Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Orang Lebih Suka Membeli Ponsel "High End" Meski Ilegal?

Baca di App
Lihat Foto
Kompas.com/Wahyunanda Kusuma
Ilustrasi Ponsel BM
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - YouTuber sekaligus pemilik PS Store, Putra Siregar ditetapkan sebagai tersangka terkait kasus dugaan perdagangan ponsel ilegal atau ponsel black market (BM) pada Kamis (23/7/2020).

Putra merupakan pengusaha ponsel high end atau ponsel dengan merek dan harga yang cukup bersaing.

Sejauh ini, pihak Bea Cukai telah menyita ratusan ponsel berbagai merek yang diduga dijual Putra karena dianggap produk ilegal.

Kendati demikian, seperti diberitakan Kompas.com (29/7/2020), Putra mengaku dijebak terkait kasus tersebut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Kisah di Balik APD Fashionable yang Viral di Medsos...

Diketahui, penjualan ponsel yang dilakoni Putra membuat dirinya dikenal di kota asalnya, Batam, sekaligus para selebriti papan atas.

Ia memiliki toko ponsel yang cukup besar di Batam dengan nama PS Store dengan slogan "Hape Pejabat, Harga Merakyat".

Dari slogan tersebut, sejumlah ponsel seperti iPhone dapat dijual dengan harga yang jauh lebih murah ketimbang dengan harga yang ditawarkan pada toko resmi.

Dengan harga murah, banyak orang yang tergiur dan membeli ponsel tersebut, tanpa mengindahkan risiko ke depannya.

Baca juga: Viral soal Moebius Syndrome, Apa Itu?

Lantas, mengapa orang-orang cenderung membeli produk black market?

Psikolog dari Universitas Indonesia (UI), Dr Rose Mini Agoes Salim mengungkapkan, mereka yang membeli ponsel black market tidak tahu bahwa apa dampak yang akan dialaminya ketika membeli ponsel tersebut.

"Mereka impact-nya tidak tahu. Kalau dia bisa beli yang murah, barangnya lagi viral atau heboh di masyarakat, bagi dia itu untuk menaikkan harga dirinya, meningkatkan kepercayaan dirinya, dan untuk prestis," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (29/7/2020).

Hal tersebut yang membuat seseorang menjadi tidak memikirkan dampak yang bakal terjadi ke depannya setelah membeli barang ilegal.

Baca juga: Viral, Video Detik-detik Truk Cabai di Situbondo Oleng hingga Senggol Pemotor

Tertarik harga murah

Perempuan yang biasa akrab disapa Bunda Romi ini menjelaskan, orang-orang cenderung membeli barang black market lantaran barang tersebut memiliki bentuk yang serupa, kelengkapan yang serupa, namun dengan harga murah.

Selain itu, terkadang barang tersebut tidak diberi tahu oleh penjualnya mengenai status barang itu adalah barang black market.

Bahkan, si penjual ada yang enggan memberi tahu bahwa barang tersebut tidak teregistrasi di Indonesia.

"Jadi itu yang dijadikan alasan mengapa orang-orang memilih membeli barang black market di Indonesia," kata dia.

"Ibaratnya risiko hanya tidak terdaftar saja, tapi pembeli tidak tahu menahu dampak tidak terdaftar ini apa saja," lanjut dia.

Baca juga: Viral Video Polisi di Yogyakarta Sedot Bensin dari Tangki Motornya untuk Pemotor yang Kehabisan BBM

Tidak berpikiran jauh

Menurut Romi, orang yang membeli barang black market cenderung tidak berpikir lebih jauh, karena mereka tidak melihat dampak langsung dari membeli barang ilegal.

Bagi mereka fitur untuk menelepon, bersosial media, dirasa sudah cukup.

Oleh karena itu, mereka tidak memikirkan dampak negatif yang konkret.

Selain itu, penjual barang-barang black market biasanya menawarkan produk barang high end atau yang jarang ada di masyarakat.

Hal inilah yang mendorong seseorang untuk ingin segera memiliki produk tersebut.

Baca juga: Menilik Fenomena Masyarakat yang Nekat Ngemal dan Abaikan Protokol Kesehatan...

Hilangnya rasa kepercayaan di dalam diri

Di sisi lain, Romi mengungkapkan, orang-orang ingin membeli produk tersebut dengan harga murah, lantaran ingin meningkatkan kepercayaan dirinya.

"Jadi, manusia itu kalau kepercayaan dirinya ditempelkan pada barang-barang atau hal-hal yang di luar dirinya, maka dia pasti akan mencari hal-hal yang bisa dia beli atau yang dapat meningkatkan kepercayaan dirinya," kata dia.

Tidak hanya ponsel, sejumlah barang lain seperti baju, tas, sepatu bermerek, dan barang lainnya.

Padahal, rasa kepercayaan diri yang lebih nyaman dan abadi dapat dilihat dari kelebihan yang ada pada diri masing-masing orang.

"Misalnya, kemampuan dia berbicara, kecerdasannya, kemampuan untuk memutuskan sesuatu, kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain. Itu yang harusnya menjadi poin-poin untuk meningkatkan kepercayaan dirinya," lanjut dia.

Baca juga: Viral Unggahan soal Pacar yang Posesif, Apa Penyebab dan Bagaimana Cara Mengatasinya?

Romi menyampaikan, hal tersebut yang sering tidak disadari oleh sejumlah orang.

Menurutnya, mereka hanya terbawa lingkungan pergaulannya, sehingga menimbulkan rasa pamer di mana ia melihat orang-orang banyak memakai produk tersebut, dan ia juga harus memakai barang tersebut.

Terkait hal ini, Romi menambahkan, barang-barang itu akan tetap dibeli meski orang tersebut tidak begitu membutuhkannya.

"Ia hanya terbawa pergaulannya, padahal mungkin belum tentu dia perlu, kerjaannya juga tidak mengharuskan adanya produk tersebut," kata dia.

Tindakan pembelian itu dirasa eman-eman, apalagi jika pembeli tersebut hanya ibu rumah tangga atau pelajar di mana fitur-fitur canggih tidak begitu menunjang pekerjaannya.

"Sepertinya kalau enggak ada produk itu, rasanya tidak cukup untuk meyakinkan untuk eksis," imbuh dia.

Baca juga: Viral, Video Detik-detik Mobil Alami Ban Selip hingga Tabrak Pemotor dan Tiang Listrik

Kepercayaan diri pada aksesoris

Sementara itu, orang yang ada di masyarakat tidak perlu melihat barang dari luar.

Begitu seseorang memasang kepercayaan diri dengan mengambil aksesoris itu, untuk diakui, untuk eksis, ketika aksesoris tersebut hilang, maka menjadikan orang tersebut bingung akan melakukan apa ke depannya.

"Kalau mau mengikuti teknologi atau tren tercanggih itu kita enggak ada habisnya, karena akan selalu ada pembaruan tiap bulan atau tiap minggu bahkan ibaratnya kita enggak punya rasa puas, belum rusak udah ganti lagi," ujar Romy.

Padahal ada hal lain yang lebih dibutuhkan dalam kehidupannya.

"Itu sedih sebetulnya, dia enggak merasa nyaman atau percaya diri menggunakan hal-hal untuk menunjang kepercayaan dirinya itu," imbuhnya.

Baca juga: Viral Polsuska Turunkan Paksa Diduga Anak Punk dengan Pistol, Ini Penjelasan PT KAI

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi