Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Mongolia, Kini Penyakit Pes Ditemukan pada Seekor Tupai di AS

Baca di App
Lihat Foto
THINKSTOCKPHOTOS
Ilustrasi tupai.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Selain virus corona yang masih menjadi ancaman bagi manusia hingga di bulan ke-6 penyebarannya, ada satu lagi wabah penyakit yang juga penting untuk diketahui.

Penyakit ini adalah pes atau disebut juga sebagai sampar.

Pes adalah kondisi infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang dibawa dan ditularkan oleh beberapa jenis binatang, seperti tikus, marmut, kelinci, anjing, dan kucing.

Infeksi mematikan ini beberapa hari yang lalu ditemukan di salah satu wilayah di Mongolia pada seorang penggembala.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akibat wabah pes ini, orang yang terinfeksi harus menjalani karantina meskipun kondisinya stabil.

Baca juga: Kasus Baru Wabah Pes Muncul di Mongolia, China Langsung Siaga 3

Kali ini, bakteri penyebab pes ditemukan ada pada seekor tupai di Colorado, Amerika Serikat.

Melansir CNN, Selasa (14/7/2020), tupai itu dikonfirmasi positif membawa bakteri pes Sabtu (11/7/2020) di kota Morrison.

Berdasarkan informasi yang dikeluarkan Departemen Kesehatan Masyarakat Negara Bagian Jefferson (JCPH), temuan pes pada tupai kali ini merupakan kasus pertama pes di negara bagian Colorado, Amerika Serikat untuk tahun 2020.

Pandemi Black Death

Sebelumnya wabah pes telah ada sejak berabad-abad lalu dan menyebabkan pandemi mematikan dalam sejarah peradaban manusia.

Diperkirakan, ada lebih dari 50 juta orang di Eropa meninggal selama masa pandemi yang lebih dikenal dengan istilah pandemi Black Death di akhir abad ke-14 ini.

Atas adanya temuan kasus pes di Colorado, JCPH memperingatkan masyarakat bahwa bakteri tersebut dapat menginfeksi tidak hanya binatang, namun juga manusia jika pencegahan serius tidak dilakukan.

Bakteri pes bisa ditransmisikan melalui gigitan kutu atau binatang yang sudah terinfeksi.

Meskipun antibiotik di era modern ini sudah dapat mencegah terjadinya komplikasi dan kematian apabila diberikan secara cepat, wabah ini tetap menjadi ancaman besar bagi manusia dan binatang.

Pes bagi penderitanya dapat mendatangkan rasa sakit, terjadinya pembengkakan kelenjar getah bening, demam, menggigil, dan batuk.

Jika tidak diobati secara cepat dan tepat, pes dapat berubah menjadi penyakit pernapasan dan menyebabkan pneumonia, apabila bakteri sudah menyebar hingga ke paru-paru.

Melihat temuan di Mongolia dan Colorado ini, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengkategorikan wabah ini sebagai penyakit yang kembali muncul.

Hingga 2.000 kasus per tahun

Dari data WHO, tercatat setidaknya ada 1.000-2.000 kasus pes dari seluruh dunia di setiap tahunnya.

Namun angka itu masih terbilang kecil, karena bisa jadi ada banyak kasus yang tidak dilaporkan.

Di Colorado sendiri, dilaporkan ada dua orang meninggal akibat menderita pes pada tahun 2015.

Baca juga: Penyakit Pes: Gejala, Penyebab, Cara Mengobati, dan Cara Mencegah

Pengobatan dan pencegahan

Melansir Kompas.com (7/7/2020) yang mengutip buku Mengenali Keluhan Anda: Info Kesehatan Umum untuk Pasien (2013) oleh Dr. Ayustawati, PhD ada beberapa cara pencegahand an pengobatan penyakit pes. 

Cara mengobati penyakit pes

Penderita yang terserang pes perlu penanganan secepat mungkin. Apabila penanganan tidak didapatkan penderita dalam waktu 24 jam, bisa menimbulkan kondisi fatal, bahkan menyebabkan kematian.

Antibiotik, oksigen, infus dan pernapasan bantuan mungkin diperlukan untuk membutuh bakteri yang menyerang penderita dan memperbaiki kondisi penderita.

Jika seseorang punya kontak dengan penderita pes, mereka perlu diperiksa oleh dokter untuk melihat apakah terkena penyakit pes atau tidak.

Dokter mungkin akan memberikan juga antibiotik untuk mencegah penularan penyakit pes.

Cara mencegah penyakit pes

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit pes, selain menghindari kontak dengan penderita.

  • Mengontrol populasi tikus dapat menurunkan risiko munculnya epidemi atau wabah pes
  • Vaksinasi untuk pes sudah tersedia, tapi memang efektifitasnya belum meyakinkan

Baca juga: Besok Matahari Tepat di Atas Kabah, Saatnya Cek Kembali Arah Kiblat!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi