Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Status Gunung Agung Bali Diturunkan ke Level Waspada

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF
Asap mengepul dari kawah Gunung Agung terlihat dari kawasan Besakih, Karangasem, Bali, Senin (2/7/2018).
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com – Status Gunung Agung, Bali, diturunkan dari Level III (Siaga) ke Level II (Waspada).

Penurunan status tersebut dilakukan terhitung mulai Kamis (16/7/2020) pukul 15.00 WITA.

“Berdasarkan hasil analisis data pengamatan visual dan instrumental maka status tingkat aktivitas Gunung Agung diturunkan dari Level III (Siaga) ke Level II (Waspada),” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ( ESDM) Kasbani melalui keterangan yang diterima Kompas.com, Kamis (16/7/2020).

Keputusan penurunan status karena berdasarkan pemantauan aktivitas Gunung Agung menunjukkan adanya  penurunan.

Visual Gunung Agung pada periode 1 Januari 2020-16 Juli 2020 didominasi oleh asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis dan ketinggian sekitar 20-150 meter di atas puncak.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Agung terakhir mengalami erupsi pada 13 Juni 2019 pukul 01.38 WITA.

Kini, aktivitas permukaan didominasi oleh embusan dengan intensitas lemah hingga sedang.

“Secara visual dapat teramati jelas terjadi penurunan aktivitas permukaan kawah yang cukup signifikan,” kata Kasbani.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gunung Agung Meletus, Tewaskan 1.600 Orang

Aktivitas kegempaan di Gunung Agung dalam satu tahun terakhir juga disebut mengalami penurunan, di mana sesekali masih terekam tetapi jumlah tidak signifikan.

Kasbani menyebutkan, hal ini menjadi indikasi bahwa pergerakan magma masih terjadi di dalam gunungapi, namun intensitas rendah.

Setidaknya, kegempaan selama periode 1 Januari–16 Juli 2020 yang terjadi adalah 97 kali gempa embusan, 18 kali gempa vulkanik dangkal, 62 kali gempa vulkanik dalam, 105 kali gempa tektonik lokal, dan 711 kali gempa tektonik.

Anomali panas di permukaan kawah terakhir terdeteksi satelit modis pada Oktober 2019.

Sementara, data deformasi Gunung Agung setahun terakhir menunjukkan pola deflasi (mengempis).

Beberapa bulan terakhir pola juga cenderung stabil dan tidak mengindikasikan akumulasi tekanan magma signifikan.

Baca juga: Gunung Agung Meletus, Kolom Abu Capai 1 Kilometer

Masih berpotensi erupsi

Dari analisis dan permodelan data pemantauan, Kasbani menyebutkan, Gunung Agung masih berpotensi mengalami erupsi.

“Masih berpotensi mengalami erupsi namun dengan ancaman bahaya primer diperkirakan masih terlokalisir di sekitar area puncak dengan radius bahaya maksimum hingga 2 km dari kawah puncak,” ujar dia.

Adapun ancaman aliran lahar hujan dapat terjadi terutama saat musim hujan selama material erupsi sebelumnya masih terpapar di area lereng dekat puncak.

Daerah yang masih berpotensi terlanda aliran lahar hujan adalah aliran-aliran sungai yang berhulu ke arah utara, timur laut, tenggara, selatan dan baratdaya.

Rekomendasi

Masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki atau pengunjung direkomendasikan untuk tidak berada, melakukan pendakian, dan beraktivitas apa pun di zona perkiraan bahaya.

Zona perkiraan bahaya yakni di seluruh area dalam radius 2 km dari kawah puncak Gunung Agung.

Zona perkiraan bahaya akan terus dipantau dan dapat berubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data terbaru.

Masyarakat yang beraktivitas dan bermukim di sekitar alran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung diimbau untuk mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder aliran lahar hujan yang masih dapat terjadi.

Pemerintah Daerah, BPBD Provinsi dan Kabupaten diimbau selalu berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Karangasem dan atau dengan PVMBG di Bandung.

Perkembangan status maupun rekomendasi Gunung Agung dapat dipantau melalui aplikasi MAGMA Indonesia yang dapat dunduh di Google Play atau diakses melalui website https://magma.esdm.go.id

“Partisipasi masyarakat sangat diharapkan dengan melaporkan kejadian-kejadian yang berkaitan dengan aktivitas Gunung Agung melalui fitur Lapor Bencana. Para pemangku kepentingan di sektor penerbangan dapat mengakses fitur VONA (Volcano Observatory Notice for Aviation),” kata Kasbani.

Baca juga: Gunung Agung Meletus, Semburkan Abu Setinggi 2.000 Meter

KOMPAS Gunung Agung Meletus

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi