Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polemik Pembukaan Sekolah di Luar Zona Hijau, Dinilai Terburu-buru dan Berbahaya

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi siswa SD
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Pada masa pandemi virus corona saat ini, hanya sekolah di zona hijau yang diizinkan melakukan pembelajaran tatap muka dengan protokol kesehatan ketat. 

Namun bisa jadi, tidak hanya sekolah di zona hijau yang akan menjalankan pembelajaran tatap muka.

Sebab pemerintah berencana mengizinkan sekolah di luar zona hijau Covid-19 untuk menggelar kegiatan belajar mengajar tatap muka.

Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo menyampaikan langsung rencana itu usai rapat dengan Presiden Joko Widodo, Senin (27/7/2020).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah melakukan langkah-langkah dan mungkin tidak lama lagi akan diumumkan daerah-daerah yang selain zona hijau itu juga akan diberikan kesempatan melakukan kegiatan belajar tatap muka," kata Doni.

Rencana ini juga didukung oleh hasil survei dari Cyrus Network yang menyebut 80 persen responden menyetujui pembukaan sekolah.

Rinciannya, sebanyak 54,1 persen responden menjawab sangat setuju. Sebanyak 26,1 persen lainnya menjawab setuju.

Baca juga: Pemerintah Akan Beri Izin Sekolah Tatap Muka di Luar Zona Hijau

Perlu kajian mendalam

Ahli epidemiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Bayu Satria Wiratama mengatakan, pemerintah perlu melakukan perencanaan yang matang sebelum pembukaan sekolah tersebut.

Sebab pembukaan di zona hijau saja, menurut Bayu masih memerlukan kajian yang mendalam dan monitoring ketat.

"Perlu perencanaan yang matang. Pembukaan di zona hijau saja perlu kajian mendalam dan monitoring ketat, apalagi di luar zona itu," kata Bayu saat dihubungi Kompas.com, Selasa (28/7/2020).

Menurut dia, pemerintah juga perlu melakukan pengawasan dan pengecekan di setiap sekolah mengenai kesiapan dalam menerima murid.

Selain itu, mekanisme sekolah juga harus ditinjau dari segi risiko penularan atau penyebaran virus corona. 

Jika langkah-langkah tersebut sudah dipenuhi, Bayu menyebut pembukaan sekolah baru bisa direalisasikan.

Namun dia juga kembali mengingatkan, sudah banyak klaster-klaster penularan virus corona bersumber dari sekolah.

"Karena mulai muncul, di luar Indonesia, klaster penularan bersumber dari sekolah," jelas dia.

Baca juga: Kantor dan Sekolah Harus Tutup sampai Akhir Tahun, Tak Ada Pilihan untuk Indonesia

Terburu-buru

Senada dengan itu, epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo menilai rencana pembukaan sekolah di luar zona hijau itu terburu-buru. Apalagi risiko penularan virus belum tampak melandai. 

"Yang jelas, pemerintah terlalu keburu untuk mengaktifkan sekolah di luar zona hijau," kata Windhu dihubungi secara terpisah, Selasa.

Dia menjelaskan, pembukaan sekolah sangat berisiko terhadap penularan Covid-19 di kalangan siswa dan guru.

Windhu menyebutkan, seharusnya pemerintah bisa menahan diri untuk tidak melakukan pembukaan sekolah di luar zona hijau Covid-19. 

"Itu berisiko tinggi penularan di kalangan siswa. Seharusnya pemerintah menahan diri," jelas dia.

Baca juga: Tolak Rencana Buka Sekolah di Luar Zona Hijau, Serikat Guru: Ini Musibah dan Berbahaya

Bisa jadi musibah

Menanggapi rencana pembukaan sekolah di luar zona hijau, Wakil Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Satriawan Salim menyebut rencana itu sebagai musibah.

Selain tak sesuai dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri, rencana itu juga mengancam keselamatan guru dan siswa.

"Jelas melanggar SKB 4 Menteri. Seandainya nanti merevisi SKB itu pun kami pikir ini tetap tindakan berbahaya, ini merupakan ancaman bagi kesehatan, keselamatan guru dan siswa," kata Satriawan kepada Kompas.com, Selasa (28/7/2020).

Dia khawatir jika pembukaan sekolah di luar zona hijau ini nantinya akan menimbulkan adanya klaster baru karena angka infeksi Covid-19 terus naik.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi