Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hati-hati, Ini Peluang Kejahatan yang Bisa Terjadi jika Data Diri Tercecer

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi kejahatan digital, data pribadi, peretasan, peretasan digital, hacker
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Sudahkah selama ini Anda menjaga dengan baik dokumen tak terpakai yang berisi data pribadi Anda?

Jika belum, sebaiknya waspada mulai saat ini.

Di media sosial, ramai perbincangan tentang video yang memberikan tips aman untuk menyelamatkan data diri yang melekat pada paket belanja online sebelum dibuang.

Adapun video tersebut diunggah oleh akun Twitter @poliANDRIE pada Jumat (31/7/2020).

Pada video berdurasi 16 detik itu, diperlihatkan pengunggah melakukan langkah-langkah untuk melindungi data diri pada bungkus paket sebelum dibuang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertama, memisahkan kertas yang memuat data diri yang masih melekat pada paket. Kemudian, menggunting data diri itu menjadi beberapa potongan kecil.

Pengunggah juga mengimbau agar tidak membuang bungkus paket jika data diri masih melekat.

Apa risikonya jika data diri kita tercecer?

Security Digital Trainer, Yerry Niko Borang mengatakan, jika data diri dibiarkan tercecer, ada sejumlah peluang kejahatan yang bisa dijadikan celah oleh pelaku kejahatan.

Satu di antaranya adalah melakukan transaksi keuangan.

"Ada banyak hal yang dapat dilakukan pelaku, salah satu metode yang diajarkan untuk para hacker-hacker agar memeperhatikan tempat sampah, karena sering ada data nama, alamat, nomor resi, dan lain-lain yang bisa dipakai untuk mereka ulang proses transaksi keuangan," ujar Yerry saat dihubungi Kompas.com pada Minggu (2/8/2020).

Baca juga: Cara Melindungi Data Pribadi di Google, dari Riwayat Google Maps sampai YouTube

Peluang kejahatan lain yaitu memanfaatkan data diri orang lain, misalnya menggunakan data diri untuk booking hotel, dan lain-lain.

Menurut Yerry, ada data-data hotel yang berisi data booking, data kartu kredit, dan data-data lain yang bisa dimanfaatkan peretas.

"Ini kebanyakan hotel-hotel tidak tahu. Data-data biasanya dicetak dan dibuang di tempat sampah. Selain itu banyak hal-hal yang biasanya kita tanda tangani jika mau check in hotel," ujar Yerry. 

Modus menggunakan USB

Yerry mengungkapkan, ada juga peluang kejahatan lain yang dapat mengintai kita yakni USB yang diletakkan di sembarang tempat.

"Hati-hati jika menemukan USB bekas diletakkan kantor, karena itu kebiasaan hacker untuk menyebarkan USB yang sudah diisi program di tempat-tempat umum, di kantor dan sebagainya," ujar Yerry.

Ia mengatakan, umumnya para hacker menyematkan suatu program pencuri data yang nantinya akan mengirimkan data ke e-mail pelaku.

Selain itu, program tersebut juga akan merekam semua data yang di-copy ke USB itu.

"Kemudian, program akan menginfeksi laptop atau komputer-komputer dan mengeruk semua di dalamnya. Bukan virus, tapi lebih ke program jahat/malicious software," lanjut dia.

Baca juga: Alasan Pentingnya Menjaga Keamanan Data Pribadi di Media Sosial...

Tindakan pencegahan

Terkait banyaknya peluang yang dapat merugikan, Yerry membagikan sejumlah tips untuk mencegah data diri tersebar luas.

"Sebaiknya jika membuat sampah yang ada datanya, pastikan dicoret atau disobek hingga tidak dikenali atau kumpulkan lalu bakar hingga tidak berbekas," ujar Yerry.

Setruk ATM juga direntan untuk diambil data diri oleh pelaku. Bahkan, pelaku bisa membuat KTP dan buku tabungan korban untuk dipalsukan.

Kemudian, mereka menarik uang di bank dengan modus ATM tertinggal.  

Menurut Yerry, pelaku melakukan cross-checking dengan mengambil setruk ATM korban.

Meski demikian, ia menyarankan agar menyimpan atau merobek setruk ATM setelah melakukan transaksi di mesin ATM.

"Sebaiknya setruk atau apa pun yang ada data diri, disimpan atau dimusnahkan. Bisa juga dengan membawa pulang atau merobek-robek setruk itu hingga tidak dapat terbaca," terang Yerry.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi