Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Suhu Dingin di Sejumlah Daerah, Kapan Akan Berakhir?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/DOK DINAS PARIWISATA DAN KEBUDATAAN BANJARNEGARA
Embun es muncul di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (26/6/2020) pagi.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Media sosial belakangan ini diramaikan dengan topik perihal suhu dingin di sejumlah daerah yang utamanya terasa di pagi hari.

Pembahasan terkait suhu dingin tersebut semakin kentara pasca-munculnya embun es di Dataran Tinggi Dieng.

Sejumlah warganet pun mengungkapkan fenomena suhu dingin di sejumlah wilayah tersebut.

Baca juga: Ramai di Twitter, Ini Penjelasan Pihak Pengelola soal Embun Es di Dieng

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Selain Indah, Embun Es di Dieng Juga Bermanfaat bagi Petani, Simak Penjelasannya...

Kendati demikian, fenomena suhu udara dingin merupakan kondisi alamiah yang biasa terjadi hampir setiap tahun.

Lantas sampai kapan fenomena suhu dingin tersebut akan berlangsung?

Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Indra Gustari menjelaskan, daerah yang mengalami suhu lebih dingin saat ini adalah daerah-daerah yang sudah memasuki musim kemarau.

Sebagian besar daerah tersebut berada di bagian selatan wilayah Indonesia, seperti:

"Suhu dingin tersebut berkaitan dengan musim kemarau, yang kurang awan dan hujan," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (30/7/2020).

Baca juga: Kisah Penaklukan Pertama Everest, Gunung Tertinggi di Dunia

Penyebab munculnya suhu dingin

Lebih lanjut, Indra mengatakan pada periode musim kemarau di wilayah Indonesia bagian selatan tersebut sedang persisten embusan Angin Monsun Australia, yang membawa massa udara kering dan dingin.

Dampak yang dirasakan, imbuhnya yakni udara akan terasa panas di siang hari.

"Akan tetapi sangat dingin di malam hari," kata dia.

Baca juga: Ilmuwan Prediksi Gletser di Dunia Akan Mencair, Pertama di Puncak Jaya Papua

Penyebabnya yakni, karena air yang tersimpan di bawah permukaan tanah sedikit, pemanasan, dan penguapan maksimum yang terjadi pada siang hari.

Selain itu, awan yang sedikit atau langit yang cerah menyebabkan radiasi balik gelombang panjang pada malam hari semakin kuat dan lebih banyak dilepas langsung ke atmosfer level lebih tinggi.

Sehingga, lanjutnya, permukaan tanah dan atmosfer bagian bawah lebih cepat mendingin, bahkan mencapai di bawah titik beku air.

Baca juga: Hujan di Saat Musim Kemarau, Mengapa Bisa Terjadi?

Akhir musim kemarau

Fenomena suhu dingin tersebut diprediksi akan berlangsung hingga akhir musim kemarau yakni akhir September hingga awal Oktober 2020 untuk di Pulau Jawa.

Sedangkan di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) bisa terjadi hingga November, karena di NTB dan NTT datangnya musim hujan lebih akhir daripada daerah lainnya.

Sementara itu, Kabid Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Hary Tirto Djatmiko menambahkan, dari pemantauan perkembangan musim kemarau yang dilakukan hingga 20 Juli 2020 atau dasarian kedua Juli ini diketahui dari 342 daerah ZOM (Zona Musim) di Indonesia sebanyak 69 persen ZOM telah memasuki musim kemarau, seiring dominasinya sirkulasi angin Monsun Australia yang bersifat kering yang bertiup dari arah Timur-Tenggara.

Baca juga: Trending, Ini 10 Lokasi Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng

Daerah-daerah yang telah memasuki musim kemarau antara lain:

  1. Nusa Tenggara Timur
  2. Nusa Tenggara Barat
  3. Bali
  4. Jawa Timur
  5. Sebagian besar Jawa Tengah
  6. Sebagian besar Jawa Barat
  7. Pesisir utara Banten
  8. DKI Jakarta
  9. Sumatera Selatan bagian timur
  10. Jambi bagian timur
  11. Sebagian besar Riau
  12. Sebagian besar Sumatera Utara
  13. Pesisir timur Aceh
  14. Kalimantan Tengah bagian selatan
  15. Kalimantan Timur bagian timur
  16. Kalimantan Selatan bagian utara
  17. Sulawesi Barat bagian selatan
  18. Pesisir selatan Sulawesi Selatan
  19. Sulawesi Utara bagian utara
  20. Maluku bagian barat
  21. Papua Barat bagian timur
  22. Papua bagian utara dan selatan

Baca juga: 20 Februari 1979, Letusan dan Gas Beracun di Dieng Tewaskan 149 Orang

(Sumber: Kompas.com/Nur Fitriatus Shalihah, Mela Arnani | Editor: Rizal Setyo Nugroho, Sari Hardiyanto)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi