Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Harga Emas Cenderung Terus Naik?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG
Karyawan menunjukkan emas batangan bergambar shio anjing tanah saat diluncurkan di Jakarta, Kamis (18/1/2018). PT Antam meluncurkan produk emas batangan seberat 88 gram bermotif anjing tanah edisi khusus Tahun Baru Imlek 2569 yang jatuh pada bulan Februari 2018.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com – Meski harga emas kerap naik turun, namun bukan rahasia lagi, emas adalah jenis logam mulia yang paling digemari masyarakat.

Pasalnya selain dapat dipergunakan sehari-hari, emas dianggap sebagai investasi termudah yang dapat dilakukan.

Investasi emas dianggap aman atau risikonya kecil bagi orang awam yang ingin berinvestasi tetapi tidak mau mengambil risiko.

Mengutip pemberitaan Kompas.com (27/4/2020), PT Pegadaian (Persero) melaporkan harga emas naik 21 persen sejak awal 2020.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Deretan Kasus Penipuan Berkedok Investasi, dari MeMiles hingga Swissindo

Lantas, mengapa harga emas terus mengalami kenaikan?

Pakar ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmi Radhi menilai, emas berbeda dengan minyak bumi.

Minyak saat ini tengah mengalami penurunan permintaan yang menyebabkan harga minyak dunia terpuruk.

Adapun emas justru permintaannya meningkat.

“Permintaan emas justru meningkat saat pandemi Covid-19 sehingga menaikkan harga emas,” ujarnya dihubungi Kompas.com, Sabtu (25/7/2020).

Baca juga: Ingin Menabung Emas? Simak 5 Keuntungan Investasi Emas Berikut Ini

Alternatif investasi

Menurutnya saat situasi seperti sekarang, investasi di pasar uang dan pasar modal semakin tak menarik, sehingga menurutnya emas merupakan alternatif investasi yang lebih rendah risiko dibanding investasi lain.

Ia mengatakan, untuk masyarakat yang ingin berinvestasi dengan dana besar maka sebaiknya melakukan investasi berwujud emas batangan.

“Emas batangan lebih liquid and marketable (mudah dicairkan dalam bentuk uang),” tuturnya.

Adapun jika masyarakat hanya memiliki dana kecil maka untuk investasi bisa diwujudkan dalam bentuk emas perhiasan yang bisa dipakai dan dijual saat membutuhkan.

Baca juga: Kenapa Imlek Identik dengan Warna Merah dan Kuning Emas?

Sementara itu, peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan emas saat ini dijadikan pilihan karena aset-aset untuk instrumen investasi yang lainnya tengah menghadapi ketidakpastian.

Meski demikian menurutnya kenaikan ini bersifat fluktuatif.

“Permintaan juga penawarannya juga ikut mengalami fluktuatif karena terkait perkembangan ekonomi di beberapa negara," kata dia saat dihubungi terpisah.

Menurutnya bagaimana kondisi negara-negara yang kasusnya naik turun ikut memengaruhi harga emas.

“Dampak pandemi ini kan luar biasa sehingga orang juga banyak yang membutuhkan likuiditas sehingga banyak yang melepas emas,” ucapnya.

Baca juga: 3 Mahasiswa UNS Sabet Medali Emas Kompetisi Inovator Muda Dunia

Ke depan, menurutnya nilai emas kemungkinan tetap fluktuatif, akan tetapi menurutnya memang emas paling aman dibandingkan aset-aset yang lain.

“Ke depan tetep fluktuatif tapi secara nature, emas ini yang paling aman dibanding semua aset, cuma kenaikan relatif lebih lambat dibanding di pasar uang atau pasar modal,” ungkapnya.

Akan tetapi menurutnya emas relatif stabil dibanding pasar uang atau pasar modal yang semakin tak pasti.

Diberitakan Kompas.com (21/2/2020), menyimpan emas yang nilainya cenderung meningkat disebut dengan safe haven.

Baca juga: Indonesia di Antara Belitan Natuna, Utang, dan Investasi China

Menghindari kerugian terlalu besar

Mengutip Investopedia, Jumat (21/2/2020), safe haven adalah investasi aset yang nilainya bisa bertahan bahkan terus meningkat di tengah gejolak pasar.

Banyak investor di dunia berpikir untuk menaruh investasinya di pasar, namun menyimpan sebagian asetnya dalam bentuk logam mulia untuk menghindari kerugian terlalu besar jika terjadi penurunan pasar.

Artinya, meski untungnya terbilang kecil, emas dijadikan cadangan agar aset tak benar-benar tergerus gejolak keuangan dunia.

Baca juga: Mengenal Investasi Bodong MeMiles Beromzet Rp 750 Miliar dan Cara Kerjanya

Kenaikan nilai emas sendiri di mata investor bukan lebih karena dianggap sebagai keuntungan, namun untuk menjaga aset mereka dari gerusan inflasi dalam jangka waktu yang lama.

Masih dari sumber yang sama, emas diartikan sebagai asuransi bagi beberapa investor.

Ketika situasi dinilai semakin memburuk, banyak investor akan menumpuk lebih banyak emas yang membuatnya harganya melonjak saat krisis.

Ini karena nilai emas tidak dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga dan kebijakan moneter dan fiskal lain dari bank sentral dan pemerintah. Ini berbanding terbalik dengan portofolio berupa saham dan obligasi. Bisa dikatakan, harga emas malah akan naik ketika merespons ketidakstabilan pasar.

Meski harganya terus mengalami peningkatan, siapa bilang investasi emas tanpa risiko. Menyimpan emas dalam jumlah besar membutuhkan biaya tinggi seperti menitipkannya di brankas bank.

Baca juga: Demi Masa Depan, Lebih Baik Menabung atau Investasi?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi