Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Populasi Dunia Diprediksi Akan Menyusut Setelah 50 Tahun

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi populasi dunia.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Populasi dunia diprediksi akan mencapai puncaknya pada tahun 2064, yaitu sebanyak 9,7 miliar. Kemudian, mengalami penurunan menjadi sekitar 8,8 miliar di akhir abad ini.

Prediksi tersebut merupakan hasil penelitian yang dipublikasikan di The Lancet, Selasa (14/7/2020).

Pada tahun 2100, sebanyak 183 dari 195 negara tidak akan memiliki tingkat kesuburan yang dibutuhkan untuk menjaga populasi saat ini, dengan proyeksi 2,1 kelahiran pada tiap perempuan.

Peneliti juga menyebut sebanyak 23 negara, termasuk Jepang, Thailand, Italia, dan Spanyol akan mengalami penyusutan populasi hingga lebih dari 50 persen.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sedangkan populasi di Afrika sub-Sahara akan menjadi tiga kali lipat.

Selain itu, penelitian ini juga memprediksi penurunan yang cukup signifikan pada populasi usia kerja di negara-negara termasuk India dan China.

Kondisi ini akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi dan dapat menimbulkan dampak negatif bagi tenaga kerja dan sistem dukung sosial.

Baca juga: Sejarah Hari Populasi Dunia

Penyusutan populasi di akhir abad

Melansir CNN, 14 Juli 2020, permasalahan yang biasanya terjadi di dunia adalah tentang ledakan populasi. Kini, justru sebaliknya.

"Sejak tahun 1960-an, dunia fokus dengan terjadinya ledakan populasi. Tiba-tiba, saat ini, kita melihat titik balik dimana sangat jelas bahwa kita tengah beralih dengan cepat dari masalah terlalu banyak orang menjadi terlalu sedikit," kata Dr Christopher Murray, pemimpin penelitian ini.

Murray mengatakan bahwa tidak hanya populasi yang menyusut, tetapi masyarakat umumnya memiliki usia yang tua. Kondisi ini akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

"Ada lebih banyak orang yang membutuhkan benefit dari pemerintah, baik untuk tujuan keamanan sosial atau asuransi kesehatan, dan akan ada lebih sedikit orang yang membayar pajak," jelasnya.

Baca juga: Tiga Peristiwa yang Dapat Menyebabkan Dinamika Populasi

Penelitian tersebut memprediksi ada 2,37 miliar orang yang berusia di atas 65 tahun secara global pada tahun 2100.

Sementara, orang dengan usia di bawah 20 tahun adalah sebanyak 1,7 miliar.

Jumlah populasi yang berusia lebih dari 80 tahun juga akan meningkat, dari 141 juta menjadi 866 juta.

Adapun jumlah anak-anak di bawah usia 5 tahun akan menurun sebanyak lebih dari 40 persen, yaitu dari 681 juta pada tahun 2017 menjadi 401 juta di tahun 2100.

Dikutip dari The New York Times, ( 14/7/2020) John Wilmoth, direktur divisi populasi di Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang menghasilkan proyeksi organisasi setiap dua tahun, mengatakan bahwa dia belum sepenuhnya membaca studi ini.

Tetapi dia mengatakan bahwa itu telah membuat beberapa asumsi tentang pengaruh kesuburan, kematian dan migrasi yang membantu membentuk kesimpulan.

Salah satu asumsi terbesar, kata Wilmoth dalam sebuah wawancara, adalah bahwa negara-negara dengan tingkat kesuburan rendah tidak akan melakukan apa pun untuk menaikkannya antara sekarang dan 2100.

Sedangkan dari temuan peneliti menyebutkan beberapa yang menjadi penyebabnya.

"Penelitian menunjukkan bahwa tren berkelanjutan dalam pencapaian pendidikan wanita dan akses ke kontrasepsi akan mempercepat penurunan kesuburan dan pertumbuhan populasi yang lambat," bunyi penelitian tersebut. 

Baca juga: Jumlah Penduduk Dunia 2020

Dampak bagi lingkungan dan ekonomi

Peneliti menyebut bahwa penurunan populasi dapat diimbangi dengan migrasi, terutama di negara-negara dengan kesuburan rendah seperti AS, Australia, dan Kanada.

Melalui migrasi, negara-negara dengan kebijakan migrasi liberal tetap dapat menjaga ukuran populasi sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi.

Dalam penelitian tersebut, penulis menyebut bahwa penurunan jumlah populasi ini juga dapat memberikan dampak positif pada lingkungan, perubahan iklim, dan produksi makanan.

"Jika hanya mempertanyakan tentang jumlah orang dan bukan dampak lainnya, dapat dikatakan bahwa penyusutan ini adalah hal yang baik bagi planet," kata Murray.

"Masalahnya adalah adalah piramida usia yang menjadi terbalik. Kondisi ini berpengaruh nyata terhadap masyarakat dan bagaimana ekonomi bekerja, bagaimana pajak dibayar. Apa yang benar-benar perlu kita ketahui saat ini adalah bagaimana untuk mengubah posisi negara saat ini," imbuhnya.

Baca juga: 3 Kisah Jual Rumah Bonus Istri yang Pernah Ada di Indonesia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi