Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa TikTok Begitu Digandrungi dan Bahkan Membuat Kecanduan?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/A. FAIZAL
capture video tiktok 3 perempuan menari India di Jembatan Suramadu.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Saat ini TikTok menjadi salah satu platform media sosial yang paling banyak digandrungi masyarakat.

Ajaibnya, aplikasi yang banyak menawarkan tantangan menari dan lypsinc video parodi ini tidak hanya diminati kalangan muda sebagaimana Instagram dan Twitter, namun juga mereka kalangan dengan usia lebih dewasa.

Mengutip Forbes, 18 Januari 2020 aplikasi buatan perusahaan startup China ini sepanjang 2019 kemarin memiliki penambahan 682 juta pengguna baru yang rata-rata bermain TikTok selama 50 menit dalam seharinya.

Baca juga: Seorang Wanita Mengaku Terkena Sindrom TikTok, Apa Kata Psikiater?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak hanya memiliki banyak pengguna, TikTok juga mampu membuat penggunanya melakukan berbagai macam cara demi sukses atau terlihat keren dalam memainkan sebuah tantangan.

Banyak yang mencapai tujuan itu dengan cara yang wajar, namun tidak sedikit juga yang melakukannya dengan cara yang berbahaya atau bahkan melanggar hukum, sebagaimana tiga orang perempuan yang berjoget membuat video TikTok di jembatan Suramadu, Surabaya.

Baca juga: 5 Faktor Mengapa Game Bisa Membuat Kecanduan Pemainnya

Lalu apa sebenarnya yang membuat pengguna TikTok begitu menggilai aplikasi ini dan melakukan bermacam cara untuk membuat kontennya?

Pakar media sosial modern dan hiburan Dr Julie Albright menyebut orang yang menggunakan TikTok diibaratkan sebagai seseorang yang tengah menghipnotis dirinya sendiri.

"Ketika Anda men-scroll (laman aplikasi) Anda akan melihat foto atau hal yang menyenangkan dan menarik perhatian. Anda mendapatkan dopamin kecil itu di pusat kesenangan otak, jadi Anda ingin terus men-scroll-nya," kata Albright, mengutip Forbes (18/1/2020).

Baca juga: Viral Video Kecelakaan Tunggal di Tol Pemalang-Batang, Mobil Ditembus Besi Pembatas Jalan

Di saat menyelami laman aplikasi, kadang kita juga menemukan hal yang tidak begitu disukai atau mungkin biasa-biasa saja. Itulah yang disebut Albright sebagai diferensiasi yang membuat siapapun kecanduan.

Hal yang sama sebenarnya juga dimiliki oleh Instagram, Snapchat, dan Facebook.

"Dalam istilah psikologis ini disebut penguatan acak. Terkadang kamu menang, terkadang kamu kalah, begitulah platform ini dirancang. Mereka persis seperti mesin slo," ujar Albright.

"Kita tahu ada kecanduan judi, kan? Tapi kita tidak sering berbicara tentang bagaimana perangkat kita, platform, dan aplikasi ini memiliki kualitas adiktif yang sama dengan mereka," lanjutnya.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: YouTube Diluncurkan, Bagaimana Awal Mulanya?

Kontrol waktu

Pengaruh ini terutama banyak terjadi pada kelompok usia muda yang masih dalam tahap perkembangan. Namun bukan berarti ini hanya terjadi pada mereka yang ada di usia anak-anak atau remaja saja.

Hanya saja, jika kecanduan seperti ini terjadi pada anak remaja, Albright sangat menyayangkan.

Pasalnya mereka masih dalam tahap berkembang dan membutuhkan banyak waktu untuk memperhatikan hal-hal yang lebih penting, misalnya mengikuti pelajaran, menumbuhkan bakatnya, dan sebagainya.

Baca juga: Menilik Peran Artis yang Kini Beralih Menjadi YouTuber, Ada Apa?

Jadi, sebisa mungkin setiap orang harus bisa mengontrol lama waktu mereka dalam bermain TikTo, juga memperhatikan cara apa yang akan digunakan untuk membuat konten di TikTok itu.

Jangan sampai mereka kehilangan banyak waktu hanya untuk menggulir layar dan membuat konten-konten media sosial, sementara kehidupan nyata yang terus berjalan mereka kesampingkan.

Baca juga: 5 Youtuber Terkaya di Dunia yang Mengelola Channel Game

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 10 Youtuber Indonesia dengan Penghasilan Tertinggi

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi