Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG: Gempa Jateng dan Yogyakarta Hari Ini Dekat dengan Pusat Gempa Pulau Jawa 1943

Baca di App
Lihat Foto
BMKG/Daryono
Gempa M 5,1 guncang Jawa Tengah dan Yogyakarta, Senin (13/7/2020) pukul 2.50 WIB. Gempa ini berpusat di Samudera Hindia, 101 kilometer arah Selatan Kulonprogo.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - BAdan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan analisanya atas gempa yang terjadi pada hari ini, Senin (13/7/2020).

Tagar gempa kembali ramai di media sosial dan menjadi salah satu trending topic di Twitter.

Hingga kini, ada ribuan twit yang mengandung kata kunci atau keywords "#gempa"

"Stay Safe jogjaku. #gempa"  tulis akun @EkaBramantya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"#Gempa Pagi tadi aku kira kaget, ternyata beneran ya" tulis akun @Pratiwi76789108

Informasi terkait gempa ini juga telah disampaikan melalui akun resmi BMKG di @infoBMKG

Berdasarkan unggahan tersebut, diketahui bahwa gempa ini terjadi pada pukul 02.50.59 WIB wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Adapun gempa tersebut merupakan jenis gempa tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempa ini memiliki parameter update dengan magnitudo 5,1.

Baca juga: Gempa Hari Ini: M 5,1 Guncang Jawa Tengah dan Yogyakarta

Bagaimana analisis BMKG tentang gempa di Yogyakarta dan Jawa Tengah?

Hasil analisis BMKG

Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, episenter gempa terletak pada koordinat 8,73 LS dan 109,88 BT, atau tepatnya di Samudra Hindia Selatan Jawa pada jarak 101 km arah Selatan Kulonprogo pada kedalaman 46 km.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktifitas subduksi Lempang Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia," jelas Daryono saat dihubungi Kompas.com, Senin (13/7/2020) pagi.

Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault) yang merupakan ciri khas gempa akibat tumbukan lempeng di zona megathrust.

Adapun gempa ini dirasakan di Pacitan, Purworejo, Yogyakarta, dan Wonogiri meskipun Shakemap BMKG menunjukkan guncangan terjadi dalam wilayah luas dari Pangandaran hingga Pacitan.

Hingga kini, belum ada laporan terkait dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa ini. 

Sementara itu, hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami.

"Hingga pukul 03.15 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa susulan (aftershock)," kata Daryono.

Pusat gempa ini bersebelahan dan sangat dekat dengan pusat gempa berkekuatan M 8,1 yang menimbulkan kerusakan di Pulau Jawa pada 23 Juli 1943.

Kota-kota yang mengalami kerusakan akibat gempa pada saat itu adalah Cilacap, Tegal, Purwokerto, Kebumen, Purworejo, Bantul, dan Pacitan.

Ahli geologi Belanda Van Bemmelen pada 1949 mengungkap bahwa korban meninggal akibat Gempa Jawa pada 23 Juli 1943 ini lebih dari 213 orang dan korban luka mencapai 2.096 orang.

Selain itu, disebut ada 15.275 rumah yang mengalami kerusakan di Jawa Tengah dan Yogyakarta saat itu.

Dalam 3 pekan terakhir, wilayah Selatan Pulau Jawa memang mengalami peningkatan aktivitas gempa.

Berikut adalah beberapa gempa yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir ini:

  • Gempa Selatan Pacitan M 5,0 pada 22 Juni 2020
  • Gempa Selatan Blitar M 5,3 pada 5 Juli 2020
  • Gempa Lebak M 5,1 pada 7 Juli 2020
  • Gempa Selatan Garut M 5,0 pada 7 Juli 2020
  • Gempa Selatan Selat Sunda M 5,2 pada 7 Juli 2020
  • Gempa Selatan Sukabumi M 4,8 pada 10 Juli 2020
  • Gempa Selatan Kulonprogo M 5,1 pada 13 Juli 2020.

"Meningkatnya aktivitas kegempaan di Selatan Jawa akhir-akhir ini tidak perlu membuat masyarakat khawatir berlebihan, meskipun kita harus waspada dengan meningkatkan kesiapsiagaan baik para pemangku kepentingan bidang kebencanaan dan masyarakat," imbau Daryono.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi