Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marak Penjualan Kawat Gigi dan Karet Behel Murah, Pahami Risikonya

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi kawat gigi
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Penjualan secara online kawat gigi dan karet behel untuk kawat gigi banyak ditemukan. Harganya bahkan sangat murah.

Banyak juga yang membelinya. Penjualan ini dilakukan secara bebas dan pemasangannya tanpa pengawasan tenaga medis.

Di salah satu grup, ada yang membagikan promosi penjualan kawat gigi dan karet behel ini.

Adapun harga yang ditawarkan berkisar Rp 70.000 untuk behel atas atau behel bawah dan Rp 100.000 untuk behel atas dan bawah.

Salah satu pengguna Twitter, @Oinkoink124, mengungkapkan, penjualan karet behel dan alat lain yang dijual bebas menimbulkan kekhawatiran.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Dari beberapa tahun lalu emang udah banyak yg jual karet behel dan alat2 lainnya, menurutku yg bikin khawatir itu kebersihannya dan kondisi gigi yg dibehel itu penanganannya yg paham ya dokter giginya," tulis Oinkoink dalam twitnya, Jumat (3/7/2020).

Pahami risikonya

Dokter spesialis ortodontis di Difa OHC, drg Adianti, MDSc.,Sp.Ort mengungkapkan, ada dua faktor bisa menimbulkan risiko bagi yang memakai, yaitu bahan karet dan pihak yang memasang.

Menurut dia, untuk bahan yang murah atau tidak atas rekomendasi dokter gigi, kita tidak tahu apakah bahannya aman jika terkena makanan atau tidak. 

"Kalau yang di medsos itu yang dijual cuma karet ya, kalau bahan karetnya tidak biokompatibel sama rongga mulut sudah pasti alergi dan bahaya kalau termakan," ujar Adianti saat dihubungi Kompas.com, Jumat (3/7/2020).

Baca juga: Kawat Gigi Transparan, Merapikan dengan Rasa Sakit Minim

Selain jenis karet, penting juga mengetahui bahan kawat gigi yang dijual bebas di pasaran.

"Kalau bahan kawatnya enggak aman, bisa bikin keracunan, alergi, dan lainnya. Karena kawat, karet, kalau dipasang di dalam mulut akan berisiko untuk terkena makanan. Jika terkena makanan yang panas atau dingin apakah akan berubah menjadi zat berbahaya atau tidak," ujar Adianti.

Jika membeli kawat atau karet behel murah, perlu dipertimbangkan gesekan yang terjadi.

Misalnya, ada partikel kecil yang terlepas dan sangat mungkin tertelan, pasti akan menimbulkan bahaya. Apalagi, jika bahan tersebut tidak tergolong bahan biokompatibel.

Harus dipasang oleh ahlinya

Pemasangan kawat gigi juga tak bisa sembarangan. Adianti mengungkapkan, pemasangan behel harus dengan gerakan dan tekanan tertentu. Yang memahami hal ini adalah mereka yang berkompeten.

Sebab, jika tekanan tidak terukur maka berisiko merusak tulang dan menyebabkan gigi goyang.

"Pakai behel itu kan artinya kita merusak tulang dengan terukur dan terencana. Kalau yang masang dokter gigi spesialis ortodontis, gerakan gigi dan tekanan dari karetnya sudah terukur dan terencana," ujar Adianti.

"Bahaya yang paling berat ya giginya lepas, keluar dari tulang, dan tulang rahangnya rusak," lanjut dia. 

Oleh karena itu, Adianti mengimbau masyarakat untuk memahami bahayanya behel abal-abal.

Ia mengatakan, jika alasan mereka yang membeli behel murah di media sosial karena tingginya biaya pemasangan behel di dokter gigi spesialis ortodontis, ada alternatif lainnya. 

"Padahal kalau untuk harga yang murah, bisa dicari alternatif lain, misalnya ke rumah sakit pendidikan di fakultas kedokteran gigi yang punya program spesialis. Harganya jauh lebih murah dan proses pengerjaannya diawasi oleh dokter konsulen," ujar dia.

Ia menambahkan, dokter gigi tanpa spesialisasi juga tidak diperbolehkan memasang behel secara bebas.

Sebab, perawatan behel atau kawat gigi hanya boleh dilakukan oleh dokter gigi spesialis ortodonti yang memang belajar lebih dalam mengenai pergerakan gigi.

"Jadi, dokter umum saja tidak berhak, apalagi ahli gigi yang tidak memiliki ilmu medis dan teori perawatan gigi sama sekali," kata Adianti.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi