Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sapardi Djoko Damono dan Topi Petnya...

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Sapardi Djoko Damono
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Indonesia kehilangan salah satu sastrawan terbaiknya, Sapardi Djoko Damono.

Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada Minggu (19/7/2020) pagi. Sapardi pergi, tetapi karyanya abadi.

Selain karyanya yang akan selalu dikenang, bagi pencinta sastra, sosok Sapardi juga demikian lekatnya dalam ingatan. 

Topi pet. Itu salah satunya. Sapardi hampir selalu terlihat mengenakan topi pet dalam setiap kesempatan.

Pada sebuah kesempatan, Oktober 2015, Sapardi mengaku sudah puluhan tahun mengenakan topi pet.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sudah puluhan tahun saya memakai topi jenis ini," kata Sapardi di ruang kerja Gedung Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta, Kamis (29/10/2015), seperti diberitakan Harian Kompas, 2 November 2015.

Sapardi bercerita, pada awal 1990-an, dia mengalami sakit kepala luar biasa. Pengalaman itu membuatnya terbiasa mengenakan topi.

"Saya senang olahraga. Olahraga yang paling mungkin bagi saya adalah jalan kaki. Jalan kaki yang paling aman adalah di pusat belanja. Topi saya pakai untuk melindungi kepala dari pendingin ruangan di pusat belanja," kata pria kelahiran 20 Maret 1940 itu.

Pada 2015 itu, ia mengaku memiliki sekitar 20 topi. Mayoritas topi miliknya adalah pemberian penggemar dan mahasiswanya.

Baca juga: Mengenang Sapardi Djoko Damono, Sosok yang Menyukai Kesunyian

Sapardi dan benda-benda di sekitarnya

Berbicara mengenai benda-benda di sekitar Sapardi, yang biasa disapa SSD, ternyata benda-benda itu menjadi inspirasi penulisan puisinya.

Dikutip dari Harian Kompas, 17 Februari 2008, SSD mengungkapkan, ia memandang sesuatu seperti cara pandang anak kecil. Dengan cara ini, benda-benda biasa sehari-hari tampak menjadi aneh dan berbeda.

Dia kerap terinspirasi dari barang di sekitarnya untuk menulis puisi, mulai dari hujan, kerikil, balon, kucing, angin, langit, bumi, hingga orang.

Benda-benda itu diolah dalam kalimat yang sekilas tampak bersahaja, tetapi hasil akhir dari rangkaian puisi itu sangat kuat dan menggugah.

Saat membacanya, pembaca akan merasa seperti tersedot dalam kilasan-kilasan adegan atau khayalan visual yang sublim, lirih, dan hidup.

Baca juga: Sapardi Djoko Damono dan Ceritanya soal Hujan Bulan Juni...

Proses kreatif menulis puisi

Bagaimana puisi-puisi itu lahir? Ternyata tidak lahir seketika.

Misalnya, sajak "Aku Ingin", yang diciptakan pada suatu sore tahun 1989. Kala itu, Sapardi tiba-tiba merasa ada sesuatu yang sudah masak di kepalanya dan butuh dituangkan segara. Dia pun menulis tangan ungkapan-ungkapan itu.

Prosesnya cepat sekali. Bahkan, dia sendiri kaget. Hingga berkeringat dan gemetaran waktu menulisnya.

"Setelah selesai, saya merasa menemukan imaji yang sulit sekali didapatkan. Saya sadar, mungkin saja sajak ini akan jadi terkenal," kata Sapardi.

Sapardi mengaku kerap keluyuran sendiri di areal pedesaan saat kecil sambil membaca puisi-puisi Majalah Kisah.

Hal tersebut ternyata merangsang Sapardi muda untuk menulis puisi. Dia menulis puisi sejak kelas XI atau kelas II SMA.

Sajaknya pertama kali dipublikasikan di ruang kebudayaan tabloid Pos Minggu (Semarang), tahun 1957.

Baca juga: Sastrawan Sapardi Djoko Damono Tutup Usia, Berikut Sejumlah Karyanya yang Terkenal

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi