Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sastrawan Sapardi Djoko Damono Tutup Usia, Berikut Sejumlah Karyanya yang Terkenal

Baca di App
Lihat Foto
Gramedia
Kumpulan puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com – Sastrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono meninggal hari ini Minggu (19/7/2020). Sapardi menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan pukul 09.17 WIB. 

Berpulangnya sosok sastrawan yang banyak dikenal publik itu, mengundang duka mendalam bagi para penikmat karya-karya sastranya. 

Ungkapan duka mengalir dari warganet untuk Sapardi menjadikan topik “Pak Sapardi” trending di media sosial Twitter.

“Terima kasih Pak Sapardi Djoko Damono untuk karyanya yang meninggalkan kesan mendalam untuk saya. Dari tulisan bapak yang (tampak) sederhana, saya belajar banyak makna yang sama sekali tidak sederhana. Selamat jalan menuju keabadian pak,” tulis akun @RockNal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Selamat jalan Pak Sapardi Hari ini masih hujan pak, meski tak lagi bulan Juni. #SapardiDjokoDamono,” tulis akun @Em_Alwi_A

Sosok Sapardi dikenal sebagai penyair, sekaligus dosen, pengamat sastra, kritikus sastra dan pakar sastra.

Sapardi lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Surakarta.

Sepanjang hidupnya ia telah banyak menciptakan karya yang membuat namanya dikenal di kalangan pegiat sastra.

Berikut ini sejumlah karya yang pernah dilahirkan Supardi

1. Hujan Bulan Juni

Hujan Bulan Juni adalah salah satu karya terkenal ciptaan Sapardi.

Hujan Bulan Juni bermula dari kumpulan puisi yang kemudian berkembang menjadi sebuah novel trilogi.

Novel ini bercerita mengenai kisah getir nan manis Sarwono dan Pingkan.

Novel ini juga diadaptasi ke dalam layar lebar yang diperankan oleh Adipati Dolken dan Velove Vexia.

Baca juga: Karya dan Perjalanan Sastra Sapardi Djoko Damono

Kumpulan puisi Hujan Bulan Juni bahkan telah dialihbahasakan ke dalam empat bahasa yakni Inggris, Jepang, Arab, dan Mandarin.

Kumpulan puisi ini terbit pada 1994 memuat 102 puisi yang ditulis dalam rentang waktu 1964-1994.

Berikut ini syair lengkap puisi Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Pramono yang terbit pada 1989:

Hujan Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu

2. Yang Fana Adalah Waktu

Melansir dari Gramedia.com, Yang Fana adalah Waktu adalah seri ketiga dari trilogi Hujan Bulan Juni.

Novel ini berisikan sekitar 140 halaman, dengan kisah seputar hubungan Sarwono dan Pingkan.

Dimana Sarwono di Solo dan Pingkan di Kyoto mereka hanya berkomunikasi menggunakan surel. Saat hubungan jarak jauh berlangsung, orang ketiga pun datang.

Melansir dari Kompas.com (28/4/2020) Yang Fana Adalah Waktu dulunya merupakan judul puisi Sapardi yang termuat dalam kumpulan sajak Perahu Kertas (1983).

Berikut ini puisi Yang Fana Adalah Waktu:

Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
memungut detik demi detik,
merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa.
"Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?"
tanyamu.
Kita abadi

 

Baca juga: Mengenang Sapardi Djoko Damono dan Karya Abadinya bagi Dunia Sastra Indonesia

3. Duka-Mu Abadi

Kumpulan puisi Duka-Mu Abadi pertama kali diterbitkan pada tahun 1968.

Berisi sajak-sajak indah yang membebaskan hati dan menjadikannya sedih.

Buku ini berisi 43 puisi yang ditulis pada tahun 1967 dan tahun 1968.

Pada 2017 buku ini diterbitkan kembali bersama tujuh buku sekaligus dan menjadi salah satu yang diminati.

4. Bilang Begini, Maksudnya Begitu

Salah satu karya Sapardi yang lain adalah “Bilang Begini Maksudnya Begitu”

Buku ini berisi ajakan agar para pembaca lebih memahami sastra.

Hal itu karena kerapkali para penyair menyampaikan maksud yang tidak gamblang dalam setiap kata-katannya.

Sapardi memberikan sejumlah contoh beberapa “alat-alat” yang kerap digunakan penyair dalam puisinya agar publik lebih mudah memahami.

5. Manuskrip Sajak Supradi

Manuskrip ini terbit tahun 2017.

Melansir dari Gramedia, buku ini berisi corat-coret Sapardi sejak muda hingga dewasa.

Buku dirancang berupa album kolase gambar yang terbagi dalam beberapa periode tahunan sejak 1958 hingga 1968, serta 1970-an.

Dalam buku tersebut juga terdapat sajak-sajak indah Sapardi yang spontan, mengalir apa adanya sebelum lahir dalam bentuk buku.

Sapardi berharap buku tesebut menjadi bahan studi pembelajaran fakta.

Baca juga: Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia, Warganet Ungkapkan Dukacita

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi