Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada 111.455 Kasus Infeksi, Berapa Angka Positivity Rate di Indonesia?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi tes swab (tes usap).
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

 

KOMPAS.com - Hingga Minggu (2/8/2020), Indonesia telah melaporkan 111.455 kasus infeksi dengan 5.236 kematian dan 68.975 pasien sembuh. 

Sementara untuk testing, baru ada 882.352 orang yang diperiksa menggunakan tes PCR. Mengutip dari kawalcovid, positive rate keseluruhan 12,63 persen. 

Angka itu menjadi salah satu yang terbesar di Benua Asia.

Namun, hal lain yang masih perlu diwaspadai adalah tingginya angka positive rate di Indonesia yang berada pada kisaran 11 persen ke atas.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Positive rate Indonesia memang selalu tinggi, rata-rata di kisaran 11 persen ke atas," kata epidemiolog Griffith University Dicky Budiman kepada Kompas.com, Minggu (2/8/2020).

"Bila saat ini tembus di atas 20 persen artinya kasus infeksi Covid-19 di masyarakat makin bertambah banyak," sambung dia.

Positivity rate adalah persentase dari pasien yang memiliki hasil tes positif Covid-19. Cara menghitungnya dengan membagi jumlah total kasus positif dengan tes yang dilakukan.

Baca juga: Positivity Rate Covid-19 Indonesia 12,3 Persen, Peringkat 5 Se-Asia

Menurut Dicky, tingginya angka positivity rate di Indonesia disebabkan oleh kapasitas tes yang belum optimal.

Di sisi lain, kasus infeksi di masyarakat tergolong tinggi dan tidak terdeteksi.

"Peningkatan cakupan pemeriksaan PCR tidak membuat kasus infeksi Covid-19 bertambah. Dia mendeteksi kasus infeksi yang memang masih banyak terjadi," jelas dia.

Upaya menurunkan positivity rate

Untuk menurunkan angka itu sesuai dengan target yang ditetapkan oleh WHO, yaitu di bawah 5 persen, diperlukan berbagai upaya.

Upaya-upaya tersebut di antaranya adalah testing dan tracing dengan kapasitas dan kualitas yang optimal.

Sementara tracing harus mencapai target minimal 80 persen dari kemungkinan orang yang tertular.

Optimalisasi testing, kata Dicky, harus dilakukan di semua daerah tanpa kecuali dengan target 1 tes per 1000 orang per minggu.

Baca juga: WHO Soroti Jumlah Tes, Positivity Rate, dan Kapasitas Rawat Inap RS di Indonesia

Menurutnya, pengabaian terhadap strategi testing tersebut sama halnya dengan bom waktu yang siap meledak.

"Semua wilayah harus menerapkan strategi testing tracing ini. Pengabaian terhadap strategi testing artinya sama dengan menyimpan bom waktu ledakan kasus kesakitan dan kematian," papar dia.

"Selain itu, kualitas tesnya ditingkatkan, misal adanya quality assurance di tiap laboratorium dan hasil tes paling lama 3 hari," sambung dia.

Selama ini hasil tes Covid-19 di Indonesia hasilnya baru bisa diketahui pasien 4 hari hingga satu minggu. 

Sedangkan WHO memberi batasan bahwa hasil tes setidaknya bisa langsung diketahui sejak proses swab sampai hasilnya keluar maksimal 2x24 jam. 

Berdasarkan catatan WHO, baru hanya DKI Jakarta yang memenuhi target pengujian yang ditetapkan.

Baca juga: Melebihi Batas WHO, Positivity Rate Covid-19 di Indonesia 12,3 Persen, Apa Dampaknya?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi