Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Pelanggan Ojol Marah Dipanggil "Kak", Apa Ada yang Salah?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi ojek online, tarif baru ojek online
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Panggilan "kak" kependekan dari pangkilan "kakak", sempat menjadi salah satu trending topic di Twitter pada Minggu (5/7/2020) malam.

Penyebabnya adalah unggahan dari akun @tubbirfess yang menampilkan hasil tangkapan layar twit seorang warganet kepada akun resmi Grab Indonesia @GrabID.

Dalam tangkapan layar tersebut, terlihat seorang warganet yang juga pengguna jasa ojek online menyampaikan kemarahannya karena dipanggil oleh drivernya dengan sebutan "kak".

Unggahan tersebut kemudian mendapat tanggapan cukup ramai dari warganet.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka menyebut tidak ada alasan bagi customer tersebut untuk marah, karena panggilan "kak" adalah panggilan yang netral dan memiliki maksud untuk menghormati customer.

Baca juga: Rekomendasi 5 Film Serial Terpopuler untuk Temani Masa-masa di Rumah

Ingin menghormati

Unggahan asli dari warganet tersebut saat ini sudah dihapus, namun akun resmi Grab Indonesia sempat menanggapi twit itu.

Menurut Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Rose Mini, ada keinginan untuk menghormati orang lain ketika memanggil dengan panggilan tertentu.

Dalam kasus yang ramai di Twitter itu, Romy, begitu ia biasa disapa, menyebut panggilan 'kak' digunakan oleh driver kepada customer untuk menunjukkan penghormatan kepada customer yang tidak diketahui gender dan juga usianya.

"Daripada 'mas' atau 'mbak', kalau 'mas' sudah tertuju pada laki-laki, mbak tertuju pada perempuan," kata Romy saat dihubungi Kompas.com (5/7/2020).

Dia sendiri tidak melihat ada yang perlu dipermasalahkan dari panggilan 'kak' atau 'kakak'.

Menurutnya, dengan menggunakan panggilan tersebut, tidak serta merta menunjukkan bahwa ada hubungan saudara, melainkan lebih karena ingin menghormati.

"Kalau manggil nama, itu biasanya yang sudah punya hubungan dekat. Jadi, kalau misalnya ada yang manggil nama saya 'Hei, Romy' padahal saya belum terlalu kenal, tentu saya akan bertanya 'Siapa dia? Kok berani manggil nama saya begitu saja'," kata Romy.

Baca juga: Viral Unggahan tentang Petunjuk Lokasi Gunakan Arah Mata Angin, Ini Penjelasan Budayawan

Ada perbedaan konteks budaya

Dikonfirmasi terpisah, Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Drajat Tri Kartono menyebut ada perbedaan konteks budaya dalam memahami panggilan 'kak' antara customer dan driver Grab.

"Kalau saya melihat, penolakan dia (customer) yang keras itu mengandung konsepsi tentang gender. Sepertinya dia merasa panggilan 'kak' itu adalah panggilan untuk kakak perempuan, maka kemudian dia menyebut istilah-istilah yang spesifik keperempuanan itu, karena dia merasa tidak dihargai sebagai laki-laki," jelas Drajat saat dihubungi Kompas.com (5/7/2020).

Hal itu terjadi karena perbedaan orientasi gender. Dia (customer) merasa harus dihargai sebagai laki-laki, tetapi ia menganggap bahwa panggilan 'kak' itu untuk perempuan.

Sehingga, timbul selisih pemahaman karena perbedaan konteks pengetahuan dan konsep budaya.

Drajat juga menjelaskan bahwa panggilan-panggilan seperti 'kak', 'mas', 'mbak', muncul karena ada kesepakatan sosial kolektif di masyarakat.

Panggilan-panggilan tersebut, menurutnya muncul karena adanya nilai penghormatan serta kesopanan, juga untuk menghargai status seperti usia.

Baca juga: Beri Mahar Sandal Jepit dan Segelas Air, Pengantin Pria: Tak Ada Niat Ingin Viral

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi