Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesan untuk Kita Semua dari Temuan Kasus Covid-19 di Pesta Wisuda...

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA
Warga berolah raga di kawasan JaIan Sudirman, Jakarta, Minggu (28/6/2020). Warga tetap berolah raga meski Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day (CFD) ditiadakan di kawasan Jalan Sudirman-Thamrin dengan alasan menghindari terjadinya kerumunan warga untuk mencegah penyebaran COVID-19
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Kasus harian di Solo, Jawa Tengah, beberapa hari lalu bertambah 18 kasus. Angka ini merupakan tambahan kasus harian tertinggi di Solo sejak pertama kali Covid-19 terkonfirmasi di kota itu.

Banyaknya tambahan kasus ini salah satunya berasal dari kasus penularan Covid-19 yang diduga terjadi dalam sebuah pesta perayaan wisuda mahasiswa.

Seperti diberitakan Kompas.com, Senin (13/7/2020), pesta wisuda digelar oleh seorang mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.

Diduga terjadi penularan infeksi virus corona dari pesta wisuda tersebut.

Sebanyak 25 orang tenaga medis yang merupakan mahasiswa pendidikan spesialis paru di RSUD Dr Moewardi Solo terkonfirmasi positif Covid-19.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peristiwa ditemukannya sejumlah kasus positif yang berawal dari sebuah acara bukan pertama kali ini terjadi.

Sebelumnya, penularan Covid-19 juga terjadi pada pesta pernikahan di Semarang. Pesta ini digelar dengan tidak mengikuti protokol pencegahan Covid-19.

Akibatnya sejumlah kerabat terinfeksi, termasuk ibu salah satu mempelai meninggal dan sang ayah kritis di rumah sakit.

Baca juga: Duka Usai Pesta Pernikahan, Satu Per Satu Kerabat Positif Covid-19, Ada yang Meninggal 

Apa yang bisa dijadikan pelajaran dari dua kasus ini?

Epidemiolog Dicky Budiman menganjurkan masyarakat tidak mengadakan dan menghadiri kerumunan apa pun.

Situasi pandemi virus corona di Indonesia belum mereda.

"Pada kondisi seperti saat ini, di mana pandemi sedang meningkat kasusnya secara progresif baik di dunia dan Indonesia, sikap dan langkah terbaik yg harus dilakukan adalah meminimalisir kerumunan atau keramaian," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Selasa (14/7/2020) pagi.

Dicky menekankan, hal ini patut dipertimbangkan karena ada 3 cara penularan virus kini harus diwaspadai.

Kandidat doktor di Griffith University ini menyebutkan, ketiga cara itu adalah melalui perantara tetesan cairan tubuh atau droplet penderita, melalui menyentuh permukaan yang terkontaminasi virus atau fomite, dan melalui udara atau aerosol airbone, terutama di ruangan dengan ventilasi buruk.

Untuk mencegah penularan melalui tetesan cairan bisa dilakukan dengan menggunakan masker, rajin mencuci tangan, dan menjaga jarak aman.

"Namun pada faktanya, tetap saja dari sekian orang tersebut akan ada yang abai, akan ada yang salah memakai maskernya, dan akan ada yang lupa cuci tangan," ujar Dicky.

Baca juga: Pesta Wisuda Diduga Penyebab 25 Mahasiswa Tertular Corona, Ganjar: Ini Kadang Kita Lepas Kontrol 

Demikian pula permukaan-permukaan benda yang banyak disentuh oleh orang-orang. Hal ini menyebabkan sulit untuk memastikan semua orang tetap menjaga gerakan dan jangkauan tangannya.

Oleh karena itu, meski sebuah acara telah menerapkan protokol kesehatan hal itu tidak dapat menjamin 100 persen tidak terjadinya transmisi virus antara satu orang dengan orang lain.

"Karena protokol kesehatan itu adalah upaya yang bermanfaat untuk menekan atau memperlambat terjadinya penularan atau penambahan kasus. Namun secara teori dan faktanya, hal ini tidak bisa menghilangkan sama sekali potensi penularan Covid-19," jelas Dicky.

Penanganan belum maksimal

Selain sarana penularan yang beragam dan sulit dihindari masyarakat, kondisi penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia pun masih belum maksimal.

"Kondisi pandemi kita belum terkendali baik meski di daerah yang katakan termasuk zona hijau sekali pun. Hal ini berdasar data dan fakta jumlah cakupan tes kita yang masih belum ideal, baik secara nasional maupun daera," ujar Dicky.

"Hanya DKI saja yang memiliki cakupan tes mendekati kriteria WHO. Sedangkan daerah lainnya masih jauh dari kriteria ideal, sehingga klaim aman atau merasa aman ini akan sangat berbahaya," lanjut dia.

Dengan situasi ini, Dicky sangat menyarankan masyarakat untuk tidak menggelar acara yang memungkinkan terjadinya kerumunan, seperti pernikahan, wisuda, atau perayaan dan keramaian lainnya.

Hal yang sama juga disampaikan Pakar Epidemiologi dari Universitas Indonesia, Pandu Riono.

"Ya kerumunan potensial terjadi penularan," ujar Pandu, saat dihubungi secara terpisah, Selasa (14/7/2020) pagi.

Meski diberlakukan protokol kesehatan yang ketat, Pandu tetap meyakini kerumunan berpotensi menjadi area transmisi virus.

"Yakin dipatuhi? (Protokol kesehatan itu) Sulit dipatuhi. Karena sulit dipatuhi, tetap dilarang (ada) kerumunan orang," kata Pandu.

Baca juga: Sederet Fakta Lengkap Solo Zona Hitam Corona...

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Pencegahan Penularan Virus Corona

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi