Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Akan Tinjau Hasil Uji Coba Obat Virus Corona dalam Dua Minggu

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Alexandros Michailidis
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan melihat hasil sementara pada uji coba obat yang disebut berpotensi untuk virus corona.

Obat yang tengah diujicobakan dalam program “Solidarity Trial” tersebut diharapkan dapat dilihat hasilnya dalam dua minggu ke depan.

"Kelompok itu meninjau data dari uji coba solidaritas dan menyetujui perlunya lebih banyak uji coba untuk menguji berbagai kelas terapi pada berbagai tahap penyakit," kata Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus sebagaimana dikutip dari ABCNews, Sabtu (4/7/2020).

Ia mengatakan, saat ini hampir 5.500 pasien di 39 negara yangikut dalam solidarity trial.

“Kami mengharapkan, hasil sementara dua mingu ke depan,” tambah Tedros.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Solidarity trial dimulai dengan studi terhadap lima kandidat obat yakni hydroxychloroquine, remdesivir, lopinavir/ritonavir, serta gabungan lopinavir/ritonavir dan interferon.

Meski demikian, pada 17 Juni 2020, WHO mengumumkan bahwa penggunaan hydroxychloroquine untuk solidarity trial dihentikan

Kelompok eksekutif persidangan dan penyelidik utama WHO membuat keputusan berdasarkan bukti percobaan bahwa pemulihan Inggris menunjukkan HCQ tidak menghasilkan pengurangan mortalitas pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit jika dibandingkan standar perawatan yang ada.

Kepala Program Kedaruratan WHO Dr. Mike Ryan menilai tidak bijaksana untuk memprediksi kapan vaksin diluncurkan.

"Vaksin mungkin telah menunjukkan kemanjuran pada akhir tahun ini. Pertanyaannya adalah apakah skala produksi vaksin itu akan cukup bagi kita untuk mulai memvaksinasi orang pada awal tahun 2021," kata dia.

Baca juga: Perkembangan Terkini Vaksin Virus Corona: Indonesia, China, hingga India

5.500 pasien dari 21 negara

Melansir dari situs WHO, Per 1 Juli 2020, hampir 5.500 pasien telah direkrut di 21 negara dari 39 negara yang memiliki persetujuan untuk mulai merekrut.

Secara keseluruhan, telah lebih dari 100 negara di 6 wilayah WHO bergabung atau menyatakan berminat untuk bergabung dalam uji coba.

Pada tahap awal pengujian, obat Chloroquin digunakan untuk pengujian. Akan tetapi, pada 25 Mei 2020, WHO mengumumkan Chloroquin dikeluarkan dari uji coba.

Hanya Hydroxychloroquine yang digunakan. Meskipun, pembaruan terbaru hydroxychloroquine penggunaannya dihentikan untuk uji coba.

Alasan WHO melakukan uji ini karena adanya tekanan Covid-19 terhadap sistem kesehatan sehingga perlu adanya kecepatan dan skala dalam uji coba.

Padahal, uji klinis acak biasanya membutuhkan waktu hingga bertahun-tahun.

Uji coba ini diharapkan akan mengurangi waktu yang dibutuhkan hingga 80 persen. 

Solidarity trial Indonesia

Terkait program solidarity trial, Indonesia juga mengikuti program ini.

Melansir pemberitaan Kompas.com, 25 April 2020, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan Dr Irmansyah mengatakan, ada 22 rumah sakit yang siap mengikuti program tersebut.

“Kalau kami erhatikan 22 rumah sakit tadi adalah kombinasi dari rumah sakit-rumah sakit vertikal maupun rumah sakit daerah dan juga RS swasta, RS universitas dan ada RS yang ada di bawah TNI AU. Jadi RS ini kita anggap sebagai batch pertama yang akan terlibat dalam penelitian Solidarity Trial,” ujar Irmansyah.

Baca juga: Jepang Setujui Remdesivir Dipakai sebagai Obat Virus Corona

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi