Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Singapura, Jepang dan Jerman Juga Alami Resesi akibat Corona

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/ERICSSEN
Kelompok pesepeda berfoto ria bersama di depan ikon Singapura, Air Mancur Patung Merlion, di Marina Bay, Jumat pagi (19/06/2020). Hari Jumat ini adalah hari pertama Fase 2 Singapura menuju new normal hidup bersama dengan virus Covid-19. Pada Fase 2 roda perekonomian dan aktivitas kehidupan sehari-hari Singapura kembali pulih seperti sedia kala.
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Ekonomi Singapura mengalami resesi parah pada kuartal II 2020 yang PDB-nya terkontraksi hingga 41,2 persen.

Secara year on year (YoY), PDB merosot hingga 12,6 persen. Pada kuartal sebelumnya Singapura juga mengalami penurunan PDB.

Penyebab utama resesi Singapura adalah penutupan yang cukup lama pada sejumlah sektor bisnis terutama perdagangan akibat mewabahnya pandemi virus corona (Covid-19).

Kebijakan lockdown telah menimbulkan kerusakan pada ekonomi negara itu yang sangat bergantung dari perdagangan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Resesi bisa diartikan ketika suatu negara mengalami kontraksi ekonomi dua kuartal berturut-turut atau lebih dari satu tahun. 

Selain Singapura, sejumlah negara juga mengalami resesi akibat pandemi virus corona seperti Jepang dan Jerman.

Baca juga: Singapura Resesi, Rupiah Ikutan Melemah

Resesi Singapura

Melansir Kompas.com, Selasa (14/7/2020), sebelumnya, pada 1985, Singapura juga pernah mengalami resesi yang merupakan resesi pertama sejak negara itu merdeka pada 1965.

Negara ini juga terdampak beberapa krisis keuangan global namun bisa memulihkan diri dengan cepat setelah sempat mengalami resesi, seperti saat krisis ekonomi melanda Asia pada periode 1997-1998 dan krisis keuangan global pada 2008-2009.

Bahkan sejumlah pejabat, seperti dilansir Straitstimes, menyebut kalau resesi tahun ini bisa jadi resesi terburuk Singapura.

Resesi ini juga membuat tekanan pada partai berkuasa, Partai Aksi Rakyat, yang pada pemilihan lalu mengalami kehilangan banyak suara.

Pemerintah Singapura sendiri sudah menjanjikan akan menggelontorkan stimulus sebesar 67 miliar dollar AS atau setara dengan 20 persen PDB Singapura untuk menggerakkan sektor rumah tangga dan bisnis.

Negara ini juga mulai melonggarkan pembatasan untuk mengurangi dampak ekonomi. Per 19 Juni lalu, Singapura sudah mulai membuka sebagian besar toko dan restoran sejak diberlakukan lockdown.

Baca juga: Fakta Seputar Resesi Parah yang Melanda Singapura

Resesi Jepang

Jepang juga resmi mengalami resesi ekonomi. Hal ini sejalan dengan dampak virus corona yang memukul perekonomian terbesar ketiga di dunia tersebut.

Dilansir dari BBC, Senin (18/5/2020), pertumbuhan ekonomi Jepang dilaporkan minus 3,4 persen pada periode Januari-Maret 2020 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Ini merupakan penurunan terbesar sejak tahun 2015. Kontraksi pertumbuhan ekonomi Jepang pun menyusul pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2019 yang mencapai minus 6,4 persen.

Pertumbuhan ekonomi minus selama dua kuartal berturut-turut merupakann deskripsi teknikal resesi ekonomi.

Jepang tidak memberlakukan lockdown secara nasional untuk mencegah penyebaran virus corona, namun mengumumkan kondisi darurat pada April 2020. Hal ini memberikan dampak yang sangat buruk bagi rantai pasok dan bisnis di Jepang.

Baca juga: Pemerintah Dorong Jepang Investasi di Industri Farmasi dan Kesehatan

Resesi Jerman

Pertumbuhan ekonomi Jerman dilaporkan minus 2,2 persen pada kuartal I 2020. Data resmi menunjukkan, ekonomi Jerman mengalami resesi akibat pagebluk virus corona.

Dilansir dari BBC, Sabtu (16/5/2020), ini merupakan penurunan terbesar ekonomi Jerman secara kuartalan sejak tahun 2009. Kala itu, Jerman turut tergulung krisis keuangan global.

Data resmi yang dirilis Kantor Statistik Federal juga merevisi angka pertumbuhan ekonomi Jerman pada kuartal IV 2019, yang menunjukkan minus 0,1 persen.

Artinya, pertumbuhan ekonomi Jerman negatif selama dua kuartal berturut-turut. Ini adalah definisi teknis resesi ekonomi.

Perekonomian Jerman sudah mulai goyah sebelum virus corona menyebar. Penyebabnya, perang dagang Amerika Serikat dan China turut memberikan dampak kepada aktivitas perekonomian Jerman.

Jerman merupakan ekonomi terbesar di kawasan Eropa. Namun demikian, merosotnya ekonomi di negara itu tidak seburuk negara-negara tetangganya.

Baca juga: Restoran Indonesia di Jerman Ini Manfaatkan Bahan Makanan yang Sering Terbuang Percuma

Perancis dan Italia

Selain Jerman, Perancis dan Italia juga mengalami pertumbuhan ekonomi minus.

Pada Maret 2020 kemarin, ekonomi kedua negara terhantam oleh pandemi virus corona. Perancis mengalami pertumbuhan ekonomi minus 5,8 persen.

Sementara, pertumbuhan ekonomi Italia dilaporkan minus 4,7 persen. Italia juga sempat menjadi episentrum virus corona di Eropa. 

Pada akhir Maret lalu, jumlah korban meninggal akibat virus corona di Italia mencapai 31.763, tertinggi ketiga di dunia di bawah Amerika Serikat dan Inggris. 

Pada 27 Maret lalu, Italia mencatat lebih dari 900 orang meninggal dunia akibat Covid-19. Kini, sebanyak 153 orang meninggal dunia dalam 24 jam terakhir.

Baca juga: Pergi ke Pantai Italia Sambil Telanjang, 6 Turis Didenda Rp 54 Juta

(Sumber: Kompas.com/ Sakina Rakhma Diah Setiawan, Muhammad Idris | Editor Sakina Rakhma Diah Setiawan, Muhammad Idris)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi