Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Perubahan Suara Bisa Jadi Indikasi Covid-19

Baca di App
Lihat Foto
Kemenkes
Ilustrasi virus corona (COVID-19).
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Sebuah temuan baru mungkin akan lebih menyederhanakan pengujian Covid-19 yang selama ini melalui sampel air liur tenggorokan atau usap hidung.

Pasalnya, para peneliti MIT percaya bahwa perubahan suara mungkin menjadi indikasi infeksi seseorang.

Dengan menganalisis data audio dari pembawa virus corona asimptomatik, para peneliti dari MIT Lincoln Laboratory mengusulkan cara untuk mendeteksi tanda-tanda virus.

Karena perubahan suara terlalu halus untuk ditangkap telinga, mereka memanfaatkan komputer dalam menganalisis.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Indonesia Disebut Masuk Fase Berbahaya, Kapan Pandemi Akan Berakhir?

Dikutip dari SCMP, Jumat (10/7/2020), para peneliti menggunakan video dari konferensi pers dan wawancara yang diunggah ke YouTube, Instagram, dan Twitter.

Mereka menganalisis data audio dari sebelum dan sesudah pasien dinyatakan positif Covid-19.

Dengan menggunakan algoritma untuk menganalisis sinyal suara, peneliti mendeteksi gangguan pada suara seseorang yang bisa disebabkan oleh perubahan gerakan laring dan otot dalam sistem pernapasan.

"Peradangan akibat virus mengurangi pergerakan otot yang melintasi sistem vokal seseorang karena terlalu menempel," hipetosis peneliti.

Untuk menjelaskannya secara lebih sederhana, para peneliti menganalogikannya dengan jari pianis.

Baca juga: Soal Pengujian Virus Corona, Mana Tes yang Lebih Akurat?

Temuan baru

Dalam keadaan normal, jari-jari pianis bergerak dengan kompleksitas tinggi. Namun, jika pergelangan tangan dan gerakan jari saling menempel, seorang pianis hanya bisa memainkan nada yang lebih sederhana.

Dengan banyaknya negara yang menghadapi ancaman gelombang kedua Covid-19, kemudahan identifikasi pasien asimptomatik dapat membantu.

Kasus asimptomatik berada pada 40 hingga 45 persen dari semua infeksi coronavirus.

Temuan baru ini pada akhirnya mungkin mengarah pada cara mudah untuk melihat apakah mereka perlu diuji.

Baca juga: Fakta Baru Kasus Corona di Indonesia, dari Rekor Kasus Baru hingga Jumlah Kasusnya Dekati China

Tim peneliti berencana untuk mengimplementasikan temuan itu melalui aplikasi dan memungkinkan untuk deteksi infeksi lebih awal.

Dokter juga dapat menggunakannya untuk memonitor perkembangan pasien mereka dari jarak jauh.

Kendati demikian, penelitian tersebut masih berada dalam tahap awal. Sebab, data yang digunakan hanya lima orang.

Dalam makalah mereka, para peneliti mengatakan data perlu divalidasi oleh set data yang lebih besar dan lebih terkontrol.

"Penelitian selanjutnya juga perlu mengatasi masalah terkait pengaruh kondisi rekaman yang berbeda untuk sampel audio," catat mereka.

Baca juga: Gunung Merapi Disebut Alami Penggembungan, Berikut Analisis BPPTKG

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Pencegahan Penularan Virus Corona

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi