Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Memaknai “Pada Suatu Hari Nanti”-nya Sapardi Djoko Darmono yang Telah Tiba

Baca di App
Lihat Foto
Gramedia
Sapardi Djoko Damono.
Editor: Heru Margianto


SATU di antara sekian banyak mahakarya yang diwariskan sang mahapujangga Nusantara, Sapardi Djoko Damono (SDD), adalah sebuah puisi berjudul Pada Suatu Hari Nanti:

pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau takkan kurelakan sendiri

pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati

pada suatu hari nanti
impianku pun tak dikenal lagi
namun di sela-sela huruf sajak ini
kau takkan letih-letihnya kucari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fana

Berdasar renungan lebih jauh dapat ditemukan makna lebih dalam pada mahasyair Pada Suatu Hari Nanti yaitu kesadaran atas makna kefanaan apa yang disebut sebagai kehidupan ini.

SDD menyadari bahwa tidak ada yang kekal abadi di dunia fana ini. SDD sadar bahwa upaya terluhur dalam perjalanan hidup adalah mencari makna kehidupan selaras untaian kalimat “pada suatu hari nanti impianku pun tak dikenal lagi namun di sela-sela huruf sajak ini kau tak letih-letihnya kucari”.

Yang dimaksud “kau” sangat luas. bisa saja kau adalah Anda namun bisa saja aku maupun bisa saja kita semua sebagai bangsa Indonesia.

Bersatu

19 Juli 2020, Sapardi Djoko Damono meninggalkan dunia fana pada masa bangsa Indonesia sedang didera pagebluk Corona yang telah ganas membinasakan ribuan warga masih ditambah derita ekonomi skala dahsyat secara kuantitas mau pun kualitas di atas panggung kemelut politik perebutan kekuasaan yang memecah-belah bangsa Indonesia dengan angkara murka kebencian.

Mustahil segenap akumulasi prahara itu tidak meresahkan lubuk sanubari SDD yang sangat cinta Indonesia.

Pada hakikatnya saat yang disebut di dalam Pada Suatu Hari Nanti sekarang sudah tiba.

Demi menghormati almarhum marilah kita semua berhenti saling membenci, menghujat apalagi menghujat dan menghina demi memecah-belah diri bangsa kita sendiri di tengah kecamuk angkara murka pagebluk Corona yang tak kunjung usai.

Demi menghormati sang mahapujangga Nusantara marilah kita kembali mempersatukan diri membasmi habis Corona agar bisa bergotong royong membangun kembali bangsa dan negara Indonesia mencapai cita cita negeri gemah ripah loh jinawi, tata tentram kerta raharja.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi