KOMPAS.com - Sebuah hasil penelitian yang dirlis oleh jurnal medis Inggris, Lancet, menemukan bahwa lockdown dan pengujian secara luas tidak efektif menekan angka kematian akibat Covid-19 di Amerika Serikat.
Mengutip Fox News, Kamis (23/7/2020), empat ilmuwan di Kanada, Yunani, dan lembaga AS di Texas menggunakan data dari 50 negara negara bagian AS untuk menilai efektivitas kebijakan lockdown.
Penelitian ini muncul setelah sejumlah gubernur negara bagian AS memutuskan untuk tetap menutup pusat bisnis dan sekolah selama pandemi.
"Tindakan pemerintah seperti penutupan perbatasan, lockdown, dan tes Covid-19 yang luas tidak memberikan pengurangan yang signifikan dalam jumlah kasus kritis atau kematian secara keseluruhan," kata perwakilan peneliti.
Baca juga: Pakar WHO: Jangan Berharap Vaksinasi Covid-19 Dapat Dilakukan Awal 2021
Mengutip Washington Times, Kamis (23/7/2020), hasil penelitian ini kemungkinan akan mendorong pemerintah untuk kembali memberlakukan kebijakan penanganan Covid-19 yang lebih bebas layaknya di Eropa.
Di Swedia misalnya, pemerintah di sana tidak menerapkan program lockdown atau penutupan wilayah, bahkan tidak melakukan uji Covid-19 secara luas.
Setelah sampai pada fase tertinggi pada musim semi lalu, kini jumlah kematian harian di Swedia berangsur menurun. Pada pertengahan Juli ini jumlahnya hanya menyentuh angka satu digit.
"Meskipun upaya lockdown dan yang lainnya di negara seperti China, Korea Selatan, dan Taiwan telah mengurangi lebih dari 90 persen kasus baru, tapi hal ini gagal diterapkan di negara seperti Italia, Spanyol, dan Amerika Serikat," ungkap Lancet.
Baca juga: Bukan China, India Jadi Episentrum Baru Virus Corona di Asia
Perdebatan sengit
Saat ini, di AS memang sedang terjadi perdebatan sengit mengenai langkah apa yang sekiranya paling efektif untuk menghadapi wabah yang semakin meluas di sana.
Kelompok konservatif menginginkan unit-unit bisnis dan sekolah untuk dibuka kembali agar perekonomian bisa kembali normal.
Baca juga: Vaksin Corona dari Oxford Dinilai Aman, Dijanjikan Siap pada September
Di sisi lain, sebagian besar pejabat dari Partai Demokrat tetap ingin memberlakukan pembatasan jarak di ruang publik dan menjaga anak-anak untuk tetap bersekolah dari rumah.
"Amerika Serikat telah menghadapi tantangan untuk menerapkan lockdown, dengan warga di beberapa negara bagian secara terbuka melayangkan protes atas upaya tersebut dan menyebabkan gelombang demonstrasi," tulis Lancet dalam laporannya.
Presiden Donald Trump sendiri sejak pekan lalu mulai menunjukkan kekhawatirannya akan wabah Covid-19 yang terasa makin merugikan negaranya.
Sekarang Trump dan jajarannya mengkampanyekan AS sebagai pusat pengujian dunia.
Laporan dari Market Watch menyebutkan AS akan mengadakan 6 juta tes setiap harinya sampai akhir tahun ini.
Baca juga: Obesitas dan Tingginya Angka Kematian akibat Virus Corona di AS...