Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Donald Trump dan Sederet Pernyataan Kontroversialnya soal Virus Corona

Baca di App
Lihat Foto
REUTERS/TOM BRENNER
Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat tiba di Bandara Internasional Bangor, Maine, AS, 5 Juni 2020.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump tak henti-hentinya melontarkan pernyataan kontroversial terkait pandemi virus corona jenis baru penyebab Covid-19.

Terbaru, Trump bersumpah tak akan mewajibkan warganya untuk memakai masker demi menekan penyebaran virus corona.

Menurut Trump, warga AS harus memiliki kebebesan untuk memilih mengenakan masker atau tidak.

Berikut sejumlah pernyataan kontroversial Tump tentang virus corona:

Flu biasa

Ketika awal virus corona muncul, Trump pernah menganggap infeksi virus corona sebagai flu biasa. Alasannya, angka kematian flu jauh lebih tinggi setiap tahunnya dibanding Covid-19.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ia juga mempertanyakan penutupan akses perekonomian melalui social distancing dan larangan wisata, serta mengklaim tak akan menutup negaranya.

"Kami tidak pernah menutup negara karena flu," kata Trump, seperti diberitakan Kompas.com, 1 April 2020.

Namun, Trump akhirnya mengakui pentingnya jarak sosial dan proyeksi kematian akibat Covid-19 bisa mencapai 2,2 juta orang.

Baca juga: Jilat Ludahnya Sendiri, Trump: Virus Corona Bukan Flu Biasa

Korban Covid-19 tak seburuk klaim WHO

Dalam sebuah program televisi, Trump menyebut angka kematian akibat virus corona tak seburuk klaim WHO.

Orang nomor satu di Negeri "Uncle Sam" itu menyebut data yang diungkap WHO salah.

"Aku pikir 3,4 persen (jumlah korban) adalah angka yang salah. Sekarang, ini memang cuma firasatku, tapi juga berdasarkan dari banyak percakapan dengan orang yang melakukan ini," kata Trump, seperti diberitakan Kompas.com, 6 Maret 2020.

"Mereka (para pasien virus corona) akan pulih dengan cepat, bahkan tidak pergi ke dokter atau memanggil dokter," lanjut dia.

Suntik disinfektan dan sinar UV untuk obat

Pada 24 April 2020, Trump mengusulkan suntik disinfektan dan sinar UV untuk mengobati viris corona.

"Jadi seandainya tubuh kita terpapar - oleh sinar ultraviolet atau cahaya yang sangat kuat, saya pikir Anda mengatakan belum memeriksa tetapi Anda akan mengujinya," kata Trump, dikutip dari Kompas.com, 24 April 2020.

"Lalu saya melihat disinfektan membasminya dalam satu menit. Satu menit. Dan apakah ada cara kita bisa melakukan sesuatu seperti itu, dengan menyuntikkan ke dalam atau hampir membersihkan?" lanjut Trump.

Usai mendapat sorotan, Trump pun berdalih usulan itu hanya bersifat sarkastik.

Baca juga: Trump Usulkan Suntik Disinfektan dan Sinar UV untuk Obati Covid-19 

Menyalahkan Obama

Saat ditanya awak media terkait lambannya penanganan virus corona di AS, Trump justru menyalahkan pemerintah masa Obama yang dianggap tak siap menghadapi wabah.

"Rak kami kosong. Kami tak punya amunisi maupun suplai kepada medis," kata Trump, seperti diberitakan pada 4 April 2020.

Dia juga mengaku mewarisi tes rusak, meski tak jelas tes apa yang dimaksudnya.

Minum obat anti-malaria setiap hari

Trump mengaku rutin mengonsumsi obat malaria hidroksiklorokuin untuk mencegah penularan virus corona, meskipun obat itu belum teruji untuk Covid-19.

"Saya minum satu pil setiap hari," kata dia, dikutip dari Kompas.com, 19 Mei 2020.

Saat ditanya alasannya, Trump berpikir bahwa obat itu bagus dan telah mendengar banyak kabar bagus.

Selain itu, Trump juga mempromosikan hidroksiklorokuin meski banyak pakar menyebut obat itu tak manjur untuk pasien.

Baca juga: Trump Akan Minum Obat Anti-Malaria, Walau Belum Terbukti Ampuh Obati Covid-19

WHO boneka China

Pada Mei 2020, Trump juga sempat melontarkan kritik terhadap Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan menyebutnya sebaga boneka China.

Pernyataan itu muncul beberapa jam setelah AS menyatakan WHO membiarkan virus corona tak terkontrol, sehingga menyebabkan banyak nyawa melayang.

Dia mengklaim bahwa WHO tidak hanya memberikan mereka "nasihat yang menyeramkan", namun juga salah dan seringkali berpihak ke Beijing.

Baca juga: Trump Sebut WHO sebagai Boneka China 

Perintahkan untuk memperlambat tes

Pernyataan kontroversial lainnya muncul ketika ia memerintahkan jajarannya untuk memperlambat tes Covid-19.

Sebab, Trump menganggap peningkatan pemeriksaan itu berujung pada banyaknya kasus yang terkonfirmasi di AS.

"Ini bagian buruknya: Ketika Anda memperluas tes, Anda akan menemukan lebih banyak kasus dan infeksi," ujar Trump, dikutip dari Kompas.com, 21 Juni 2020.

"Jadi saya mengatakan kepada tim saya untuk 'memperlambatnya'. Pemeriksaan tetap dilakukan seperti biasa," lanjut dia.

Menyebut Covid-19 dengan "Kung Flu"

Menurut presiden dari Partai Republik itu, virus corona adalah penyakit yang punya banyak nama dalam sejarah.

"Aku bisa menyebut Kung Flu. Aku bisa memberi 19 nama berbeda. Banyak yang sebut itu virus dan flu. Apa bedanya. Seperti kita punya 19 atau 20 versi nama," kata Trump.

Kung Flu merupakan sindiran terhadap China yang mempunyai seni beladiri Kung Fu.

Sumber: Kompas.com (Ardi Priyatno Utomo/Aditya Jaya Iswara/Miranti Kencana Wirawan)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi