Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memahami Aktivitas Gunung Merapi Saat Ini...

Baca di App
Lihat Foto
Kompas.com/Anggara Wikan Prasetya
Puncak Gunung Merapi Dilihat dari Wisata Kali Talang, Klaten.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com – Dua hari terakhir, ramai perbincangan tentang kondisi Gunung Merapi terkini. Merapi, gunung yang terletak di dua provinsi, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta itu, disebut mengalami penggembungan.

Saat dikonfirmasi, Kamis (9/7/2020), Kepala Seksi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Agus Budi Santoso, membenarkan Gunung Merapi mengalami perubahan pada tubuhnya.

Gunung Merapi mengalami penggembungan 0,5 sentimeter per hari.

Menurut dia, penggembungan ini tergolong kecil. Mengapa terjadi penggembungan? Hal ini merupakan pertanda adanya magma yang naik ke permukaan.

Fenomena ini terjadi setelah terjadi letusan pada 21 Juni 2020.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memahami aktivitas Merapi

Dalam sebuah seminar mitigasi "Kabar Merapi Terkini", 1 Juli 2020, Agus menyebutkan, Merapi saat ini memasuki fase VII yang merupakan fase intrusi konduit dalam.

“Tahap terakhir yang saat ini terjadi adalah fase instrusi magma di dalam konduit dalam,” kata Agus, dikutip dari video BPPTKG.

Jika terjadi tekanan kuat, kata Agus, ekstruksi magma dapat kembali terjadi.

Baca juga: Sultan HB X Minta Masyarakat Tak Khawatir Soal Kondisi Merapi

Gunung Merapi sendiri memiliki sejumlah fase di mana magma bermigrasi yang terlihat dari data pemantauan.

Fase pertama instrusi magma merupakan fase yang diindikasikan dari munculnya letusan freatik tahun 2011-2014.

Fase kedua di konduit dalam diindikasi letusan freatik disertai kegempaan dalam atau volkano tektonik dalam yang sama dengan yang terjadi saat ini pada fase ketujuh.

Fase-fase yang lain yang terjadi pada Merapi adalah fase ke III berupa instrusi kantong magma, fase IV konduit dangkal, fase V ekstruksi pembentukan kubah, serta fase VI ekstruksi awan panas dan guguran larva.

Agus mengatakan, letusan Merapi yang terjadi pada 21 Juni 2020 merupakan aktivitas eksplosif yang cukup besar secara visual dengan dampak abu radius 30 kilometer ke arah barat.

“Yang menarik, perubahan morfologi di mana dinding kawah lava tahun 1997 terkikis 19.000 meter kubik,” kata dia.

Meski demikian, letusan ini bukan yang terbesar sejak 2019.

Sebelum September 2019, jelas Agus, melalui pengamatan drone terlihat kubah lava masih utuh.

Akan tetapi, pada akhir September 2019, tak ada kubah yang terbentuk. Selain itu, muncul letusan-letusan kecil hingga saat ini yang membuat kubah lava menjadi berkurang.

Pasca letusan 21 Juni 2020, terjadi deformasi signifikan di Pos Babadan.

“Jadi sektor barat laut deformasi 3 cm sejak tanggal 22-29 Juni atau sekitar kurang dari 0,5 cm sehari,” kata dia.

Akan tetapi, potensi bahaya masih diukur dari volume kubah lava dengan radius 3 kilometer dari puncak.

Baca juga: Dua Kemungkinan soal Penggembungan pada Tubuh Gunung Merapi...

Ancaman bahaya dapat meningkat saat terjadi ekstruksi magma mencapai kecepatan 100.000 meter kubik per hari.

Jika itu terjadi, kata Agus, mungkin ada pelebaran arah ancaman tak hanya ke selatan-tenggara, tetapi juga barat-barat laut. 

“Memang terjadi pengikisan dinding puncak selatan, tetapi tak mengubah morfologi utama sehingga ancaman masih ke selatan,” ujar Agus.

“Wilayah barat laut lebih meningkat potensi bahayanya di waktu akan datang. Tapi belum nyata karna belum muncul di permukaaan, tunggu data pemantauan. Tapi sudah diantisipasi oleh BPBD sekitar Magelang,” lanjut dia.

Sementara itu, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Hanik Humaida menyebutkan, deformasi ke arah barat laut memang harus diwaspadai.

Akan tetapi, menurut dia, yang harus lebih diwaspadai adalah bukaan lava yang menuju arah Kali Gendol.

“Potensi bahaya besar masih ke Gendol. Walaupun ini masih dipantau apakah muncul ke tengah atau ke kali gendol. (Saat ini) Potensi Sleman masih ada,” ujar dia.

Ia juga menyebut kondisi Merapi saat ini kemungkinan eksplosivitasnya kecil.  

“Saat ini bahaya yang ada abu, apabila nanti ada kubah lava lagi kita antisipasi lagi,” kata Hanik.

Penggembungan wajar terjadi pada gunung api

Sementara itu, Ahli Gunung Api dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono mengatakan, penggembungan adalah sesuatu yang wajar pada gunung berapi, termasuk Gunung Merapi.

“Semua gunungapi yang sedang meningkat aktivitasnya pasti mengembang atau melembung seper sekian milimeter hingga sekian milimeter. Tapi tidak selalu pengembangan tubuh gunungapi diikuti letusan,” ujar Surono, yang biasa disapa Mbah Rono, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (9/7/2020).

Menurut Mbah Rono, hal itu bergantung pada bagian mana dari tubuh gunungapi itu yang mengembang dan diikuti proses aktivitas kegempaan, naik atau turunnya suhu, dan jumlah tonase gas vulkanik yang dilepaskannya.

Baca juga: Gunung Merapi Disebut Alami Penggembungan, Berikut Analisis BPPTKG

Ia mencontohkan beberapa hal yang tidak selalu berkaitan dalam aktivitas gunung berapi yakni:

  • Tidak selalu naiknya suhu kawah gunungapi diikuti letusan
  • Menggelembungnya tubuh gunungapi tidak selalu diikuti letusan
  • Tidak selalu naiknya jumlah gempa diikuti letusan.

Menurut Surono, Gunung Merapi saat ini akan sering meletus, namun ancaman bahayanya berisiko kecil menimbulkan bencana jika radius bahaya 3 km dipatuhi masyarakat.

“Saya sering sampaikan, setelah letusan 2010, Merapi akan berubah sifat-sifatnya tidak seperti sebelum 2010. Berubah seperti apa? Para ahli harus dapat menemukan jawabannya,” ujar dia.

Surono mencontohkan, hal ini terjadi saat dia menemukan letusan 2010 di mana Merapi meletus besar dibanding letusan sebelumnya.

“Ini seni dalam mitigasi, bukan hanya maslah ilmu gunungapi saja tapi sosio kemasyarakatan yang dapat diolah menjadi sosio teknologi,” kata dia.

Ia mengingatkan, kegagalan dalam warning aktivitas gunungapi di Indonesia bukan hanya menanggung kesalahan scientific tetapi juga maslah sosioekonomi masyarakat.

“Saya masih berharap Gunung Merapi akan baik-baik saja dalam waktu dekat ini,” ujar Mbah Rono.

Baca juga: Gunung Merapi Menggembung, Warga Diminta Tidak Panik

Akbar Bhayu Tamtomo Riwayat Letusan Merapi sejak 1990-an

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi