Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Kita Diingatkan Jangan Hanya Andalkan Vaksin untuk Hadapi Pandemi Virus Corona...

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Warga melintas di dekat mural bergambar simbol orang berdoa menggunakan masker yang mewakili umat beragama di Indonesia di kawasan Juanda, Kota Depok, Jawa Barat, Kamis (18/6/2020). Mural yang dibuat oleh warga itu bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat untuk menggunakan masker sebagai salah satu pencegahan dan penyebaran COVID-19. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/aww.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com – Pandemi virus corona menjadi tantangan besar seluruh negara di dunia sejak awal 2020.

Hingga kini, penyebaran virus masih terjadi. Di beberapa negara bahkan belum terkendali.

Para ahli mengatakan, pandemi virus corona tak akan selesai dengan mudah. Kita pun diingatkan untuk tak hanya mengandalkan vaksin untuk melewati pandemi Covid-19.

*****

Para ahli menyebutkan, penyelesaian pandemi tergantung bagaimana pemerintah menggunakan strategi dan alat serta bagaimana masyarakat menyesuaikan situasi saat ini dengan kehidupan sehari-hari, di tengah virus corona yang masih menyebar.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, Senin (13/7/2020) menyebutkan, situasi akan semakin memburuk jika negara-negara dan orang-orang tidak mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghentikan penyebaran Covid-19.

“Tidak ada cara bagi dunia untuk kembali ke era normal lama di masa mendatang,” kata Tedros.

Asisten Profesor Penyakit Menular di Georgetown Medical Centes, Washington DC, AS, Daniel Lucey sepakat dengan hal tersebut.

“Kita perlu menyadari bahwa ini benar-benar virus yang belum pernah terjadi sebelumnya sehingga tidak ada analogi sejarah yang tepat,” ujar Lucey.

“Itu akan terus ada, mengingat peluang manusia terinfeksi saat tidak memakai masker dan menjaga jarak sosial. Jadi, ini adalah realititass dunia kita sekarang," lanjut dia.

Baca juga: 75 Negara Ingin Bergabung dengan Skema COVAX untuk Vaksin Corona

Situasi yang belum pasti

Beberapa wilayah memperlihatkan penularan virus corona telah terkendali sehingga bisa menekan angka peningkatan kasus Covid-19.

Namun, ada pula negara yang awalnya kasus suda mereda, tiba-tiba melonjak kembali.

Hong Kong, misalnya, selama tiga pekan ini tak memiliki kasus yang ditularkan dari transmisi lokal.

Akan tetapi, pada 5 Juli 2020, mencatat lebih dari 200 kasus baru yang belum jelas dari mana asal penularannya. 

Melbourne yang merupakan kota terbesar di Australia pekan lalu menutup kembali kegiatan-kegiatan yang tak perlu setelah kasus virus corona kembali melonjak.

Demikian pula dengan kasus virus corona di China yang kembali mengalami penambahan kasus-kasus baru setelah 55 hari tak ada laporan kasus.

Baca juga: Ini Dia Uji Coba Vaksin Corona yang Menghasilkan Antibodi

Seorang Spesialis Penyakit Menular dan Profesor di Sekolah Kedokteran Universitas Nasional Australia di Canbera Sanjaya Senanayake menyebutkan dua faktor yang berpotensi menimbulkan lonjakan.

Dua faktor itu adalah penyebaran penyakit oleh kasus-kasus asimptomatik dan ringan serta potensi penyebaran melalui acara besar.

“Lonjakan angka kasus akan mengarah pada penerapan kembali langkah-langkah kontrol yang lebih ketat seperti bekerja dari rumah dan menutup sekolah dan bisnis untuk memastikan situasi tidak lepas kendali,” ujar Sanjaya.

Ia mengatakan, vaksin mungkin belum siap digunakan sebelum pertengahan tahun depan.

Oleh karena itu, masyarakat harus siap untuk menghadapi langkah-langkah tersebut jika wabah kembali merebak.

Ia juga menyebut perjalanan ke luar negeri saat kondisi seperti sekarang juga masih akan dilakukan secara terbatas.

Baca juga: Siapkan Vaksin Covid-19, Indonesia Kolaborasi dengan China dan Korea Selatan

Jangan andalkan vaksin

David Heymann, seorang Profesor Epidemiologi Penyakit Menular di London School of Hygiene and Tropal Medicine, mengatakan, tak seharusnya vaksin dipandang sebagai cara mengendalikan krisis dan dijadikan dasar untuk pertimbangan tindakan jangka panjang.

“Kita semua berharap akan ada vaksin. Tetapi seharusnya tidak menghentikan apa yang kita coba lakukan hari ini. Apa yang kita coba lakukan hari ini? Apakah kita berusaha menekan virus dan meminimalkan jumlah kematian dan terus menekannya tanpa batas waktu jika tidak ada vaksin? Atau, apakah kita mencoba membiarkannya masuk ke dalam masyarakat kita dengan cara yang melindungi orang-orang dengan risiko terbesar dan jika ditakdirkan untuk menjadi endemik, biarkan menjadi endemik?" papar dia.

Saat ini, sejumlah negara melakukan berbagai upaya menekan penyebaran virus dengan menerapkan langkah kontrol agar kematian tetap rendah dan mencegah rumah sakit tak kewalahan menangani pasien.

Hal ini seperti yang dianjukan WHO.

Baca juga: Kabar Baik, Vaksin Covid-19 Buatan Universitas Queensland Mulai Diuji Coba ke Manusia

Heymann menyebutkan, saat ini Amerika Serikat dan beberapa negara lain tengah menjadi pusat wabah. Akan tetapi, negara-negara lain juga berpotensi.

Sementara, menurut Tedros, banyak negara yang melangkah ke arah yang salah .

"Tidak peduli di mana suatu negara berada dalam kurva epidemiknya, tidak pernah ada kata terlambat untuk mengambil tindakan tegas," kata Tedros. 

Ashley St John, asisten profesor dan ahli imunologi di Duke-NUS Medical School, Singapura, mengatakan, masih banyak yang harus dipelajari tentang kekebalan terhadap virus corona jenis baru ini dalam jangka panjang.

Memiliki vaksin untuk membantu meminimalkan penularan memang penting, tetapi lebih penting untuk realistis terhadap dampaknya saat ini karena tak mungkin berharap vaksin hadir lebih awal. 

"Sepenuhnya mencegah infeksi pada siapa pun," kata dia.

“Vaksin-vaksin terbaik memberi kita perlindungan seumur hidup, dan kekurangan itu mungkin tampak seperti kegagalan,” lanjut Ashley.

Baca juga: Saat Negara Maju Berkompetisi Dapatkan Vaksin Corona

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Macam-macam Penularan Virus Corona

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi