Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Remaja Dapat Menularkan Virus Corona Sama seperti Orang Dewasa

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/NURWAHIDAH
Ilustrasi virus corona (Covid-19)
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Perdebatan mengenai kembali aktifnya kegiatan belajar mengajar di sekolah terjadi di sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Di Indonesia, sekolah pada tingkatan menengah atas yang berada di zona hijau bisa kembali dibuka dengan sejumlah persyaratan.

Sementara, di negara-negara yang relatif sudah mengendalikan laju penyebaran virus corona, seperti Korea Selatan, pro kontra soal kembali beraktivitasnya para siswa di sekolah juga muncul.

Sebenarnya, seberapa besar risiko penularan pada anak-anak?

Melansir New York Times, Sabtu (18/7/2020), penelitian terhadap hampir 65.000 orang di Korea Selatan menunjukkan bahwa pembukaan kembali sekolah akan memicu penyebaran virus corona lebih luas.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penelitian itu dipimpin oleh Dokter Young Joon Park dan dipublikasikan di laman CDC.

Dalam penelitian itu disebutkan bahwa anak-anak di bawah usia 10 tahun lebih jarang menularkan daripada orang dewasa. Meski demikian, risikonya bukan berarti tidak ada sama sekali.

Baca juga: Seberapa Kuat Pengaruh Covid-19 pada Psikis dan Ingatan Anak-anak di Masa Depan?

Sementara itu, anak-anak yang berusia antara 10 tahun hingga 19 tahun atau remaja dapat menyebarkan virus seperti orang dewasa.

Para ahli memperingatkan, jika sekolah kembali dibuka, masyarakat akan melihat kelompok infeksi berakar yang mencakup anak-anak dari segala usia.

"Saya khawatir ada perasaan bahwa anak-anak tidak akan terinfeksi atau tidak terinfeksi dengan cara yang sama dengan orang dewasa dan oleh karena itu, mereka hampir seperti populasi yang menggelembung,” kata Ahli Penyakit Penular di University of Minnesota, Michael Osterholm.

Direktur Harvard Global Health Institute, Dr. Ashish Jha, mengatakan, beberapa penelitian dari Eropa dan Asia memberi kesan bahwa anak kecil lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi dan menyebarkan virus.

Akan tetapi, sebagian besar penelitian itu dinilai memiliki cakupan yang kecil dan cacat.

Adapun, menurut Dr Jha, studi baru di Korea Selatan ini dilakukan dengan sangat hati-hati, sistematis, dan melihat populasi yang sangat besar.

"Ini adalah salah satu studi terbaik yang kami miliki saat ini tentang masalah ini," kata Dr. Jha.

Pakar lain juga memuji skala dan ketelitian analisis penelitian tersebut.

Baca juga: Ahli Tekankan Virus Corona Bukan Hasil Lab, Bagaimana Cara Mereka Mengetahui?

Peneliti Korea Selatan mengidentifikasi 5.706 orang. Mereka adalah orang pertama yang melaporkan gejala Covid-19 di rumah antara 20 Januari hingga 27 Maret 2020.

Rentang waktu itu adalah ketika sekolah ditutup. Kemudian, peneliti melacak 59.073 kontak "kasus indeks" ini.

Mereka menguji semua kontak rumah tangga dari setiap pasien, terlepas dari gejala, tetapi hanya menguji kontak simptomatik di luar rumah tangga.

Para ahli mengatakan pendekatan itu masuk akal.

"Itu juga dari tempat dengan pelacakan kontak yang hebat, dilakukan pada saat intervensi sedang dilakukan," kata seorang ahli epidemiologi di Harvard TH Chan School of Public Health, Bill Hanage.

Hasil penelitian konsisten dengan penelitian lain. Hal itu mungkin karena anak-anak umumnya mengembuskan lebih sedikit udara (udara sarat virus).

Atau, bisa juga karena mereka mengembuskan udara lebih dekat ke tanah sehingga kecil kemungkinan orang dewasa menghirupnya.

Pada penelitian itu, peneliti juga mengingatkan jumlah infeksi oleh anak-anak bisa meningkat ketika sekolah kembali dibuka.

Kelemahan dari penelitian itu adalah, para peneliti hanya melacak kontak anak-anak yang merasa sakit. Oleh karena itu, masih belum jelas seberapa efisien anak-anak tanpa gejala menyebarkan virus corona.

Baca juga: Angka Kasus Covid-19 Sudah di Atas China, Apa Catatan untuk Indonesia?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Tiga Gejala Baru Covid-19

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi