Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Risiko dan Hasil Pembukaan Sekolah di Tengah Pandemi Corona...

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI
Sepasang anak kembar murid SD Bakti Nusantara mengerjakan Ujian Akhir Semester (UAS) Genap secara daring di kediamannya di Cinunuk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (8/6/2020). Kementerian Pendidikan dan Kebudayan mewajibkan kegiatan belajar mengajar serta ujian dilakukan secara daring oleh peserta didik hingga pandemi COVID-19 terkendali.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Pandemi virus corona masih berlangsung dan sejumlah negara pun mempersiapkan kebijakan-kebijakan tertentu untuk menjalankan aktivitasnya lagi.

Salah satu hal yang menjadi perhatian adalah soal pembukaan sekolah.

Sebagaimana diketahui bahwa beberapa waktu yang lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengakui bahwa virus corona dapat ditularkan melalui udara (airborne) di tempat-tempat ramai maupun ruangan tertutup dengan ventilasi buruk.

Baca juga: Virus Corona Menular Lewat Droplet dan Airborne, Apa Bedanya?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondisi tersebut mungkin dapat ditemui di ruangan-ruangan pada sejumlah sekolah.

Meskipun data dari seluruh dunia menunjukkan anak-anak cenderung tidak mengalami gejala yang lebih serius daripada orang dewasa saat terpapar virus corona, tetapi masih banyak pertanyaan yang belum terjawab.

Adapun salah satu pertanyaan yang belum terjawab adalah seberapa sering anak-anak dapat terinfeksi dan bagaimana peran mereka dalam menularkan virus.

Baca juga: Virus Corona Disebut Menyebar Melalui Udara, Amankah Beraktivitas Outdoor?

Pembukaan sekolah di luar negeri

Melansir New York Times (11/7/2020), pengalaman dibukanya sekolah di luar negeri menunjukkan bahwa langkah-langkah seperti jarak fisik dan penggunaan masker dapat menciptakan perbedaan.

Selain itu, variabel penting lainnya sebelum membuka sekolah adalah memperhatikan seberapa luas virus menyebar di masyarakat.

Sebab, kondisi tersebut dapat berdampak pada berapa orang yang berpotensi membawa virus ke dalam sekolah.

"Pertama, perlu adanya kontrol pada penyebaran virus di masyarakat. Setelah itu, barulah dapat dibuka sekolah dengan langkah yang bijak," kata Profesor di John Hopkins Bloomberg School of Public Health, Dr Joshua Sharfstein.

Baca juga: Simak Cara Penggunaan Masker yang Benar dan Kesalahan yang Sering Dilakukan

Bukti yang telah dikumpulkan

Perhatian terbesar dengan membuka kembali sekolah adalah potensi siswa untuk terinfeksi tanpa menunjukkan gejala dan menyebarkannya kepada orang lain.

Hingga kini, sebagian besar bukti menunjukkan bahwa jika anak berusia di bawah 12 tahun terinfeksi pada tingkat yang sama dengan orang dewasa, mereka memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk menyebarkannya.

Akademi Pediatri Amerika menggunakan data ini untuk rekomendasi pembukaan sekolah dengan sejumlah langkah keamanan.

Baca juga: Kasus Covid-19 Dimungkinkan Telah Menginfeksi 10 Kali Lebih Banyak Warga AS dari yang Dilaporkan

Namun, sebagian besar bukti tersebut dikumpulkan di negara-negara yang telah dikunci atau menerapkan langkah-langkah pencegahan lainnya.

Kemudian, sebagian lainnya di negara-negara yang telah melakukan pengujian secara sistematis pada anak-anak untuk melihat apakah mereka telah terpapar virus.

Sejauh ini, negara-negara yang telah membuka sekolah setelah terjadi penurunan tingkat infeksi dan memberlakukan peraturan seperti jarak fisik dan pembatasan ukuran sekolah, tidak menunjukkan lonjakan kasus.

Denmark dan Norwegia merupakan dua contoh yang baik. Keduanya membuka sekolah sejak April.

Baca juga: Obesitas dan Tingginya Angka Kematian akibat Virus Corona di AS...

Awalnya, mereka membuka sekolah untuk anak-anak yang lebih muda. Mereka menguatkan prosedur pembersihan dan pembatasan ukuran kelas hingga memberi jarak antar bangku. 

Namun, ada pula wabah yang terjadi akibat pembukaan sekolah, yaitu di negara-negara dengan tingkat infeksi tinggi dan pelonggaran pembatasan terlalu cepat.

Di Israel, virus menginfeksi lebih dari 200 siswa dan staf setelah sekolah dibuka pada awal Mei.

Baca juga: Sejumlah Negara yang Menolak Pencaplokan Israel atas West Bank

Risiko pembukaan sekolah

Para spesialis penyakit menular telah melakukan pemodelan dampak sekolah pada penyebaran virus di masyarakat mulai Februari.

Pada bulan Maret, mereka setuju bahwa menutup sekolah akan memperlambat perkembangan infeksi. Namun, langkah-langkah yang lebih luas seperti social distancing, terbukti memiliki efek pengendalian yang lebih besar.

"Risiko dari pembukaan sekolah akan bergantung pada seberapa baik sekolah mengendalikan penularan, misalnya dengan penggunaan masker dan membatasi okupansi," kata Profesor Biologi dan Statistika di University of Texas, Austin, Lauren Ancel Meyers.

Baca juga: Dimulai Besok, Simak Nilai Ambang Batas dan Materi SKD Sekolah Kedinasan 2020

Menurut para ahli kesehatan publik, pemeriksaan infeksi di sekolah adalah hal yang penting dilakukan.

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC) merekomendasikan pemeriksaan pada siswa dan guru hanya berdasarkan gejala atau riwayat paparan. Namun, rekomendasi tersebut tidak akan menjangkau seluruh orang yang telah terinfeksi.

CDC sendiri tengah menyusun rekomendasi baru terkait pembukaan sekolah ini dalam beberapa minggu.

Adapun dokumen rencana baru ini termasuk panduan pemeriksaan gejala dan masker wajah dan checklist orangtua untuk memutuskan apakah anaknya akan kembali ke sekolah atau tidak.

Namun, belum ada panduan baru tentang ventilasi atau langkah-langkah untuk mengantisipasi penyebaran virus yang mungkin terjadi lewat udara.

Baca juga: Kilas Balik Pernyataan WHO soal Penyebaran Virus Corona di Udara: Dulu Dibantah, Kini Diakui

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Cara Penggunaan Masker Kain

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi