Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Virus Corona Menyerang Banyak Organ Tubuh Selain Paru-paru...

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/NURWAHIDAH
Ilustrasi virus corona (Covid-19)
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Virus corona penyebab penyakit Covid-19 ternyata tidak hanya menyerang paru-paru, tetapi juga ginjal, hati, jantung, otak dan sistem saraf, kulit dan saluran pencernaan.

Hal itu ditemukan dalam tinjauan medis kondisi pasien yang dijelaskan oleh para dokter, Jumat (10/7/2020).

Mengutip CNN, Sabtu (11/7/2020), tim di Pusat Medis Irving Universitas Columbia di New York City, salah satu rumah sakit yang dipenuhi pasien Covid-19 mengumpulkan laporan dari tim medis lain di seluruh dunia.

Gambaran komprehensif mereka menyebutkan virus corona hampir menyerang setiap sistem utama dalam tubuh manusia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merusak organ

Virus corona secara langsung merusak organ dan menyebabkan darah menjadi beku, serta jantung kehilangan ritme sehatnya.

Sehingga menyebabkan sakit kepala, pusing, nyeri otot, sakit perut, dan gejala lainnya muncul bersamaan dengan gejala pernapasan klasik seperti batuk dan demam.

"Dokter perlu menganggap virus Corona Covid-19 sebagai penyakit multisistem," kata ahli kardiologi di Columbia Dr. Aakriti Gupta.

"Ada banyak berita tentang pembekuan darah, tetapi juga penting untuk memahami bahwa sebagian besar pasien ini menderita kerusakan ginjal, jantung, dan otak, dan dokter perlu merawat kondisi itu bersama dengan penyakit pernapasan," ujar Gupta.

Baca juga: Virus Corona Disebut Menyebar Melalui Udara, Amankah Beraktivitas Outdoor?

Sebagian besar kerusakan yang ditimbulkan oleh virus corona muncul karena afinitasinya terhadap reseptor, semacam "pintu masuk" molekul ke dalam sel yang disebut ACE2.

Sel-sel yang melapisi pembuluh darah, di ginjal, saluran hati, pankreas, di saluran usus dan melapisi saluran pernapasan semuanya ditutupi dengan reseptor ACE2 yang dapat digunakan virus untuk bergulat dan menginfeksi sel.

Hal tersebut tertuang dalam sebuah jurnal Nature Medicine yang ditulis oleh tim peneliti di Columbia.

"Temuan ini menunjukkan bahwa cedera multi-organ dapat terjadi setidaknya kebanyakan karena kerusakan jaringan virus langsung," sebut para tim penulis.

Aktifkan sistem kekebalan tubuh

Infeksi virus corona juga bisa mengaktifkan sistem kekebalan tubuh.

Bagian dari respons sistem kekebalan tubuh termasuk produksi protein inflamasi atau peradangan yang disebut sitokin.

Peradangan ini dapat merusak sel-sel dan organ-organ dan yang disebut badai sitokin, yaitu salah satu penyebab gejala Covid-19 sehingga menjadi parah.

"Virus ini tidak biasa dan sulit untuk tidak waspada dan tidak terkesan oleh berapa banyak dampaknya pada tubuh manusia," jelas sesama ahli kardiologi yang bekerja pada tinjauan tersebut, Dr Mahesh Madhavan.

Sementara itu, efek pembekuan darah tampaknya disebabkan oleh beberapa mekanisme yang berbeda.

Seperti kerusakan langsung sel-sel yang melapisi pembuluh darah dan gangguan dengan berbagai mekanisme pembekuan dalam darah itu sendiri.

Oksigen dalam darah yang rendah juga disebabkan oleh pneumonia dapat membuat darah lebih mungkin membeku, kata para peneliti.

Sehingga, terjadilah gumpalan yang dapat menyebabkan stroke dan serangan jantung, dapat terjadi di paru-paru atau kaki. Mereka menyumbat ginjal dan mengganggu perawatan dialisis yang diperlukan untuk pasien dengan kondisi parah.

Baca juga: Setelah Sepeda, Berkemah Mulai Jadi Tren di Masa Pandemi Corona

Merusak otak dan perburuk diabetes

Dampaknya tidak hanya itu, kerusakan pankreas dapat memperburuk diabetes, dan pasien dengan diabetes telah terbukti berada pada risiko tertinggi penyakit parah dan kematian akibat virus corona.

Virus disebut juga dapat langsung merusak otak, tetapi beberapa efek neurologis kemungkinan berasal dari perawatan.

"Pasien Covid-19 dapat diintubasi selama dua hingga tiga minggu, seperempatnya membutuhkan ventilator selama 30 hari atau lebih," kata Gupta.

"Ini adalah intubasi yang sangat lama, dan pasien membutuhkan banyak sedasi. 'Delirium ICU' adalah kondisi yang sudah diketahui sebelum Covid-19, dan halusinasi mungkin lebih sedikit muncul, lebih banyak efek dari sedasi yang berkepanjangan," jelasnya.

Virus juga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, menghabiskan sel-T yang biasanya digunakan tubuh untuk melawan infeksi virus.

Kabar baiknya ada gejala corona yang dapat dikaitkan dengan lama atau tidaknya seseorang terinfeksi Corona.

"Gejala gastrointestinal mungkin berhubungan dengan durasi penyakit yang lebih lama tetapi tidak dikaitkan dengan peningkatan mortalitas," catat para peneliti.

Banyak dari gejala corona yang timbul pada kulit, seperti ruam, keunguan, bengkak 'Covid toes' juga hilang dengan sendirinya.

Baca juga: Update Virus Corona 12 Juli 2020: 12,8 Juta Orang Terinfeksi | Amitabh Bachchan Positif Covid-19

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: CNN
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi