Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Sleeping Beauty Syndrome?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Sleeping Beauty Syndrome atau Kleine-Levin Syndrome.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Sleeping Beauty Syndrome. Sindrom gangguan tidur langka ini juga dikenal dengan Kleine-Levin Syndrome (KLS).

Lalu, apa itu sleeping beauty syndrome atau Kleine-Levin Syndrome (KLS)?

Melansir Kleine-Levin Syndrome Foundation, sleeping beauty syndrome atau KLS merupakan kelainan neurologis yang langka.

Sindrom ini ditandai dengan periode berulang durasi tidur yang berlebihan dan perilaku yang berubah. Gangguan ini bisa menyerang remaja, anak-anak, dan orang dewasa yang lebih muda.

Sementara, Healthline menuliskan, sleeping beauty syndrome dapat membuat penderitanya tidur 20 jam dalam sehari.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KLS dapat menyebabkan perubahan perilaku dan kebingungan.

Pada awal merasakan sleeping beauty syndrome, seseorang bisa merasakan kantuk yang luar biasa dan tidur hampir sepanjang malam (hipersomnensi).

Mereka hanya terbangun untuk makan atau pergi ke kamar mandi. Hal ini bisa berlangsung selama berhari-hari, berminggu-minggu, atau berbulan-bulan. Akibatnya, penderita tidak bisa melakukan keseharian seperti bekerja dan sekolah.

Sindrom KLS bisa datang dan pergi selama periode waktu yang panjang. Terkadang aktif dan pasif selama 10 tahun.

Sebagian besar yang mengalami sleeping beauty syndrome mengaku tidak fokus dan mereka sangat sensitif terhadap kebisingan serta cahaya.

Baca juga: Sindrom Sleeping Beauty, Kelainan yang Membuat Orang Tidur Sangat Lama

Apa gejala sleeping beauty syndrome?

Orang yang hidup dengan sindrom ini mungkin tidak mengalami gejalanya setiap hari.  

Ketika gejala muncul, mereka dapat merasakannya selama beberapa hari, minggu, atau bahkan berbulan-bulan.

Gejala umum yang terjadi juga termasuk rasa kantuk yang ekstrem. Ada keinginan kuat untuk tidur dan kesulitan bangun pada pagi hari. 

Kelelahan bisa menjadikan kondisi lebih parah, sehingga penderita KLS terbaring di tempat tidur sampai sebuah episode berlalu.

Tak hanya itu, mengalami sleeping beauty syndrome juga bisa memicu gejala lain, di antaranya:

  • Halusinasi
  • Disorientasi
  • Mudah marah
  • Perilaku kekanak-kanakan
  • Nafsu makan meningkat
  • Dorongan seks yang berlebihan

Gejala-gejala tersebut bisa terjadi karena berkurangnya aliran darah ke bagian otak selama mengalami sindrom ini.

Hal lain yang perlu diketahui, KLS merupakan kondisi yang tidak dapat diprediksi. Sindrom dapat berulang secara tiba-tiba dan tanpa peringatan.

Kebanyakan orang melanjutkan aktivitas normal setelah melewati fase disfungsi perilaku atau fisik. Namun, mereka mungkin memiliki sedikit memori tentang apa yang terjadi selama mengalami sleeping beauty syndrome.

Penyebab KLS atau sleeping beauty syndrome

Hingga kini, penyebab pasti terjadinya KLS belum diketahui.

Tetapi, beberapa dokter percaya faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami sindrom ini.

Misalnya, sindrom akan muncul dari cedera di hipotalamus, bagian otak yang mengontrol tidur, nafsu makan, dan suhu tubuh.

Misalnya, saat Anda jatuh dan mengalami cedera kelapa. Akan tetapi, butuh lebih banyak penelitian untuk mengonfirmasi kondisi ini.

Beberapa orang mengalami KLS setelah terjadi infeksi, dan dianggap seperti flu.

Hal ini membuat beberapa peneliti percaya bahwa sindrom ini mungkin merupakan jenis gangguan autoimun.

Penyakit autoimun terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sehatnya sendiri.

Beberapa insiden KLS mungkin juga bersifat genetik. Ada kasus di mana gangguan tersebut memengaruhi lebih dari satu orang dalam sebuah keluarga.

Diagnosis KLS

KLS adalah kelainan yang sulit didiagnosis. Karena dapat terjadi dengan diawali gejala kejiwaan, beberapa orang salah didiagnosis dengan gangguan kejiwaan.

Akibatnya, dibutuhkan rata-rata empat tahun bagi seseorang untuk menerima diagnosis yang akurat.

Tidak ada tes tunggal untuk membantu dokter mengonfirmasi kondisi ini.

Dokter dapat melakukan serangkaian tes untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain.

Sementara itu, gejala KLS bisa hampir sama dengan kondisi kesehatan lainnya. Oleh karena itu, dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik dan uji diagnostik.

Tindakan pemeriksaan termasuk pengambilan darah, studi tidur, dan tes pencitraan. Selain itu, dimungkinkan adanya CT scan atau MRI pada kepala pasien.

Untuk mendiagnosis sleeping beauty syndrome, dokter juga akan menggunakan serangkaian tes untuk memeriksa dan mengesampingkan kondisi diabetes, hipotiroidisme, tumor, peradangan, infeksi, dan gangguan tidur lainnya, serta kondisi neurologis.

Rasa kantuk yang berlebihan juga merupakan karakteristik depresi.

Jika menemukan hal demikian, dokter akan menyarankan evaluasi kesehatan mental. Tindakan ini akan membantu dokter menilai apakah gejalanya disebabkan oleh depresi berat atau gangguan mood lainnya.

Hidup dengan KLS

Karena sleeping beauty syndrome bisa terjadi dalam rentang 10 tahun atau lebih, hidup dengan kondisi ini dapat memiliki dampak luar biasa pada kehidupan penderitanya.

Gangguan ini akan mengganggu kemampuan seseorang untuk bekerja, pergi ke sekolah, dan membina hubungan dengan teman dan keluarga.

Selain itu, KLS juga dapat memicu kecemasan dan depresi, terutama karena seseorang tidak tahu kapan gangguan ini akan terjadi atau berapa lama akan berlangsung.

Penderita juga ada yang mengalami lapar luar biasa sehingga makan berlebihan selama mengalami sleeping beauty syndrome. Hal ini menyebabkan penderita mengalami kenaikan berat badan.

Mereka yang hidup dengan KLS harus berkonsultasi dengan dokter untuk mengidentifikasi saat sindrom ini datang.

Memahami gejala dan cara mengidentifikasinya penting dilakukan untuk menghindarkan potensi yang terjadi saat seseorang mengalami sleeping beauty syndrome.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi