindakan pencegahan.

"Kadang-kadang ada negatif palsu, yang berarti Anda memiliki penyakit tetapi tes tidak mendeteksi itu," kata Penn.

Lanjutnya, masih ada kemungkinan Anda mendapat hasil negatif walau terinfeksi virus corona.

7. Pasrah pada herd immunity

Menurut Rodriguez itu bukan ide yang baik, karena rumah sakit atau unit perawatan intensif sudah mendekati penuh atau hampir penuh di banyak tempat.

Selain itu, walaupun seseorang terinfeksi virus corona yang tidak parah, virus ini sangat menular. Sehingga virus ini berbahaya.

Lalu jika pasien virus corona semakin banyak, rumah sakit akan dipenuhi oleh mereka. Sehingga pasien penyakit lain atau korban kecelakaan tidak mendapat tempat.

Baca juga: Melihat Jepang dalam Melakukan Contact Tracing Covid-19, Ternyata Begini Caranya...

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi