Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Emas Cenderung Naik Saat Terjadi Ketidakpastian Ekonomi, Mengapa?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi emas batangan
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Saat ini di tengah pandemi Covid-19, harga emas di pasaran justru sedang tinggi-tingginya.

Dilansir dari situs resmi Logam Mulia, Sabtu (130/7/2020), harga emas Antam naik Rp 12.000 dibanding sebelumnya, menjadi Rp 1.028.000 per gram. Posisi ini merupakan level tertinggi sepanjang sejarah penjualan emas Antam.

Hal ini sebagaimana diberitakan Kompas.com (1/8/2020).

Sementara itu, harga buyback naik Rp 13.000 menjadi Rp 926.000 per gram. Ini merupakan harga buyback alias tertinggi sepanjang masa.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebagai catatan, harga emas Antam tersebut berlaku di kantor Antam Pulogadung, Jakarta. Sementara di gerai penjualan emas Antam lain bisa berbeda.

Baca juga: Mengapa Harga Emas Cenderung Terus Naik?

Lantas mengapa harga emas justru melambung ketika terjadi pergolakan atau ketidakpastian ekonomi seperti saat ini?

Menanggapi hal itu, perencana keuangan Safir Senduk menjelaskan emas menjadi diminati saat terjadi gonjang-ganjing perekonomian dikarenakan oleh nilai intrinsik dan nominal emas yang sama.

"Ada nilai intrinsik yang setara dengan nilai nominalnya," kata Safir kepada Kompas.com baru-baru ini.

Nilai intrinsik adalah nilai yang terkandung dalam bahan pembuatan, sementara nilai nominal adalah nilai yang melekat pada benda tersebut setelah menjadi suatu produk.

Contoh mudah adalah pada uang.

"Uang itu ada nilai nominal ada nilai intrinsik. Nilai nominal adalah (nominal) uang yang tercantum di bahannya (kertasnya), sementara nilai intrinsik adalah nilai bahan itu sendiri," ujar Safir.

"Jadi, bisa jadi uang (nominal) Rp 100.000 itu nilai kertasnya (intrinsiknya) cuma Rp 10.000, tapi pada emas nilai nominal dan nilai intrinsik, InsyaAllah sama," lanjut dia.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Bongkahan Emas The Welcome Stranger Ditemukan di Australia

Membeli emas

Jadi ketika selembar uang kertas sobek atau terpotong menjadi dua bagian, maka nilai nominal dari uang tersebut hilang. Uang Rp 100.000 yang tergunting jadi dua bagian tidak lagi bisa dipakai sebagai alat transaksi, meskipun bisa ditukarkan.

Namun emas, tidak berlaku yang demikian. Dalam kondisi seperti apa pun harga emas tidak akan terpengaruh dari kondisi fisiknya.

Dalam kondisi perekonomian yang tidak menentu, masyarakat kemudian banyak yang berlari mengamankan hartanya dengan membeli emas.

"Kalau mereka merasa ada ketidakpastian, merasa ada ekonomi yang memburuk, mereka merasa enggak percaya sama uang kertasnya sendiri, mereka enggak percaya sama negaranya sendiri, mereka beralih ke emas, karena emas asumsinya bisa dibawa kemana pun, ada nilai intrinsik yang setara dengan nilai nominalnya," papar Safir.

Dengan begitu jumlah permintaan terhadap emas akan tinggi sehingga menyebabkan harga ikut melambung.

Baca juga: Kenapa Imlek Identik dengan Warna Merah dan Kuning Emas?

Keuntungan emas

Mengapa orang berlari pada emas, dan bukan produk lain untuk mengamankan uangnya?

Safir menyebut itu karena cara berpikir dari alam bawah sadar masyarakat yang meyakini harga emas akan selalu naik.

"Jadi, alasan logisnya karena emas ada (fisik) barangnya dan dianggap naik terus, walaupun dia enggak naik terus, dia bisa juga turun. Tapi pengalaman menunjukkan jarang sekali emas itu turun derastis," ungkap Safir.

Hal ini tidak hanya terjadi pada emas, namun juga produk properti.

Hanya yang membedakan, tidak semua orang bisa membeli properti. Selain itu proses jual properti juga relatif lebih sulit dibandingkan emas.

Jadi pada kesimpulannya, Safir menyebut mengapa harga emas naik ketika terjadi ketidakstabilan ekonomi adalah kerja alam bawah sadar masyarakat dalam memandang emas.

"Bawah sadar. Enggak tahu dari dulu bawah sadar orang begitu," sebutnya.

Baca juga: Apa Investasi Terbaik untuk Dilakukan?

Permintaan emas meningkat

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com sebelumnya, pakar ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmi Radhi menilai, emas berbeda dengan minyak bumi.

Minyak saat ini tengah mengalami penurunan permintaan yang menyebabkan harga minyak dunia terpuruk. Adapun emas justru permintaannya meningkat.

“Permintaan emas justru meningkat saat pandemi Covid-19 sehingga menaikkan harga emas,” kata dia.

Menurutnya saat situasi seperti sekarang, investasi di pasar uang dan pasar modal semakin tak menarik, sehingga menurutnya emas merupakan alternatif investasi yang lebih rendah risiko dibanding investasi lain.

Baca juga: Demi Masa Depan, Lebih Baik Menabung atau Investasi?

 

Ia mengatakan, untuk masyarakat yang ingin berinvestasi dengan dana besar maka sebaiknya melakukan investasi berwujud emas batangan.

"Emas batangan lebih liquid and marketable (mudah dijual),” kata Fahmi.

Sementara peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati mengatakan emas saat ini dipilih, karena instrumen investasi yang lain tengah menghadapi ketidakpastian.

Ke depan, menurutnya nilai emas kemungkinan tetap fluktuatif, akan tetapi menurutnya memang emas paling aman dibandingkan aset-aset yang lain.

“Ke depan tetep fluktuatif tapi secara nature, emas ini yang paling aman dibanding semua aset, cuma kenaikan relatif lebih lambat dibanding di pasar uang atau pasar modal,” ungkapnya

Baca juga: Ingin Menabung Emas? Simak 5 Keuntungan Investasi Emas Berikut Ini

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi