Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Amnesty: 89 Tenaga Kesehatan di Indonesia Meninggal, 878 Terinfeksi

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI
Seorang tenaga kesehatan memakai alat pelindung diri sebelum memberikan makanan kepada pasien positif COVID-19 di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Bandung, Jawa Barat, Senin (13/7/2020). Kementerian Kesehatan menyebut anggaran untuk insentif tenaga kesehatan yang menangani pasien COVID-19 mencapai Rp1,9 triliun baik di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) dan institusi kesehatan pusat. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/wsj.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Amnesty International merilis sebuah laporan global yang berisi tentang kondisi yang dialami oleh para pekerja kesehatan di dunia selama pandemi Covid-19 melanda.

Dalam laporan tersebut, ada lebih dari 3.000 tenaga kesehatan yang telah meninggal akibat Covid-19 di 79 negara di dunia.

Menurut data dari Amnesty International, negara-negara dengan jumlah kasus kematian tenaga kesehatan tertinggi adalah Amerika Serikat (507 kasus), Rusia (545 kasus), Inggris (540 kasus, termasuk pekerja layanan sosial),  dan Brasil (351 kasus).

Indonesia

Di Indonesia sendiri, Amnesty mencatat setidaknya 89 tenaga kesehatan yang meninggal dunia akibat Covid-19 ini, yaitu mencakup dokter, dokter gigi dan perawat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Data tersebut didasarkan pada monitoring yang dilakukan oleh Amnesty International Indonesia hingga 13 Juli 2020.

Adapun rinciannya adalah 60 dokter, 23 perawat, dan 6 dokter gigi.

Sementara itu, jumlah infeksi pada tenaga kesehatan berdasarkan pengawasan oleh Amnesty International hingga 12 Juni 2020 adalah sebanyak 878 kasus.

Beberapa di antaranya adalah di 174 kasus di DKI Jakarta, 225 kasus di Jawa Timur, dan 110 di Jawa Tengah.

Saat dikonfirmasi Kompas.com, Rabu (15/7/2020) siang, Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid membenarkan keterangan tersebut.

"Potret perlindungan meliputi kondisi dari tenaga kesehatan, mereka sangat memprihatinkan dari 63 negara, termasuk indonesia," kata Usman, dikutip dari Kompas.com (13/7/2020).

Baca juga: Amnesty: Perlindungan Terhadap Tenaga Medis Memprihatinkan...

Kurangnya alat pelindung diri (APD)

Di hampir seluruh negara yang disurvei oleh Amnesty International, para petugas kesehatan melaporkan kurangnya alat pelindung diri (APD), termasuk di negara-negara dengan jumlah kasus signifikan seperti India dan Brasil.

Selain kekurangan pasokan APD secara global, pembatasan perdagangan juga semakin memperburuk kondisi ini.

Pasalnya, sejak Juni 2020, 56 negara dan dua blok dagang (Uni Eropa dan Uni Ekonomi Eurasia) telah memberlakukan pelarangan dan pembatasan ekspor APD beserta komponen-komponennya.

“Di saat negara harus memastikan kecukupan APD untuk para tenaga kesehatan mereka, pembatasan perdagangan berisiko makin memperburuk kurangnya APD di negara-negara yang bergantung pada impor. Padahal, pandemi Covid-19 adalah masalah global yang membutuhkan kerja sama global,” kata Sanhita Ambast, Peneliti dan Penasihat tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya Amnesty International.

Beban kerja dan kesehatan mental

Dengan peningkatan jumlah pasien yang terus terjadi, tenaga kesehatan melaporkan beban kerja yang juga meningkat secara signifikan.

Di Sudan Selatan, 66 media melaporkan bahwa teknisi laboratorium pemeriksaan harus bekerja hingga 16 jam sehari.

Sebuah paper terbaru di British Medical Journal juga mencatat bahwa ada 50,3 persen tenaga kesehatan di China melaporkan depresi, 44,6 persen mengalami gangguan cemas, dan 34 persen mengalami insomnia.

Selain itu, sebuah studi pada tenaga kesehatan di garda pertama dan kedua di Italia menemukan sebuah proporsi substansial dari masalah kesehatan mental, terutama pada wanita muda dan tenaga kesehatan garda terdepan.

Baca juga: 3.000 Tenaga Kesehatan Meninggal akibat Covid-19, Ini Negara Terbanyak

Upah yang tak layak dan stigma

Selain itu, Amnesty Internasional juga mencatat sejumlah tenaga kesehatan yang dibayar dengan upah tidak layah hingga tidak diberi upah sama sekali pada beberapa kasus.

Di Guatemala, setidaknya 46 staf di fasilitas kesehatan tidak dibayar selama 2,5 bulan masa kerja mereka di rumah sakit rujukan Covid-19.

Sementara itu, di beberapa negara lain, tidak ada tunjangan tambahan untuk tenaga kesehatan yang merawat pasien Covid-19.

Sejumlah tenaga kesehatan juga menerima stigma negatif dan tindak kekerasan karena pekerjaan mereka. 

Data Amnesty International Indonesia per 2 juni 2020 menunjukkan setidaknya terdapat 15 kasus diskriminasi dengan 214 korban oleh masyarakat terhadap para tenaga medis.

Mulai dari penolakan di rumah kost tempat mereka tinggal, pemakaman jenazah perawat, hingga tindakan kekerasan terhadap mereka.

Rekomendasi

Atas kondisi ini, Amnesty International pun membuat sejumlah rekomendasi, di antaranya adalah sebagai berikut:

  • Negara-negara harus memastikan bahwa pengusaha memberikan semua APD yang memadai bagi pekerja kesehatan dan pekerja esensial 
  • Negara-negara harus mengakui Covid-19 sebagai penyakit akibat kerja, dan pekerja yang terjangkit Covid-19 sebagai akibat dari kegiatan yang terkait dengan pekerjaan harus berhak terhadap kompensasi tunai dan perawatan medis serta perawatan lain yang
    diperlukan
  • Masalah kesehatan dan keselamatan pekerja esensial harus didengarkan dan ditangani
    dengan cara yang tepat
  • Setiap serangan atau tindakan kekerasan terhadap pekerja kesehatan dan pekerja esensial harus segera diselidiki secara menyeluruh, independen dan tidak memihak oleh otoritas negara, dan pelaku harus mempertanggungjawabkan perbuatannya
  • Tinjauan komprehensif, efektif dan independen harus dilakukan berkenaan dengan
    kesiapan negara bagian dan aktor-aktor lain untuk dan respons terhadap pandemi
  • Negara-negara harus mengumpulkan dan mempublikasikan data berdasarkan pekerjaan,
    termasuk kategori pekerja kesehatan dan pekerja esensial lainnya yang telah terinfeksi
    oleh Covid-19, dan berapa banyak yang telah meninggal

Baca juga: 14 Dokter Meninggal dalam Sepekan, Kenapa Banyak Nakes Terinfeksi Covid-19?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi