KOMPAS.com - Informasi mengenai Covid-19 terus berkembang dari hari ke hari seiring dengan penelitian yang terus dilakukan untuk mengetahui lebih jauh virus corona jenis baru ini.
Sebuah penelitian baru-baru ini menemukan bahwa gejala virus corona dapat bertahan selama berminggu-minggu, bahkan pada orang sehat yang tidak memiliki kasus virus yang parah.
Dilansir dari CNN, Sabtu (25/7/2020), hal tersebut diungkap dalam analisis baru Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau CDC Amerika Serikat.
CDC melakukan survei terhadap 292 orang yang dites positif corona. Sebanyak 35 persen di antaranya mengaku masih belum kembali sehat atau normal bahkan dua hingga tiga minggu setelah dites positif.
Sementara itu, mereka yang berusia lanjut lebih mungkin merasakan gejala yang berkepanjangan.
Bahkan, orang dewasa muda tanpa kondisi yang mendasarinya melaporkan merasa tidak sehat untuk jangka waktu yang lama menurut CDC.
Baca juga: Survei CDC: Hampir Semua Pasien Covid-19 Alami 1 dari 3 Gejala Ini, Apa Saja?
The Washington Post, Jumat (24/7/2020), menyebutkan, 1 dari 5 orang berusia 18-34 tahun tanpa masalah kesehatan mendasar (komorbid), juga mengakui merasa sakit selama beberapa minggu.
Perkembangan di AS
Di Amerika Serikat, kasus Covid-19 masih terus mengalami lonjakan tinggi. Kasus di negara itu telah lebih dari 4 juta.
Oleh karena itu, para ahli kesehatan menekankan pentingnya testing untuk mengurangi penyebaran virus corona.
Masyarakata juga diingatkan bahwa orang yang tidak menunjukkan gejala (asimptomatik) dapat menyebarkan virus.
Pada Jumat (24/7/2020), Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mengumumkan penggunaan otorisasi darurat tes corona pertama untuk kasus tanpa gejala.
"Otorisasi FDA dari tes diagnostik pertama yang akan digunakan untuk siapa saja, terlepas dari apakah mereka menunjukkan gejala Covid-19 atau memiliki faktor risiko paparan lain," kata Komisaris FDA Dr. Stephen Hahn.
Hal ini merupakan langkah screening yang mungkin membantu menentukan kapan sekolah dan tempat kerja dibuka kembali.
Baca juga: Peneliti China dan Amerika Serikat Berhasil Lacak Virus Corona pada Kelelawar
Vaksin masih jauh
Direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases Anthony Fauci mengatakan, dia percaya bahwa vaksin dapat menghentikan pandemi.
Namun, ia tidak percaya hal itu akan terjadi hingga 2021.
"Saya pikir ketika kita memasuki tahun 2021, beberapa bulan kemudian, bahwa Anda akan memiliki (a) vaksin yang akan tersedia secara luas bagi orang-orang di Amerika Serikat," kata Fauci kepada Bob Costa dari Washington Post.
Fauci mencatat bahwa beberapa perusahaan mengatakan akan menyiapkan vaksin sebelum akhir tahun ini.
"Saya agak skeptis tentang itu. Tetapi, Anda tahu segala sesuatu mungkin terjadi," ujar Fauci.
Setelah vaksin ditemukan dan tersedia, masyarakat harus mau menggunakannya agar efektif.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.