Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Negara Maju Berkompetisi Dapatkan Vaksin Corona

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi vaksin corona
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Para ahli memperingatkan bahwa nasionalisme memunculkan perburuan vaksin dan obat Covid-19 yang akan merusak ekonomi dan kesehatan masyarakat.

Analis di Eurasia Group berspekulasi, ketegangan atas vaksin corona akan memanas selama musim panas dan memprediksi pertempuran akses akan merentang hingga 2021 atau 2022.

"Negara-negara kaya dan miskin akan terlibat dalam upaya pengadaan yang agresif dengan implikasi politik, ekonomi, dan kesehatan masyarakat yang signifikan," kata para ahli dalam catatan awal tahun ini seperti dilansir dari CNBC Internasional.

Kelompok penelitian berpendapat, sejumlah negara telah berusaha untuk merebut akses pertama terhadap vaksin melalui investasi skala besar.

"Di AS, Otoritas Pengembangan Penelitian Canggih Biomedis (BARDA) telah menyebarkan investasinya di sejumlah kandidat vaksin dalam upaya untuk mengurangi risiko keuangan bagi perusahaan farmasi dan mengunci akses prioritas ke vaksin yang sukses," ujar penulis.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Soal Pengujian Virus Corona, Mana Tes yang Lebih Akurat?

Negara-negara di dunia berlomba dapatkan vaksin

BARDA memiliki kepentingan finansial dalam kandidat vaksin Moderna, dan telah berinvestasi dalam penelitian awal yang dilakukan oleh perusahaan Prancis Sanofi dan GlaxoSmithKline dari Inggris.

Pada Mei, AS juga menginvestasikan 1 miliar dollar AS untuk vaksin potensial AstraZeneca, yang tengah dikembangkan oleh para ilmuwan di Universitas Oxford.

Raksasa farmasi Inggris-Swedia ini menargetkan memproduksi dua miliar dosis vaksin, dan meluncurkan 400 juta dosis ke AS dan Inggris pada Oktober mendatang.

Vaksin AstraZeneca juga telah menerima investasi jutaan dolar dari pemerintah Inggris dan pembayaran 843 juta dollar AS dari beberapa negara Uni Eropa, yang telah mengamankan akses ke vaksin jika terbukti efektif.

Sementara itu, Dewan Riset Nasional pemerintah Kanada telah menandatangani kesepakatan dengan CanSino Biologics China untuk memproduksi vaksinnya dan melakukan uji klinis di Kanada musim panas ini.

Menurut analis Eurasia, hal ini memberi jalur masuk akses pada Kanada.

Baca juga: Fakta Baru Kasus Corona di Indonesia, dari Rekor Kasus Baru hingga Jumlah Kasusnya Dekati China

Ekonomi global akan hancur tanpa vaksin

Ian Goldin, profesor Globalisasi dan Pembangunan di Universitas Oxford dan mantan wakil presiden Bank Dunia, juga memperingatkan akan ada konsekuensi jika negara berusaha membuat distribusi vaksin menjadi perusahaan nasional.

"Tidak seharusnya negara dengan kantong terdalam (kaya) mampu melindungi warganya tetapi di negara-negara miskin oran-orang mati," lanjut dia.

Goldin mengatakan kegagalan untuk menginokulasi atau mensterilkan populasi global terhadap Covid-19 akan memiliki implikasi ekonomi jangka panjang.

"Selama beberapa bagian dunia menderita corona virus, ekonomi global tidak dapat pulih," papar dia. 

Lebih lanjut, selama ada di suatu tempat, virus dapat bermutasi, bergerak, dan bagian dari ekonomi dunia akan hancur.

Tara Raveendran, kepala penelitian ilmu kehidupan di Shore Capital, menyampaikan bahwa beberapa peneliti, seperti yang ada di BioNTech dan Moderna, sedang mengembangkan teknologi vaksin mRNA, yang memungkinkan peningkatan produksi dengan mudah.

Baca juga: Desakan WHO, Penyebaran Virus Corona, dan Tingginya Kasus Covid-19 di AS...

Namun, ia menambahkan bahwa ini mungkin tidak cukup untuk mengimbangi agenda akses awal negara-negara tertentu.

"Gagasan bahwa negara-negara yang mampu, akan bergerak terlebih dahulu untuk mengamankan sumber daya yang langka dan perlu dibagikan secara merata pasti menimbulkan masalah," imbuh dia.

Raveendran mencatat bahwa penimbunan vaksin Covid-19 akan membuat pengembangannya menjadi upaya yang layak secara komersial, itu bisa merugikan kesehatan masyarakat.

"Kita harus sangat menyadari bagaimana mendistribusikan sumber daya yang sangat terbatas pada awalnya," lanjut dia.

Goldin menambahkan, jika virus bermutasi di bagian dunia yang tidak dapat mengakses vaksin, Covid-19 akan menimbulkan ancaman bagi kesehatan masyarakat global, bahkan bagi mereka yang diimunisasi.

"Kami tidak tahu berapa lama vaksin ini akan bertahan dan seberapa efektif mereka," tutur dia. Sehingga, lanjutnya, itu bukan solusi baik dengan alasan keadilan atau demi kepentingan pribadi.

Baca juga: Apakah Vaksin Virus Corona Aman dan Efektif? AS Akan Melihatnya Akhir Tahun Ini

Jauh dari penemuan vaksin

Menurut John Rountree, mitra pengelola di Novasecta, tantangan distribusi dan pasokan jauh lebih dapat dipecahkan daripada menemukan vaksin yang berfungsi.

"Akses yang adil membutuhkan kolaborasi antara perusahaan farmasi, pemerintah, dan organisasi yang berpusat pada pasien, tetapi saya tidak ragu bahwa itu akan diselesaikan," ujarnya.

Ia menilai, perusahaan farmasi memiliki kepentingan dalam profitabilitas bagi pemegang saham. Sementara itu, pemerintah memiliki kepentingan untuk membuat orang diperlakukan dengan sama.

Presiden Donald Trump telah menyuarakan ambisi untuk vaksin yang akan dikembangkan dan didistribusikan pada akhir tahun ini. Hal itu dilakukan dalam sebuah proyek yang dijuluki Operation Warp Speed.

Meski begitu, para ahli medis, termasuk Dr. Anthony Fauci, pakar penyakit menular top pemerintah AS, telah meragukan tujuan Trump .

Sejauh ini, WHO mengungkapkan bahwa setidaknya ada 160 vaksin Covid-19 yang potensial sedang diuji di seluruh dunia.

Baca juga: Bisa Menyebar Lewat Udara, Bagaimana Cegah Virus Corona di Ruangan Tertutup?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi