Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Hentikan Uji Coba Hidroksiklorokuin, di Indonesia Masih Digunakan Terbatas

Baca di App
Lihat Foto
GEORGE FREY
pil Hydroxychloroquine diletakkan di atas meja di Rock Canyon Pharmacy di Provo, Utah, pada 20 Mei 2020. Presiden AS Donald Trump mengumumkan pada 18 Mei 2020, ia telah menggunakan hydroxychloroquine selama hampir dua minggu sebagai tindakan pencegahan terhadap Covid-19. Menurut kajian terbaru yang terbit di jurnal Lancet, obat ini justru meningkatkan risiko kematian pada pasien Covid-19. (Foto oleh GEORGE FREY / AFP)
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Indonesia belum menarik penggunaan secara terbatas obat hidroksiklorokuin atau hydroxychloroquine sebagai obat yang digunakan pada pasien dengan Covid-19.

Melansir situs resmi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang telah dikonfirmasi Kompas.com, obat hidroksiklorokuin dan klorokuin masih menjadi pilihan pengobatan secara terbatas.

Meskipun penggunaan dua obat tersebut pada keadaan darurat Covid-19 di Amerika Serikat dan Inggris telah dihentikan berdasarkan penelitian yang tengah berlangsung.

Lebih lanjut, pemakaian obat ini sejalan dengan persetujuan penggunaan terbatas saat darurat dari BPOM, di mana obat diutamakan pada pasien dewasa dan remaja yang memiliki berat 50 kg atau lebih dan dirawat di rumah sakit.

Berikut pernyataan BPOM:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Berita terkait dihentikannya penggunaan klorokuin dan hidroksiklorokuin pada keadaan darurat COVID-19 di Amerika Serikat dan di Inggris masih didasarkan pada penelitian yang sedang berlangsung. Namun, di negara lain termasuk Indonesia obat ini masih merupakan salah satu pilihan pengobatan yang digunakan secara terbatas pada pasien COVID-19. Hal ini sejalan dengan persetujuan penggunaan terbatas saat darurat dari Badan POM yang dikeluarkan pada bulan April 2020, di mana diutamakan pada pasien dewasa dan remaja yang memiliki berat 50 kg atau lebih yang dirawat di rumah sakit."

Baca juga: Studi Baru: Klorokuin dan Hidroksiklorokuin Tak Menunjukkan Manfaat untuk Pasien Covid

Dijelaskan, penelitian observasional penggunaan klorokuin dan hidroksiklorokuin pada pasien Covid-19 yang berlangsung di beberapa rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa obat tidak meningkatkan risiko kematian dibandingkan pengobatan standar pada Covid-19.

Meskipun menimbulkan efek samping pada jantung berupa peningkatan interval QT pada rekaman jantung, tetapi tidak menimbulkan kematian mendadak.

Efek samping ini sangat sedikit karena sudah diketahui sehingga bisa diantisipasi sebelumnya.

Selain itu, disebutkan bahwa penggunaan obat dapat mempersingkat lama rawat inap di rumah sakit pada pasien Covid-19.

Kendati begitu, ditegaskan bahwa penggunaan kedua obat harus tetap merujuk pada informasi kehati-hatian tentang adanya risiko gangguan jantung pada penggunaan klorokuin dan hidroksiklorokuin.

Hal itu sebagaimana tercantum pada Informatorium Obat Covid-19 di Indonesia yang diterbitkan BPOM dan Protokol Tatalaksana Covid-19 yang diterbitkan bulan April 2020 yang diterbitkan lima asosiasi profesi (PDPI, PAPDI, PERKI, IDAI, dan PERDATIN).

BPOM mengklaim terus memantau dan menindaklanjuti isu yang ada.

Baca juga: WHO Hentikan Uji Coba Hidroksiklorokuin dan Obat HIV pada Pasien Covid-19

Pada 29 Juni 2020 lalu, BPOM mengingatkan masyarakat untuk tidak menggunakan obat, termasuk hidroksiklorokuin tanpa resep dokter untuk mengobati infeksi virus corona.

Sebab obat ini tergolong obat keras, sehingga memerlukan pengawasan dokter dalam proses konsumsinya.

"Kami mengimbau pada masyarakat untuk tidak menggunakan atau mendapatkan baik hydroxyhloroquine, chloroquine maupun dexamethasone secara bebas. Harus dengan resep dokter dan dibawah pengawasan dokter," kata Direktur Registrasi Obat BPOM Rizka Andalucia.

Pembelian obat ini pun harus dilakukan di toko distribusi farmasi yang legal.

Melansir CNA, pada 4 Juli 2020, WHO telah menghentikan uji coba obat hidroksiklorokuin dan kombinasi obat HIV lopinavir/ritonavir pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.

Penghentian ini dilakukan setelah kombinasi obat-obat tersebut dinilai gagal mengurangi kematian pasien Covid-19. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi