Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Cara Memotong Hewan Kurban Tidak Berontak, Bagaimana Tekniknya?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO
Penjualan hewan kurban di Mall Hewan Kurban Haji Doni di Depok, Senin (13/7/2020). Di mall hewan kurban ini menjual 1000 ekor kambing boer dan 2000 an sapi berbagai jenis.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com – Sebuah unggahan mengenai cara memotong hewan kurban dengan teknik menutup mata kambing menggunakan telinganya viral di media sosial Twitter.

Unggahan tersebut disertai teknik merebahkan kaki kambing dengan menyilangkannya terlebih dahulu.

Dalam postingan tersebut terlihat kambing yang akan disembelih terlihat tenang dan tidak berontak.

“Cara merebahkan kambing dengan benar ketika mau di sembelih dng telinga kambing digunakan sbg penutup mata kambing. Kambing tdk berontak,sehingga dagingnya lbh sehat utk di makan,sbb acid di tubuh kambing tdk meningkat tajam.Sebentar lg kbtln raya Qurban. Semoga bermanfaat,” tulis akun @Shi___Iyem

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas benarkah teknik menyembelih dengan cara demikian?

Penelusuran Kompas.com

Berdasarkan penelusuran Kompas.com sosok dalam video yang telah dibagikan lebih dari 1,2 ribu kali dan disukai sebanyak 2,2 ribu pengguna tersebut merupakan drh. Supratikno dari Halal Science Center Institut Pertanian Bogor (IPB).

Video tersebut merupakan video lama pada tahun 2016 saat acara di masjid BSI Tangerang Selatan.

Saat dihubungi Supratikno menjelaskan pada dasarnya penyembelihan hewan agar tidak stress dipengaruhi oleh tiga faktor yakni lingkungan tempat penyembelihan, kompetensi penyembelih serta peralatan yang digunakan.

Baca juga: Ini Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Sembelih Hewan Kurban Ketika Pandemi Corona

Adapun terkait teknik merobohkan kambing yang akan disembelih agar tidak stress sebagaimana dalam video dilakukan dengan memegang kaki kiri kambing dari sisi sebelah kanan sehingga kambing akan otomatis rebah di sisi sebelah kiri.

“Bahunya diletakkan supaya tenang serta matanya ditutup mengunakan telinga agar kambing tidak aware dengan situasi di sekitarnya,” jelas dia saat dihubungi Kompas.com Senin (13/7/2020).

Ia menerangkan prinsip perobohan hewan adalah dilakukan dengan cepat dan sekaligus memperhatikan keselamatan petugas dan kesejahteraan hewan.

“Setelah hewan roboh, penyembelihan dilakukan dengan sesegera mungkin,” lanjut dia.

Adapun pisau yang digunakan adalah harus sangat tajam dengan ukuran cukup panjang supaya dapat memotong dengan baik saluran yang terdiri dari saluran nafas atau trachea, saluran makanan/esophagus dan arteri carotis pada leher hewan.

Nantinya setelah proses penyembelihan selesai, proses lanjutan seperti pengulitan dan sebagainya dilakukan setelah hewan tersebut mati yang ditandai dengan hilangnya reflek mata, serta berhentinya nafas dan aliran darah.

Cara penyembelihan

Supratikno menerangkan, teknik perobohan hewan kurban secara garis besar memiliki tiga metode yakni Rope casting (tali dilingkarkan dibadan dengan simpul di sisi kiri hewan), Burley (tali disilangkan dibawah ketiak kaki depan, disilang dipunggung dan masuk ke sela sela kaki belakang), dan jerat kaki.

Untuk metode Rope casting dan Burley digunakan pada sapi yang galak atau liar.

Adapun teknik perobohan yang ia gunakan dalam video tersebut Supratikno menjelaskan merupakan teknik yang hanya berlaku pada kambing dan tidak bisa dipraktikkan pada sapi.

“Teknik itu tidak ada namanya. Tidak bisa dipakai pada sapi. Hanya untuk kambing,” ujar dia.

Lebih lanjut ia menjelaskan faktor lain untuk membuat hewan korban tidak stres yang harus diperhatikan adalah terkait lingkungan lokasi penyembelihan.

Lokasi pemotongan sebaiknya adalah lokasi terbatas.

Dimana lokasi hanya boleh untuk dimasuki orang yang punya kepentingan yakni penyembelih serta petugas yang membantu menghadang hewan.

Serta lokasi mempertimbangkan pula harus tenang, tidak menjadi tontonan dan memiliki fasilitas pendukung untuk proses pemotongan.

Baca juga: Ini Fatwa MUI soal Shalat Idul Adha dan Penyembelihan Kurban di Masa Pandemi Covid-19

Selain itu sebaiknya lokasi merupakan lokasi tertutup dan terjaga agar hewan yang dikorbankan tak melihat hewan lain yang akan disembelih.

Kompetensi penyembelih hewan kurban juga harus dipertimbangkan yakni orang yang terampil, mengerti dan memahami aturan penyembelihan sesuai syariat Islam dan prinsip kesejahteraan hewan.

“Penyembelih menguasai SKKNI No 196 tahun 2014 yang secara garis besar terdiri dari kemampuan religius dan spiritual, kompetensi komunikasi, keselamatan dan keamanan kerja, menerapkan hygiene dan sanitasi, mempersiapkan peralatan, melakukan proses penyembelihan dan menentukan status kematian hewan,” ujarnya.

Daging lebih berkualitas

Supratikno menjelaskan, hewan kurban yang tidak stres saat disembelih, serta cukup istirahat, maka dagingnya akan lebih berkualitas.

Hal itu karena kandungan glikogennya cukup serta proses pengeluaran darah sempurna.

“Hewan stress akan mengaktifasi system simpatis sehingga darah banyak dialirkan ke otak dan otot. Ketika darah banyak di otak maka sapi akan lama matinya, meronta-ronta sehingga dagingnya akan memar karena trauma,” jelas dia.

Saat darah terlalu banyak di otot maka akan menyebabkan banyak darah tertinggal di daging sehinga akan berbau anyir dan mudah menjadi busuk.

Sementara, jika hewan mengalami stress kronis yang berkepanjangan maka akan menyebabkan kadar glikogen sangat rendah.

Akibatnya, asam laktat tidak terbentuk yang akan menyebabkan PH daging tetap tinggi sehingga daging menjadi daging DFD (Dark, firm and dry).

Sementara jika stress akut hanya sebentar tetapi parah, maka akan menyebabkan proses pemecahan glikogen berlangsung lebih cepat.

Dimana dampaknya asam laktat terlalu cepat muncul sehingga berakibat pH turun terlalu cepat dan daging menjadi PSE (Pale, soft and exudative).

Jangan stres

Dihubungi terpisah, Apriyani selaku Kasubdit Zoonosis Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner menerangkan hal serupa.

Baca juga: 14 Dokter Meninggal dalam Sepekan, Kenapa Banyak Nakes Terinfeksi Covid-19?

Dia menyebut, prinsip penanganan hewan yang baik adalah dengan membuat hewan lebih tenang (tidak stres) sebelum dipotong guna menghasilkan kualitas daging yang baik.

“Pada hewan-hewan seperti pada sapi atau kambing/domba yang mengalami stres sebelum dipotong akan mempengaruhi kualitas daging yang dihasilkan yaitu daging yang dihasilkan lebih gelap dan kering atau DFD,” ujarnya saat dihubungi Minggu (12/7/2020).

Ia juga menjelaskan glikogen akan mempengaruhi kualitas daging.

“Setelah hewan dipotong, glikogen dalam otot diubah menjadi asam laktat. Asam laktat ini diperlukan untuk menghasilkan daging yang enak, empuk dan warna daging yang baik,” ujarnya.

Sehingga, menjaga agar hewan tidak stress supaya glikogen cukup adalah perlu dilakukan.

Lebih lanjut dirinya juga menjelaskan Perobohan hewan saat akan disembelih harus dilakukan dengan cara yang baik.

"Tidak kasar, tidak dibanting,diinjak,ditarik ekor atau ditarik kepalanya," ujar dia.

Penyembelihan selama pandemi

Adapun terkait penyembelihan selama pandemi beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan adalah sebagai berikut:

  • Pembelian hewan secara daring atau dikoordinir panitia
  • Hewan harus sehat, gemuk, tidak cacat dan telah berganti gigi/musinah
  • Panitia tidak boleh terlalu banyak dan merupakan orang yang memiliki kompetensi menangani hewan dan daging kurban.
  • Penerapan protokol kesehatan disetiap proses
  • Penyembelihan dilakukan merata di hari raya dan 3 hari tasrik
  • Pembagian dilakukan dengan diantar ke rumah warga, warga dilarang mengantri di lokasi kurban.
  • Syarat panitia: kompeten, dalam keadaan sehat, memakai APD berupa sepatu boot, baju lengan panjang, sarung tangan, masker, dan pelindung mata.
  • Panitia tidak berasal dari lingkungan yang terdapat orang yang positif covid 19, berangkat langsung dari rumah, (tidak mampir mampir) menjaga hygiene personal. Sebelum pulang dari lokasi kurban mandi dan bajunya direndam dengan deterjen.

"Prinsip umum dalam pelaksanaan kurban adalah kurangi kerumunan, hindari kontak lansung dan hindari mobilitas orang," jelas Supratikno.

Baca juga: Membandingkan Tes Covid-19 di Indonesia dan Dampaknya bagi Penyebaran Virus

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi