Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penumpang KRL Kini Wajib Pakai Baju Lengan Panjang, Memangnya Efektif?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO
Penumpang KRL Commuter Line tiba di Stasiun Bogor, Jumat (26/6/2020). Tim gugus tugas penanganan Covid-19 Jawa Barat melakukan rapid test dan tes usap pada penumpang KRL Commuter Line yang tiba di Stasiun Bogor untuk memetakan sebaran Covid-19.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Penumpang kereta rel listrik (KRL) akan diwajibkan menggunakan baju lengan panjang mulai minggu depan.

Dilansir Kompas.com, Kamis (16/7/2020), aturan tersebut mengikuti Surat Edaran Kementerian Perhubungan (SE Kemenhub) Nomor 14 tahun 2020 tentang Pedoman dan Petunjuk Teknis Pengendalian Transportasi Perkeretaapian Dalam Masa Adaptasi Kebiasan Baru untuk Mencegah Penyebaran Corona Virus Diseases 2019 (Covid-19).

VP Corporate Communications PT KCI Anne Purba mengatakan, penumpang tidak akan diizinkan masuk stasiun jika tak menggunakan lengan panjang.

Baca juga: Mengenal Hokkaido, Provinsi Bersalju yang Menjadi Sarang Virus Corona di Jepang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dia menuturkan, penumpang bisa menggunakan jaket, kemeja, atau kaus lengan panjang untuk naik KRL.

Epidemiolog dari Universitas Griffith Dicky Budiman menanggapi bahwa penggunaan lengan panjang untuk mencegah penularan Covid-19 tidak ada risetnya.

"Enggak ada risetnya dan juga kaitannya secara mekanisme penularan Covid-19," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Kamis (16/7/2020).

Penyebab penularan utama virus SARS-CoV-2 yakni saat tangan menyentuh wajah seperti mata hidung, dan mulut.

Dicky mengatakan bersenggolan antar sesama penumpang tidak boleh, baik memakai lengan panjang atau tidak. Minimal harus dicegah atau diminimalisir.

Baca juga: Ramai soal Penolakan Jenazah Covid-19, Dokter: Pasien Meninggal, Virus Pun Mati

Kurangi kapasitas penumpang

Justru menurutnya yang harus diutamakan adalah mengurangi kapasitas penumpang, sehingga tidak terjadi kepadatan.

"Saat ini sebaiknya diturunkan dulu kapasitas penumpang karena posisi penularan Covid-19 di masyarakat tinggi," tambahnya.

Idealnya, kata dia, 25 sampai 35 persen dari kapasitas. Tapi kebijakan itu perlu dibarengi kerja sama berbagai pihak.

Baca juga: Virus Corona Menular Lewat Droplet dan Airborne, Apa Bedanya?

"Pengurangan kuota penumpang perlu dibarengi dengan penambahan frekuensi kereta atau busway untuk mengurangi penumpukan," imbuh dia.

Dicky mengatakan, penting juga untuk membuka jendela atau mengatur ventilasi agar sirkulasi baik.

Solusi agar penumpang tidak berdesakan menurut Dicky selain menurunkan kapasitas penumpang, juga membuat sistem tiket online.

Baca juga: Berikut 5 Gejala Virus Corona Ringan yang Tak Boleh Diabaikan

Perlunya work from home

Dengan begitu menurutnya jumlah penumpang bisa lebih terkendali. Penumpang hanya berangkat atau pergi ke stasiun sesuai jadwal tiketnya.

Selain itu perlu juga kerja sama antara Pemda dengan pihak perusahaan.

Dicky mengatakan saat ini masih perlu Work From Home (WFH). Para karyawan, terutama yang berisiko perlu bekerja dari rumah. Dengan begitu juga akan mengurangi jumlah penumpang KRL.

"Perkantoran ini harus terus di monitor, karena pandemi ini masih relatif lama," katanya.

Dicky menambahkan nantinya kebijakan harus dievaluasi lagi saat situasi relatif terkendali.

Selain itu dia berharap agar pemerintah lebih bijak dalam mengambil keputusan.

"Hendaknya setiap kebijakan yang diambil berdasar sains sehingga efektif dalam mencegah penularan. Kewajiban memakai masker, menjaga jarak, dan melakukan disinfeksi rutin serta menjaga ventilasi yang baik di gerbong jauh lebih utama," tutupnya.

Baca juga: Sering Sakit Punggung Ketika WFH, Berikut 4 Cara Meredakannya

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Beda Batuk Gejala Covid-19 dan Batuk Biasa

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi