Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dapat 56 Juta Dollar AS dari Norwegia atas Penurunan Emisi, Ini Pesan untuk Pemerintah

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Reinhard Tiburzy
Ilustrasi perubahan iklim dari emisi karbon dapat menjadi pandemi baru bagi penduduk dunia.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Pemerintah Norwegia diketahui akan membayar hasil kerja penurunan emisi karbondioksida yang disebut berhasil dilakukan Indonesia.

Melansir laman resmi Pemerintah Norwegia, 3 Juli 2020, disebutkan bahwa pemerintah Norwegia akan melakukan pembayaran berbasis hasil (Result Based Payment) sebagai hasil kerja sama REDD+ (Reduction of Emissions from Deforestation and Forest Degradation).

Adapun jumlah penurunan emisi yang berhasil dicapai oleh Indonesia pada 2016-2017 yang hendak dibayarkan tersebut adalah 11,2 juta ton CO2eq.

Artinya, nilai yang akan dibayarkan adalah 56 juta dollar AS atau setara dengan Rp 813,3 miliar (kurs Rp 14.500).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebab, harga pasaran karbon dunia saat ini adalah 5 dollar AS atau Rp 72.617 per ton.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Nur Hidayati menyebutkan, pengakuan ini memang penting.

Baca juga: Pemerintah Norwegia Bayar 56 Juta Dollar AS kepada Indonesia untuk Emisi yang Turun

Namun, perlu juga diperhatikan hal-hal lainnya.

"Pengakuan dari dunia internasional atas upaya Indonesia memperbaiki kondisi hutannya tentu saja menjadi sesuatu yang penting. Namun, hendaknya ini didasari atas kesadaran pemerintah sendiri atas tanggung jawabnya terhadap nasib rakyat Indonesia sendiri," ujar Nur saat dihubungi Kompas.com, Senin (6/7/2020) siang.

Menurut dia, masyarakat selama ini sudah banyak menderita akibat kerusakan hutan yang mengakibatkan dampak negatif.

"Jadi bukan hanya karena sekadar mengejar pengakuan internasional," lanjut dia.

Nur juga mengungkapkan harapan agar Pemerintah Norwegia dapat turut memastikan bahwa kondisi ini akan menjadi semakin baik.

"Di sisi lain, kita tentunya berharap Pemerintah Norwegia juga bisa turut serta memastikan hasil ini bisa makin membaik," kata Nur.

Adapun caranya antara lain adalah dengan turut mengkritisi berbagai produk yang dihasilkan oleh Indonesia yang masuk ke pasar Eropa dan diketahui berkontribusi terhadap kerusakan hutan, deforestasi, maupun emisi dari karhutla.

Baca juga: Tipu Muslihat Emisi Gas Rumah Kaca di Balik Langit Bersih Saat Corona

Misalnya, produk-produk dari hutan tanaman industri (HTI).

"Pemerintah Norwegia juga diimbau untuk memastikan agar institusi pembiayaan yang berasal dari Norwegia tidak terlibat dalam pembiayaan proyek-proyek atau usaha-usaha yang memperburuk kondisi hutan Indonesia," kata Nur.

Pada tahun ini, Indonesia-Norwegia juga memperingati 70 tahun hubungan diplomatiknya sekaligus 10 tahun kemitraan dalam kerangka kerja sama REDD+.

Menurut informasi di laman resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Pemerintah Norwegia dan Indonesia bekerja sama untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dari deforestasI, degradasi hutan, dan kehilangan lahan gambut, melalui Letter of Intent yang ditandatangani pada 26 Mei 2010 silam.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi