Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom Sebut Perokonomian Bisa Pulih dalam 2-5 Bulan, Ini Syaratnya...

Baca di App
Lihat Foto
shutterstock.com
Ilustrasi pasar tradisional
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Salah satu sektor yang babak-belur dihajar oleh pandemi Covid-19 adalah perekonomian. Banyak industri jasa dan produksi terhenti sejak kasus demi kasus Covid-19 terkonfirmasi di berbagai negara dunia.

Pergerakan manusia dan interaksi fisik dibatasi, masyarakat diimbau untuk menjaga jarak dan tetap di rumah masing-masing.

Bisnis transportasi sepi penumpang. Industri pariwisata terhenti karena tak ada wisatawan. Pusat perbelanjaan, hotel, dan lain sebagainya mendadak mati suri sepi pengunjung. 

Hal ini praktis menyebabkan terjadinya defisit ekonomi pada negara-negara yang terdampak Covid-19, bisa dikatakan hampir seluruh negara di dunia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahkan ada negara yang sudah menyatakan mengalami resesi, seperti Korea Selatan dan Singapura.

Namun, Indonesia sejauh ini belum disebut mengalami nasib yang sama, walau tak bisa dipungkiri pertumbuhan perekonomian nasional juga minus.

Melihat hal tersebut, semua bertanya-tanya kapan perekonomian akan kembali pulih?

Baca juga: Kasus Covid-19 di Perkantoran Diduga Lebih Besar, Ini Langkah Kemnaker

Ekonomi pulih dalam 2-5 bulan

Ekonom sekaligus peneliti dari Institute for Development Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira menyebut perekonomian dinilai akan dapat pulih dalam waktu yang tidak lama. 

"Relatif cepat 2-5 bulan paling lama, terutama pertanian dan industri makanan-minuman, karena berhubungan dengan kebutuhan dasar," kata Bhima dihubungu, Rabu (29/7/2020) petang.

Namun Bhima memberikan catatan, kondisi tersebut dapat terjadi apabila pandemi virus corona yang terjadi saat ini bisa diatasi dengan baik.

Bhima menyebut kurva kasus positif Covid-19 harus dilandaikan terlebih dahulu, maka pemulihan ekonomi secara paralel akan terjadi.

"Jangan terus menerus PSBB dilonggarkan sementara stimulus kesehatan baru cair 7 persen, ini kan jadi masalah utama," ujar dia.

"Efeknya apa ke prilaku konsumen? Ya jadi tidak percaya diri untuk belanja, pekerja kantoran juga kurang produktif karena kantor sekarang jadi epicentrum penyebaran baru. Dampaknya kemana-mana, dan merugikan ekonomi," lanjutnya.

Baca juga: Seminggu Terakhir Banyak Kasus Corona dari Perkantoran, Ini yang Perlu Diperhatikan

 

Sektor kunci pemulihan ekonomi

Bhima menjelaskan ada 2 sektor kunci yang berperan signifikan dalam pemulihan ekonomi. Sektor tersebut adalah industri manufaktur dan pertanian.

"Industri manufaktur, karena salah satu penopang ekonomi yang berkontribusi 20 persen terhadap PDB, dan 14 persen dari total lapangan kerja," terang Bhima.

Untuk industri pengolahan yang orientasinya ekspor bisa didorong dengan percepatan penetrasi ke pasar negara-negara dengan ekonomi yang cepat mengalami pemulihan.

"Momentum pemulihan ekonomi China jangan sampai terlewatkan, karena di kuartal I China anjlok -6,8 persen, tapi di kuartal II langsung positif 3,2 persen," kata dia.

Bhima menyebut, hal itu berarti ada permintaan domestik di China dan barang dari Indonesia kembali dibutuhkan.

Dalam kondisi itu, pemerintah penting memberikan insentif yang lebih spesifik pada industri yang memproduksi barang yang dibutuhkan negara tujuan ekspor.

Baca juga: Ikut Reuni, 14 Orang dalam Satu Keluarga Positif Covid-19, 1 Meninggal

Menjaga daya beli

Sementara itu, untuk industri pengolahan yang orientasinya pasar domestik, Bhima mengatakan kuncinya terletak pada menjaga kekuatan daya beli.

"Jika pandemi mulai landai, pemerintah mendorong realisasi bantuan sosial lebih tinggi dan memperluas sasaran bantuan sosial. Maka, demand produk industri lokal bisa pick up," sebut Bhima.

Sektor kedua adalah pertanian yang disebut memiliki kontribusi sebesar 12,8 persen dari PDB dan menyerap 29 persen total lapangan kerja.

"Indonesia punya sumber daya pertanian yang melimpah, maka kunci untuk mendukung recovery adalah hilirisasi produk pertanian, inovasi, dan regenerasi petani muda," sebutnya.

Bhima melihat saat ini banyak pekerja sektor formal yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat pandemi, lalu kembali ke kampung halamannya dan menjadi petani.

Situasi ini semestinya bisa dipertahakan jika memang pertanian adalah satu sektor ekonomi yang menjanjikan.

"Pemerintah juga bisa memperbesar serapan gabah petani dengan harga yang lebih tinggi agar banyak pengangguran yang masuk ke pertanian," kata Bhima.

Namun, sekali lagi hal harus dipahami adalah pemulihan ekonomi akan terjadi secara paralel, terutama di dua sektor kunci yang telah disebutkan, apabila pandemi ditangani secara serius.

Baca juga: Indonesia Diminta Lakukan 300.000 Tes PCR dalam Sehari, Ini Alasannya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi