Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Pendaki, Kenali Gejala Paradoxical Undressing

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi pendaki. Paradoxical undressing merupakan salah satu hal yang perlu diketahui pendaki.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Paradoxical undressing kembali menjadi perbincangan. Apa itu paradoxical undressing?

Beberapa waktu lalu, seorang pendaki Gunung Lawu ditemukan tewas di area sekitar puncak.

Sebelumnya, ia mendaki bersama kelima orang temannya pada Sabtu (5/7/2020) dan hilang setelah menemani rekan pendakinya buang air kecil.

Pencarian pun dilakukan dan korban ditemukan meninggal dalam kondisi telentang, mengenakan celana jins, dan telanjang dada, Senin (6/7/2020).

Menurut sejumlah video yang beredar di media sosial, kelompok pendaki lain mengaku sempat bertemu dengan korban yang sudah tak mengenakan baju di tengah angin kencang. Saat itu, korban tengah mengumpulkan kayu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondisi yang hampir mirip juga pernah terjadi pada seorang pendaki Gunung Guntur.

Seorang pendaki menghilang dan ditemukan di sekitar sumber mata air dalam keadaan lemas dan hanya memakai celana dalam.

Saat itu, korban mengaku tidak tahu mengapa dirinya berada di sana dengan kondisi demikian.

Ada yang menyebut para pendaki itu mengalami paradoxical undressing.

Baca juga: Pendaki Tewas di Gunung Lawu Disebut Alami Paradoxical Undressing, Ini Tips Atasi Hipotermia

Apa itu paradoxical undressing?

Penyebab paradoxical undressing

Melansir Live Science, 5 Desember 2013, paradoxical undressing dapat terjadi saat seseorang mengalami hipotermia yang parah.

Saat hipotermia semakin parah, pernapasan dan detak jantung melambat hingga tingkat yang membahayakan.

Mereka yang mengalaminya pun dapat kehilangan kesadaran hingga meninggal dunia.

Namun, sebelum kehilangan kesadaran, orang-orang yang mengalami hipotermia disebut seringkali menunjukkan perilaku aneh.

Pada tahap hipotermia yang parah, peneliti menyebut perilaku aneh ini sebagai "terminal burrowing".

Dalam sebuah penelitian tahun 1995 yang diterbitkan International Journal of Legal Medicine, peneliti Jerman menggambarkan korban hipotermia ini berada pada posisi yang mengindikasikan mekanisme perlindungan akhir dengan bersembunyi.

Tingkah laku aneh lainnya yang ditunjukkan oleh penderita hipotermia yang parah juga dikenal sebagai paradoxical undressing.

Perilaku ini seringkali terjadi sebelum "terminal burrowing", yang dipicu oleh tahap akhir hipotermia yang menghasilkan perilaku primitif mengubur diri sebagai perlindungan, sebagaimana hewan yang melakukan hibernasi. 

Baca juga: Jalur Pendakian Gunung Raung Terbakar, 13 Pendaki Berhasil Dievakuasi

Gejala paradoxical undressing

Paradoxical undressing menggambarkan orang-orang yang mengalami hipotermia parah.

Mereka yang mengalami ini justru melepas sebagian atau seluruh bajunya meskipun sebenarnya mereka kedinginan.

Melansir Medical News Today, perilaku ini mengakibatkan korban menjadi kehilangan panas tubuh lebih banyak dan dapat berdampak fatal.

Kondisi ini dapat terjadi dalam fase akhir hipotermia, yaitu saat mereka mengalami disorientasi, kebingungan, hingga agresif.

Meskipun penelitian tentang situasi ini masih sedikit, bukti kasus menunjukkan bahwa sekitar 20-50 persen kematian akibat hipotermia disebabkan oleh paradoxical undressing ini.

Saat seseorang mengalami paradoxical undressing, mereka cenderung tidak merasa kedinginan lagi dan justru kepanasan meski cuaca sedang dingin-dinginnya.

Hal ini disebabkan oleh persepsi hipotalamus terkait rasa dingin menjadi kacau.

Seharusnya, hipotalamus mengirimkan sinyal kepada kesadaran bahwa tubuh membutuhkan kehangatan, tetapi yang terjadi justru sebaliknya.

Orang yang mengalami paradoxical undressing akan merasa gerah dan mencoba mendinginkan tubuhnya. Salah satunya adalah dengan membuka pakaian yang dikenakan.

Baca juga: Kisah Pendaki yang Selamat Setelah 40 Jam Terjatuh dan Alami Patah Tulang

Penanganan

Melansir Kompas, 9 Juli 2020, Staf Divisi Metabolik Endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Dr dr Em Yunir mengimbau para pendaki atau pihak yang menemukan orang dengan paradoxical undressing agar tidak panik.

"Langsung dibungkus orangnya, bikin api unggun, pindahkan dia ke tempat yang hangat," kata Yunir.

Hal ini perlu dilakukan untuk menormalkan kembali thermostat tubuh yang sempat mengalami gangguan saat kedinginan atau merasakan hipotermia.

Sementara itu, pertolongan pertama untuk hipotermia secara umum adalah sebagai berikut:

  • Memindahkan ke tempat yang hangat dan kering
  • Melepas pakaian basah
  • Menutup seluruh tubuh dan kepala dengan selimut, menyisakan wajah yang terbuka
  • Memantau pernapasan korban dan melakukan CPR jika pernapasan berhenti
  • Melakukan kontak kulit dengan korban untuk mentransfer panas
  • Menyediakan minuman hangat jika korban telah sadar

Namun demikian, penting diperhatikan untuk tidak menggunakan panas langsung seperti lampu hangat atau air panas karena dapat merusak kulit.

Selain itu, upaya ini juga dapat memicu detak jantung tidak teratur dan berpotensi menyebabkan henti jantung.

Kemudian, jangan menggosok atau memijat korban karena juga berpotensi menimbulkan henti jantung.

Pencegahan paradoxical undressing

Melansir Medical News Today, untuk menghindari terjadinya hipotermia secara umum saat berada di luar ruangan, dapat dilakukan hal-hal berikut:

  • Memeriksa kondisi cuaca dengan teliti dan mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan
  • Menggunakan baju paling dalam yang terbuat dari bahan-bahan yang dapat menjaga panas lebih baik
  • Menggunakan baju berlapis
  • Menggunakan topi atau scarf tebal di kepala
  • Memakan makanan dengan kalori yang cukup untuk menambah lemak di bawah kulit yang dapat melindungi terhadap cuaca dingin.

Baca juga: Tersesat di Gunung Manglayang, Pendaki Asal Bandung Ditemukan Dekat Curug

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi