KOMPAS.com - Belum ditemukannya vaksin dan obat untuk virus corona membuat banyak negara harus memutar otak untuk menghentikan penularan virus yang bermula di Kota Wuhan tersebut.
Selain menjaga jarak, strategi jitu dalam menahan penyebaran Covid-19 adalah pengujian secara masif.
Strategi itu telah terbukti sukses di beberapa negara, seperti Korea Selatan dan Singapura.
Baca juga: Memprediksi Kapan Pandemi Covid-19 di Indonesia Akan Berakhir...
Akan tetapi, dua negara di atas yang disebut sukses menaklukkan virus corona dengan pengujian massalnya ternyata bukan termasuk negara dengan tingkat pengujian tertinggi di dunia.
Tingkat pengujian Covid-19 di Korea Selatan sampai saat ini mencapai 28.301 tes per satu juta penduduk atau total 1.4 juta tes, menurut data Worldometer.
Masih dari sumber yang sama, diketahui negara dengan tingkat pengujian tertinggi adalah Luksemburg dengan 502.830 tes per satu juta penduduk.
Negara berpenduduk 626.367 itu telah melakukan 314.956 tes.
Baca juga: Alasan Singapura Tak Rekomendasikan Dexamethasone sebagai Obat Covid-19
Berikut 10 negara dengan tingkat pengujian Covid-19 tertinggi per satu juta penduduk.
- Luxemburg: 502.830 tes (total tes 314.956)
- Uni Emrirat Arab: 436.247 tes (total tes 4,3 juta)
- Bahrain: 412.740 tes (total tes 703.002)
- Islandia: 313.129 tes (total tes 313.129)
- Malta: 248.050 tes (total tes 109.538)
- Denmark: 222.832 tes (total tes 1,2 juta)
- Inggris: 186.588 tes (total tes 12,6 juta)
- Lituania: 173.807 tes (total tes 472.804)
- Singapura: 172.502 tes (total tes 1 juta)
- Rusia: 164.821 tes (total tes 24 juta)
Disorot WHO
Sebagai perbandingan, tingkat pengujian di Indonesia saat ini hanya mencapai 4.189 per satu juta penduduk dengan total 1,1 juta tes.
Rendahnya pengujian itu pun sempat mendapat sorotan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam sebuah laporan berkala yang diterbitkan pada 8 Juli 2020.
WHO menyebut kapasitas tes di Indonesia secara nasional saat ini baru berada pada 0,4 : 1.000 populasi per satu minggu.
Baca juga: Mengenal RT-LAMP, Alternatif Tes Covid-19 yang Disebut Lebih Murah daripada PCR
Padahal standar minimal yang diterapkan WHO adalah 1:1.000 populasi per satu minggu. Di tingkat daerah, hanya DKI Jakarta yang memenuhi standar minimal itu.
Untuk mengejar standar minimal itu, Presiden Joko Widodo telah meminta untuk meningkatkan kapasitas tes menjadi 30.000 tes per hari.
"Kita harapkan nantinya target sesuai yang saya sampaikan bisa tercapai, 30.000 (spesimen per hari)," kata Jokowi, Senin (13/7/2020).
Sejauh ini, rata-rata jumlah spesimen yang dites per hari baru berada pada angka 20.000.
Selain rendahnya jumlah tes, WHO juga menyoroti lamanya pengujian yang bisa mencapai lebih dari satu minggu.
Padahal, standar lama tes yang ditetapkan WHO adalah 24-48 jam.
Baca juga: Menilik Ketatnya Shalat Jumat di Singapura, Harus Pesan Online