Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Asia Disebut sebagai Pusat Bahaya Kolesterol...

Baca di App
Lihat Foto
World Atlas
peta benua asia
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Kolesterol seringkali menjadi penyebab berbagai gangguan di tubuh, semisal penyakit jantung hingga tekanan darah tinggi.

Tak heran, kebanyakan orang menganggap kolesterol sebagai komponen jahat yang merusak tubuh. Padahal pada kenyataannya, kolesterol adalah komponen penting dalam tubuh.

Kolesterol baru akan merugikan apabila jumlahnya berlebihan. Sementara dalam jumlah cukup kolesterol akan membantu berbagai fungsi di tubuh berjalan dengan baik.

Baca juga: Ramai soal Air Rebusan Pare untuk Obati Kolesterol, Ini Penjelasan Dokter

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas apa itu kolesterol?

Kolesterol adalah komponen yang konsistensinya mirip seperti lemak atau lilin dan bisa ditemukan di semua sel di tubuh. Dalam jumlah yang cukup, kolesterol dibutuhkan oleh tubuh untuk memproduksi hormon, vitamin D, dan komponen lain yang digunakan untuk mencerna makanan.

Baru-baru ini, sebuah penelitian menyoal level kolesterol global yang dipimpin oleh Imperial College London menyebutkan wilayah dengan penderita kolesterol terburuk adalah Asia.

Dikutip dari South China Morning Post, Sabtu (18/7/2020), Asia menjadi episentrum bahaya kolesterol tertinggi di saat level kolesterol pada masyarakat negara-negara barat cenderung turun tajam.

Penelitian ini menemukan level kolesterol buruk pada masyarakat barat sudah turun sejak 1980-an, misalnya di Amerika Utara dan sejumlah negara Eropa.

Baca juga: Obesitas dan Tingginya Angka Kematian akibat Virus Corona di AS...

Penggunaan statin

Penurunan ini disebabkan oleh penggunaan statin atau obat penurun kolesterol yang semakin meluas di masyarakat.

"Ini mengindikasikan adanya perubahan pola diet, terutama penggantian penggunaan lemak jenuh menjadi lemak tak-jenuh, ini sangat berperan dalam penurunan yang terjadi," tulis penelitian itu.

Akan tetapi, di Asia tren sebaliknyalah yang terjadi. Level kolesterol buruk justru meningkat di sejumlah negara seperti China, Indonesia, Thailand, dan Malaysia.

Baca juga: Mengenal Viagra Himalaya, Jamur yang Dipercaya untuk Obat Kuat hingga Antitumor

China ada di peringkat pertama, untuk hal ini.

Semua ini bisa terjadi karena adanya peningkatan konsumsi makanan hewani, karbohidrat olahan, dan minyak kelapa sawit di wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara, namun penggunaan statin rendah.

Konsultan kardiologi di RS Gleneagles Hong Kong, Dr Michael Chan Pak-hei menyebut tidak heran dengan hasil ini, sejak budaya westernisasi masuk ke wilayah Asia.

Baca juga: Deretan Produk yang Diklaim Efektif untuk Covid-19, dari Obat Herbal hingga Kalung Antivirus Corona

Masakan cepat saji

Masyarakat Asia mulai terbiasa dengan makan-makanan cepat saji dan mereka melakukannya dengan frekuensi yang cukup tinggi.

Masyarakat Asia juga lebih sedikit mengonsumsi statin, atau obat penurun kolesterol.

Chan mengatakan masyarakat Asia tidak begitu menerapkan pedoman mengelola kolesterol jahat atau low-density lipoprotein (LDL) yang dikeluarkan oleh badan seperti European Society of Cardiologu (ESC).

Baca juga: Alasan Singapura Tak Rekomendasikan Dexamethasone sebagai Obat Covid-19

Akibatnya, beragam resep penggunaan statin muncul di masyarakat Asia.

"Penelitian ini menunjukkan penggunaan statin lebih sedikit digunakan di hampir semua negara Asia. Bahkan di masyarakat China, dokter cenderung tidak begitu agresif dalam mengikuti pedoman yang direkomendasikan," kata Chan.

"Bukannya menggunakan statin dengan intensitas tinggi sebagaimana direkomendasikan, mereka malah mencoba statin intensitas sedang kepada pasien di tahap pertama," lanjutnya.

Masih berdasarkan Chan, pedoman yang datang dari American College of Cardiology merekomendasikan seseorang yang memiliki penyakit jantung koroner sebaiknya hanya mengonsumsi kolesterol LDL kurang dari 1,8 mmol/liter darah.

Baca juga: Apa Itu Dexamethasone, Obat Kortikosteroid dan Efek Sampingnya...

Atau berdasarkan ESC, jumlahnya malah lebih rendah yakni 1,4 mmol/liter darah. Ini biasanya ditujukan untuk orang-orang yang sudah memiliki tingkat sakit yang parah.

Sementara untuk mereka yang sehat, atau memiliki riwayat penyakit yang rendah bisa mengonsumsi kolesterol ini sebanyak 2,6 mmol/liter berdasarkan panduan Amerika atau 3 mmol/liter berdasar panduan Eropa.

Penelitian ini menggunakan analisis data dari 102,6 juta orang dewasa dari 200 negara berbeda sejak 1980-2018 dan hasilnya ditebitkan dalam jurnal Nature.

Kelebihan kolesterol ini diketahui berperan dalam 3,9 juta kasus kematian di seluruh dunia yang setengahnya terjadi hanya di wilayah Asia.

Baca juga: Deretan Obat yang Diklaim Efektif untuk Covid-19, dari Dexamethasone hingga Hidroksiklorokuin

KOMPAS.com/AKbar Bhayu Tamtomo Infografik: 9 Makanan yang Dihindari Penderita Hipertensi

 

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi