Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adakah Keterkaitan 5 Gempa yang Terjadi Hari Ini? Berikut Penjelasan Ahli

Baca di App
Lihat Foto
BMKG/Daryono
Peta persebaran gempa tektonik di Indonesia selama Juni 2020
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Hingga sore hari ini, Selasa (7/7/2020), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat adanya 5 gempa tektonik dengan kekuatan bervariasi mulai 4,0-6,1 M di sejumlah wilayah berbeda.

Kelima gempa itu terjadi di Donggala (4,0 M) pada pukul 03.31 WIB; Jepara (6,1 M) pada pukul 05.54 WIB; Rangkasbitung (5,4 M) pukul 11.44 WIB; Pangandaran (5,0 M) pada 12.17 WIB, dan Bengkulu (5,2 M) pada puul 13.16 WIB.

Lalu, apakah lima gempa akibat pergerakan lempeng tersebut memiliki keterkaitan antara satu sama lain?

Mekanisme gempa

Pakar Gempa dari Universitas Gadjah Mada Gayatri Indah Marliyani menjelaskan sangat sedikit kemungkinan kelima gempa itu terjadi sebagai satu sebab-akibat. Hal itu jika dilihat dari mekanisme kegempaanya. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sebenarnya kalau dilihat mekanismenya berbeda-beda, jadi kecil sekali kemungkinan saling berkaitan," kata Gayatri saat dihubungi Selasa (7/7/2020) sore.

Dia merinci, untuk gempa di Jepara, aktivitas kegempaan yang terjadi disebabkan adanya sesar turun. Sedangkan pada gempa Rangkasbitung, mekanisme yang terjadi adalah sesar naik.

"Beda dengan yang di Jepara tadi, ini kemungkinan akibat robekan akibat gaya tekan ke bawah dan horisontal yang kuat di daerah ini," sebutnya.

Baca juga: BMKG Jelaskan Alasan Gempa Jepara Terasa hingga Lombok dan Sumatera

Sementara itu untuk gempa yang ada di Pengandaran, Gayatri mengatakan lokasi itu sudah biasa terjadi gempa dengan kekuatan 4-5 M, karena terjadi di kedalaman 10 km, zona prisma akresi atau megathrust.

"Di zona prisma akresi (megathrust) ini biasanya sesarnya naik, memang zona ini banyak terjadi gempa-gempa dengan magnitudo 4-5 cukup sering terjadi, bisa jadi kebetulan saja waktunya berdekatan," ujarnya.

"Mungkin juga kejadian gempa Rangkasbitung sedikit mengganggu kesetimbangan sesar di dekatnya yang memang sudah berada pada posisi kritis untuk bergerak," ungkap Gayatri. 

Sesar aktif

Dia menegaskan bahwa di lokasi-lokasi gempa memang terdapat sesar yang aktif, sehingga wajar jika terjadi banyak gempa.

Hal itu tidak kemudian mengindikasikan adanya keterkaitan antara satu gempa dan gempa yang lain.

"Kalau saya lihat event-event ini tidak menjadi sebab-akibat, memang daerah tektonik aktif, gempa akan selalu terjadi," pungkasnya.

Baca juga: 5 Gempa Berkekuatan 4,0-6,1 M yang Guncang Wilayah Indonesia Hari Ini

Penjelasan BMKG

Hal yang sama juga disampaikan oleh Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono.

Melalui keterangan resminya yang disampaikan pada Kompas.com, Selasa (7/7/2020) sore, Daryono menyebut tidak ada keterkaitan antara gempa satu dan lainnya yang terjadi hari ini.

"Gempa yang terjadi secara beruntun pada hari ini tidak memiliki kaitan dengan gempa yang terjadi sebelumnya," ucap Daryono.

Kelima gempa berada pada sumber dan kedalaman yang berbeda, juga terjadi akibat mekanisme yang berbeda pula.

Lebih lanjut, Daryono menjelaskan sebenarnya gempa-gempa yang terjadi hari ini merupakan bentuk pelepasan tegangan pada masing-masing sumber gempa.

"Masing-masing sumber gempa mengalami akumulasi medan tegangan sendiri-sendiri, mencapai stress maksimum sendiri-sendiri, hingga selanjutnya mengalami rilis energi sebagai gempa juga sendiri sendiri," jelasnya.

Gempa beruntun yang terjadi hari ini merupakan suatu hal yang logis bagi Indonesia yang memiliki banyak sumber gempa.

"Kita memang memiliki banyak sumber gempa sehingga jika terjadi gempa di tempat yang relatif berdekatan lokasinya dan terjadi dalam waktunya yang relatif berdekatan maka itu hanya kebetulan saja," ungkapnya.

Baca juga: Melacak Gempa yang Pernah Melanda Jakarta dan Banten hingga Tahun 1833

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi