Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenestapaan ABK Indonesia di Kapal China: Tak Digaji, Disiksa, hingga Dilarung

Baca di App
Lihat Foto
MBC/Screengrab from YouTube
Sebuah tangkapan layar dari video yang dipublikasikan media Korea Selatan MBC memperlihatkan, seorang awak kapal tengah menggoyang sesuatu seperti dupa di depan kotak yang sudah dibungkus kain berwarna oranye. Disebutkan bahwa kotak tersebut merupakan jenazah ABK asal Indonesia yang dibuang ke tengah laut oleh kapal asal China.
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Dalam berbagai pemberitaan, sering terdengar kabar soal anak buah kapal (ABK) asal Indonesia yang bekerja di kapal asing, khususnya milik China, kerap mendapatkan pengalaman yang tidak menyenangkan.

Bukan hanya tidak menyenangkan, sering juga mereka mendapat perlakuan kerja yang tidak semestinya, bahkan beberapa di antaranya berakhir kematian dan jasadnya dibuang kelautan lepas.

Dari sekian kasus yang terjadi, berikut ini adalah 4 di antaranya:

1. Dianggap rendah dan gaji tak sesuai kontrak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengalaman ini datang dari Yuli Triyanto (26), asal Demak, Jawa Tengah, mantan ABK di kapal berbendera China pencari cumi-cumi yang bernama Shouzu.

Selama 2 tahun bekerja di sana, ia mengaku tidak ada uang hasil kerjanya yang tersisa lantaran gaji yang ia terima tidak sesuai dengan besaran yang tertera di kontrak.

Di kontrak, ia akan menerima gaji sebesar 300 dollar AS yang akan dikirimkan ke keluarganya dalam 3 bulan sekali.

Namun kenyataannya, gaji itu selalu dipotong sebesar 100 dollar AS dan disebut akan diberikan saat kontrak habis.

Bonus yang dijanjikan juga tidak ia terima. Padahal disebutkan, dari setiap 1 ton cumi-cumi yang berhasil ditangkap, para ABK akan mendapat bonus 80 dollar AS.

Namun, hingga kontrak berakhir, Yuli yang telah mengumpulkan 20 ton cumi-cumi tangkapan tidak menerima bonus apa pun.

Tidak hanya gaji yang dipotong, Yuli juga mengaku ABK yang berasal dari Indonesia menjadi ABK kelas rendahan karena bekerja tanpa mendapatkan arahan dari penyalur dan tidak memahami SOP yang ada.

Alhasil, kinerja mereka sering memancing emosi para pembuat kebijakan di kapal.

Baca juga: Kisah ABK Asal Demak di Kapal China, Dianggap Orang Rendahan dan Gaji Tak Sesuai Kontrak

2. Dilarung di perairan Somalia

Kasus lain menimpa ABK asal Indonesia berinisial H yang bekerja di kapal berbendera China bernama Luqing Yuan Yu 623.

Ia meninggal di atas kapal dan jasadnya dilarung di perairan Somalia. Kematian ini diduga akibat penyiksaan yang diterimanya selama bekerja di kapal.

Peristiwa ini terjadi pada pekan terakhir Januari 2020, tetapi kabar ini baru diterima Kementerian Luar Negeri pada Mei, atau sekitar 4 bulan setelahnya.

Dari informasi yang terkumpul, korban juga diketahui mengalami kelumpuhan pada kaki akibat sering menerima tendangan dan pukulan dari berbagai benda tumpul, bahkan disetrum.

Baca juga: Kronologi ABK Indonesia Dilarung di Perairan Somalia...

3. Tak tahan, ABK lompat dari kapal

Dua ABK WNI di kapal Lu Qian Yuan Yu 901 memilih menceburkan diri ke laut dan kabur dari kapal tempat mereka bekerja lantaran tidak tahan dengan kekerasan dan perlakuan tidak menyenangkan lainnya yang didapat selama di atas kapal.

Mereka adalah Andry Juniansyah dan Reynalfi yang berhasil diselamatkan nelayan Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau, setelah terapung selama 7 jam di lautan.

Setelah kepolisian melakukan pengembangan kasus, ditangkaplah sejumlah tersangka yang berasal dari perusahaan penyalur yang memberangkatkan keduanya.

Semula, mereka dijanjikan akan bekerja di Korea Selatan sebagai buruh pabrik dengan gaji Rp 25 juta-Rp 50 juta per bulan. Namun, kenyataannya mereka dipekerjakan di kapal penangkap ikan asing dan tidak menerima gaji selama 4-7 bulan bekerja.

Baca juga: Loncat dari Kapal Ikan Asing, Dua ABK WNI Terapung-apung Selama 7 Jam

4. Tewas dianiaya mandor kapal, jasadnya disimpan di kotak pendingin

Kasus terakhir datang dari seorang WNI yang bekerja sebagai ABK di kapal China Lu Huang Yuan Yu 118, Hasan Afriandi. Hasan ditemukan tewas dan disimpan dalam kotak pendingin yang ada di kapal itu.

Setelah dilakukan pemeriksaan dan mendengarkan keterangan para saksi, Hasan diketahui tewas akibat penganiayaan yang sering dilakukan oleh mandor kapal dengan menggunakan benda-benda tumpul, seperti besi dan kayu.

Tidak hanya Hasan yang mengalami kekerasan ini, ABK lainnya asal Indonesia pun mengalami nasib serupa.

Mereka menyebut tindakan ini sering terjadi hanya karena masalah sepele yang cenderung dibuat-buat oleh ABK asal China di kapal yang sama.

Baca juga: Kesaksian ABK di Kapal China, WNI yang Tewas karena Dianiaya Mandor dengan Besi dan Kayu

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi