Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makan Banyak tetapi Tetap Kurus? Simak Penjelasan Ahli

Baca di App
Lihat Foto
shutterstock
Ilustrasi makan berlebihan
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Setiap orang mempunyai sistem metabolisme tubuh yang berbeda-beda.

Metabolisme merupakan proses pembakaran kalori dari makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh untuk menghasilkan energi.

Karena itu, kerap ditemui sejumlah orang yang mempunyai pengalaman sudah makan banyak tapi tubuhnya tetap kurus.

Atau sebaliknya, makan sedikit tapi badan cepat gemuk.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Meninggal karena Menggunakan Masker Saat Olahraga, Benarkah Demikian?

Lantas, mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Ahli gizi komunitas Dr dr Tan Shot Yen mengatakan ada baiknya tidak buru-buru menyalahkan sistem metabolisme tubuh untuk hal di atas.

Yang perlu digarisbawahi yakni perhatikan betul apa saja yang menjadi asupan kita sehingga tambahan berat badan itu datang.

"Setuju metabolisme tidak sama, tapi sebelum menyasar ke sana, lebih bijak bikin jurnal apa yang dimakan dan diminum tiap hari. Jangan lupa jurnal jujur," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Minggu (19/7/2020) pagi.

Baca juga: Berikut Daftar Ajang Olahraga yang Dibatalkan akibat Virus Corona

Jurnal jujur yang dimaksudkan Tan adalah catatan asupan makanan yang dikonsumsi dalam setiap harinya.

Tidak lupa pula, menyertakan asupan minuman yang dikonsumsi, tidak hanya makanannya.

Minuman berasa, minuman mengandung boba, soda, gula, dan sebagainya, menurutnya memiliki kandungan yang lebih banyak bagi tubuh, tapi seringkali kita abai.

"Makannya banyak dan sering, tapi tinggi serat dan kualitas, (itu) yang dibutuhkan tubuh. Ya aman dong? (Sementara) Makan dikit ya? Dikit tapi kalorinye gila?" sebutnya.

Soal metabolisme, Tan menyebut kerja tubuh seseorang akan berubah dan menurun ketika mendekati usia menopouse.

"Yang ngeluh-ngeluh tadi masih jauh dari menopause, kan? Metabolisme (mereka) turun karena rebahan, enggak olah raga. WFH beneran berteman dengan jok dan bantal," kata dia.

Baca juga: Mengenal Rule of 20 untuk Atasi Mata Lelah

Dikonfirmasi terpisah, dokter gizi di MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, dr Agnes Riyanti Inge Permadhi menjelaskan setidaknya ada tiga faktor yang memengaruhi tentang kasus di atas.

1. Genetika

Genetik adalah sesuatu yang sulit diubah, karena bawaan alami tubuh.

Diberitakan Kompas.com (6/3/2020), genetika adalah cabang biologi yang menyangkut dengan pewarisan sifat (hereditas) dan variasi.

Konsep genetika berkembang dari ilmu yang membahas tentang bagaimana sifat diturunkan menjadi lebih luas, yakni ilmu yang mempelajari tentang materi genetik.

Secara luas, genetika membahas mengenai:

  • Strukturmateri genetik, meliputi gen, kromosom, DNA, RNA, plasmid, episom, dan elemen tranposabel
  • Reproduksi materi genetik, meliputi reproduksi sel, replikasi DNA, dan lainnya
  • Kerja materi genetik, meliputi ruang lingkup materi genetik, transkripsi, kode genetik dan lainnya
  • Perubahan materi genetik, meliputi mutasi dan rekombinasi
  • Genetika dalam populasi
  • Perekayasaan materi genetik

Baca juga: Ramai soal Dampak Tak Pakai Bra Selama WFH, Simak Penjelasan Dokter

2. Metabolisme

Faktor kedua yang memengaruhi berat badan seseorang yakni metabolisme. Namun karena tidak terlihat maka hal ini sedikit sulit dikontrol.

Menurut Inge, makanan yang masuk ke dalam tubuh akan diproses menjadi energi yang berbentuk lemak.

Lemak itu akan keluar jika digunakan untuk beraktivitas, namun jika seseorang hanya sedikit melakukan aktivitas fisik, maka energi itu hanya akan tersimpan di dalam tubuh.

"Ada orang yang dikasih makan (makanan) langsung dimetabolisme oleh tubuhnya menjadi energi. Ada orang yang dikasih makanan, (makanan) dimetabolisme, (lalu hanya) disimpan. Beda-beda," ujar Inge, kepada Kompas.com, Minggu (19/7/2020).

Baca juga: Sejarah Tempe, Makanan Kaya Protein yang Lahir dari Era Tanam Paksa

Proses metabolisme pun akan berbeda-beda pada setiap orang, tergantung dari faktor usia juga kegiatannya.

"Dengan bertambahnya usia itu biasanya metabolisme menjadi lebih rendah. Oleh karena itu, yang tadinya kurus, ketika jadi tua dia lebih gemuk. Secara umur, metabolisme menjadi lebih rendah, (asupan) makannya sama, makanya tumpukan lemaknya lebih banyak," jelas Inge.

Sebenarnya cara untuk meningkatkan metabolisme tubuh adalah dengan banyak beraktivitas fisik entah berolahraga, atau yang lainnya, sehingga energi itu terpakai dan tidak mengendap di dalam tubuh.

Baca juga: Selain Membuat Kulit Lebih Cantik, Ini Manfaat Tempe bagi Kesehatan

3. Asupan makanan

Faktor terakhir atau ketiga adalah asupan makanan.

Bukan banyak sedikitnya makanan yang diasup yang menjadi permasalahan dalam hal ini, namun kandungan energi tersembunyi di dalamnya.

"Misalnya sama-sama makan nasi, yang satu makan nasi goreng, yang satu makan nasi biasa. Nah pada nasi goreng itu ada energi tersembunyi. Walaupun sama-sama makan 100 gr nasi, tapi satu digoreng itu ada kandungan minyak yang dia (pemakan) tidak berasa," papar dia.

Contoh lain adalah minuman bersoda dan air mineral.

Baca juga: INFOGRAFIK: 9 Makanan yang Harus Dihindari Penderita Hipertensi

 

Dalam minuman bersoda, terkandung kalori yang tinggi, sementara air mineral tidak demikian.

"Ketika kita makan bersama-sama, mungkin makanan saat itu semuanya sama, jadi kita ngeliatnya kok dia enggak gemuk-gemuk, tapi kok saya gemuk. Itu sebenernya kita makan lebih banyak makanan yang mengandung sumber energi tersembunyi," ungkap Inge.

Apalagi, jika asupan tinggi energi tersembunyi tersebut tidak diimbangi dengan olahraga yang bisa meningkatkan metabolisme tubuh. Maka jangan heran ketika berat badan meningkat.

Baca juga: Mengapa Saat Berbuka Puasa Dianjurkan Memakan Makanan Manis?

KOMPAS.com/AKbar Bhayu Tamtomo Infografik: 9 Makanan yang Dihindari Penderita Hipertensi

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi