Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Investasi Terbaik untuk Dilakukan?

Baca di App
Lihat Foto
Dok. SHUTTERSTOCK/LOOKERSTUDIO
Ilustrasi investasi
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Keadaan yang tidak menentu dan harapan mendapatkan keuntungan berlebih mendorong masyarakat untuk berinvestasi di sejumlal hal atau bidang.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), investasi adalah penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan.

Bentuk investasi pun beraneka ragam, ada yang dalam bentuk saham, emas, properti dan sebagainya. 

Baca juga: Demi Masa Depan, Lebih Baik Menabung atau Investasi?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, investasi apa yang dirasa paling baik untuk dilakukan masyarakat?

Menurut perencana keuangan Safir Senduk tidak ada investasi yang paling dominan, artinya masing-masing produk investasi mempunyai kelebihan dan kelemahan.

"Jawaban saya enggak ada (yang dominan). Semua punya kelebihan dan kekurangan sendiri," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (1/8/2020).

Safir pun menjabarkan terkait jawabannya tersebut.

Properti

Produk investasi pertama yang banyak dianggap menjanjikan oleh sebagian besar masyarakat adalah investasi di bidang properti.

Banyak orang yang mengimani memiliki properti saat ini pasti akan mendapatkan keuntungan besar di waktu yang akan datang, karena harga tanah dan bangunan selalu mengalami peningkatan setiap waktu.

Selain itu, properti dianggap menjanjikan karena prospek ke depan ketersediaan lahan yang semakin menipis sehingga harga properti pun ikut melambung.

"Orang Indonesia itu kan sering 'mendewakan' investasi properti. Misalnya punya rumah di Serpong, '5-10 tahun lagi waah harganya sudah luar biasa'," kata dia.

Baca juga: Mengenang Ciputra, dari Atlet Lari, Begawan Properti hingga Kelola Institusi Pendidikan

Properti, khususnya berupa bangunan entah rumah, gedung, ruko, atau yang lain bisa dimanfaatkan dalam dua hal, disewakan, dan dijual kembali.

Di sini Safir mengingatkan, bahwa banyak orang yang tidak berpikir bahwa menjual properti itu sebuah hal yang sulit.

"Jual properti itu enggak gampang, sama sekali enggak gampang, tapi kalau kita dapat orang yang mau beli, kelebihannya adalah kita bisa dapat untung yang luar biasa," sebutnya.

Baca juga: Mengapa Harga Emas Cenderung Terus Naik?

Emas

Saat disinggung terkait dengan investasi emas, meski dianggap harganya akan selalu naik seiring jalannya waktu, Safir tidak sepenuhnya setuju dengan pendapat itu.

"Kalau tidak terjadi ketidakpastian, tidak terjadi inflasi, ekonomi baik-baik saja, maka emas biasa saja, serius. Malah dia turun sedikit," jelas dia.

Kelemahan lain dari emas adalah fluktuasi harganya yang tidak bisa ditebak. Saat pandemi berlangsung, ketidakpastian ekonomi bergulir di banyak negara, harga emas melambung tinggi.

Baca juga: Kenapa Imlek Identik dengan Warna Merah dan Kuning Emas?

Kondisi seperti itulah yang membuat harga emas akan meningkat.

Tapi sekali lagi, tidak ada yang mengetahui apakah harga yang sama masih akan bertahan di satu bulan ke depan, satu tahun, satu minggu, dan sebagainya.

"Itu kelemahannya, harganya sama sekali tidak bisa ditebak. Siapa bisa baca (perkembangan harga) emas, enggak bisa baca emas, gimana caranya," kata Safir.

Saat ini emas tengah dihargai tinggi dan momentum ini menjadi keuntungan besar bagi orang-orang yang memiliki dan menjualnya.

Baca juga: Deretan Kasus Penipuan Berkedok Investasi, dari MeMiles hingga Swissindo

Jika demikian konsep investasi yang diinginkan, Safir menyebut keuntungan baru bisa didapat ketika momen yang tidak menyenangkan terjadi, ketika ada pergolakan di dunia yang memengaruhi kestabilan ekonomi.

Namun, emas memang memiliki kelebihan yang mutlak sebagai logam mulia yang tak lekang ditelan zaman.

"Jadi satu-satunya alasan orang beli emas itu pengalaman di masa lalu bahwa emas itu adalah logam mulia yang tidak lekang ditelan zaman. Dia itu akan bagus terus sampai kapan pun, itu kelebihannya," ungkap Safir.

Baca juga: Jepang Hadapi Babak Baru Pandemi Corona, Bagaimana Situasinya?

Saham

Produk investasi selanjutnya adalah saham, Safir menilai kelebihan saham terletak pada keuntungan yang bisa didapat dengan sendirinya tanpa kita melakukan banyak upaya.

"Pada saham kita beli perusahaan yang sudah mapan, sistemnya sudah berjalan, kita tinggal beli kepemilikannya. Enak banget," tutur Safir.

"Jadi beli saham itu sama kayak kita punya bisnis sampingan, tanpa perlu terlibat di manajemennya, tanpa kita perlu membangunnya dari awal," lanjutnya.

Baca juga: Kisah di Balik Viralnya Kado Saham Wisuda Mahasiswi UI

Jika sudah memiliki saham dari sebuah perusahaan, kita tinggal menunggu saatnya pembagian keuntungan atau deviden pada rapat umum pemegang saham (RUPS).

Saham juga relatif mudah dibaca.

Safir mencontohkan mudahnya kita mengetahui perusahaan mana yang akan mendapat untung dan sebaliknya.

Misalnya dengan melihat produk yang dihasilkan dan permintaannya di pasaran.

Baca juga: Deretan Perusahaan yang Boikot Iklan di Facebook, dari Ford, Unilever hingga Microsoft

Katakanlah sabun, sampo, mi instan, itu adalah kebutuhan harian semua masyarakat yang jika habis pasti mereka akan kembali membelinya.

Namun, kelemahan saham terletak pada lamanya jangka waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh keuntungan yang dibagi.

"Banyak orang enggak sabar nuggu deviden pembagian laba, harus nunggu rapat umum pemegang saham (RUPS). Akhirnya yang mereka lakukan trading, tapi untuk trading itu butuh mental, butuh perhatian, padahal kita kerja," sebut dia.

Baca juga: Saat Rudal Iran Membuat Harga Minyak Naik dan Saham Berguguran...

Meski tidak ada yang terbaik, Safir menyebut infestasi dalam bentuk kepemilikan saham merupakan yang paling banyak menawarkan kelebihan.

"Investasi yang paling banyak kelebihannya itu saham menurut saya. Paling banyak kelebihan bukan berarti dia paling baik ya," imbuh dia.

Kelebihannya sebagaimana disebutkan sebelumnya, dengan berinvestasi saham, maka tidak perlu melakukan upaya apa pun, karena semua sudah dijalankan oleh sistem perusahaan yang matang.

"Kita tidak perlu mendirikan usaha, memikirkan produk, teknik pemasaran, dan sebagainya, semua sudah berjalan dan dijalankan oleh perusahaan tersebut," kata dia.

Baca juga: Investasi Rp 5 Triliun, Bali Bakal Miliki LRT Bandara Sepanjang 4,78 Km

Sebagai pemilik saham, seseorang, imbuhnya tinggal menunggu waktu pembagian laba dilakukan.

Hal senada juga diungkapkan oleh perencana keuangan Eko Endarto.

Ia juga menyebut tidak ada produk investasi yang paling baik di antara yang lainnya.

Bermain investasi harus disesuaikan dengan tujuan dari sang investor.

"Namanya investasi, harus menguntungkan karena itu adalah tujuan dari investasi, tapi pemilihan produknya harus disesuakan dengan tujuan dari investornya. Misal deposito bagus untuk jangka pendek dan saham bagus untuk jangka panjang," jelas Eko saat dihubungi terpisah, Sabtu (1/8/2020) sore.

Baca juga: Mengenal Investasi Bodong MeMiles Beromzet Rp 750 Miliar dan Cara Kerjanya

Hal lain yang harus diperhatikan adalah soal mudahnya mencairkan dan besarnya keuntungan yang didapat.

"Ketika kita minta hasil tinggi maka biasanya likuiditas tidak cepat, seperti properti, hasil tinggi tapi akan sulit diuangkan. Saham juga sama (harus menunggu RUPS)," sebut dia.

Eko melanjutkan contoh produk investasi yang memiliki sifat sebaliknya, hasil rendah namun likuiditas tinggi adalah deposito.

"Jadi ketika tujuan kita (jangka) panjang ambil saja produk yang enggak mudah cair dan fokus ke hasil. Begitu juga sebaliknya," imbaunya.

 Baca juga: Investasi Vs Menabung, Mana yang Cocok bagi Milenial dengan Gaji Pas-pasan?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi