Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Gempa di Rangkasbitung dan Jepara, Mengapa Indonesia Kerap Dilanda Gempa Bumi?

Baca di App
Lihat Foto
Buku Peta Gempa Indonesia, PusGeN, 2017
Gambar 1. Peta zona pertemuan lempeng aktif serta kemenerusan sesar aktif di Kepulauan Indonesia (Sumber: Buku Peta Gempa Indonesia, PusGeN, 2017)
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS - Setelah Jepara, gempa bermagnitudo 5,4 juga mengguncang Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, Selasa (7/7/2020) siang sekitar pukul 11.44 WIB.

Berdasarkan data dari BMKG, gempa terjadi di 18 kilometer Barat Daya Rangkasbitung, dan berada di kedalaman 82 kilometer.

Menurut BMKG, gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.

Dari pengakuan warga, gempa sangat terasa di Rangkasbitung dan sekitarnya. Guncangan gempa terasa sekitar 5 detik dan terjadi dua kali.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Gempa 6,1 Magnitudo Guncang Jepara, Berikut Analisis BMKG

Sebelumnya, gempa berkekuatan 6,1 sempat mengguncang Jepara, Jawa Tengah dan sekitarnya pada Selasa (7/7/2020) pukul 05.54 WIB.

Menurut BMKG guncangan juga terasa hingga Lombok Barat.

Baca juga: Tak Berpotensi Tsunami, Gempa Jepara Magnitudo 6,1 Terasa hingga Lombok Barat

Lantas mengapa wilayah Indonesia kerap diguncang gempa bumi?

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, Indonesia kerap diguncang gempa karena dampak dari banyaknya sumber gempa.

Setidaknya, kata Daryono ada enam zona suduksi lempeng.

"Kemudian kalau dirinci, masih 13 segmen megathrust. Itu generator atau pembangkit gempa dahsyat," ujarnya kepada Kompas.com belum lama ini.

Beberapa segmen megathrust tersebut, imbuhnya berada di barat Sumatera, selatan Jawa, utara Sulawesi, laut Maluku, utara Papua dan lain sebagainya.

"Jika berbicara potensi tsunami sangatlah tinggi," katanya lagi.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa Bumi Terjang Mentawai, Ratusan Orang Meninggal

Baca juga: Erupsi Merapi dan Sejarah Letusannya...

Sesar aktif

Tak hanya zona megathrust, terdapat pula zona sesar aktif yang merupakan lempengan yang patah dan bergeser. Jumlahnya pun lebih dari 295 titik dan siap terjadi secara bergantian.

Saat disinggung terkait dengan kejadian gempa yang berdekatan lokasi dan waktunya, menurutnya, bukan karena saling picu atau saling menjalar.

"Itu hanya kebetulan saja, jadi sampai saat ini pun secara empiris untuk membuktikan sebuah gempa dapat memicu gempa lain, itu masih sulit untuk dibuktikan," papar dia.

Lebih lanjut, Daryono menjelaskan bahwa Indonesia berada di kawasan sesar aktif dan kompleks.

Aktif artinya kejadian gempa sangatlah tinggi, sedangkan kompleks artinya berbagai macam sumber gempa ada di Indonesia.

"Kalau di Indonesia itu banyak terjadi gempa, ya wajar-wajar saja. Karena banyak sumber gempa itu tadi," terangnya.

Selain itu, dari analisis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), penyebab Indonesia kerap dilanda gempa bumi yakni selain letaknya yang berada di cincin api, wilayah Indonesia juga berada di antara pertemuan tiga lempeng bumi.

Yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik.

Baca juga: Mengenang 14 Tahun Gempa Yogyakarta dan Solidaritasnya untuk Bangkit

USGS (DIOLAH), LAKSONO HARI W Gempa di Indonesia pada 1968-September 2018

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi