Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Orang Alami Insomnia Selama Pandemi Corona, Ini Penjelasannya

Baca di App
Lihat Foto
shutterstock
Ilustrasi insomnia
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com – Sebuah studi menunjukkan, pembatasan sosial atau lockdown yang dilakukan dampak dari pandemi corona memicu tingginya peningkatan dalam masalah tidur.

Masalah-masalah tidur tersebut terkait dengan kecemasan atau insomnia.

Perempuan disebut-sebut memiliki kecenderungan yang lebih tinggi mengalami insomnia selama pandemi virus coorona. 

Dari sebuah riset di Inggris menjelaskan, mereka yang menderita kurang tidur karena kekhawatiran virus corona meningkat persentasenya.

Yaitu awalnya satu dari enam orang yang diteliti, menjadi satu dalam empat orang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hal itu sebagai akibat langsung dari gangguan besar terhadap kehidupan sosial dan kehidupan masyarakat setelah pembatasan yang dilakukan pada 23 Maret lalu.

Isolasi sosial, kehilangan pekerjaan, masalah keuangan, sakit, takut terinfeksi virus corona, tekanan kerja, dan kegiatan sekolah di rumah, semuanya berkontribusi pada kenaikan ini.

“Kurang tidur mempengaruhi lebih banyak orang selama empat minggu pertama dari penguncian terkait Covid-19 daripada sebelumnya,” kata Prof Jane Falkingham, peneliti dari Pusat Perubahan Penduduk yang didanai oleh Badan Penelitian Ekonomi dan Sosial di Southampton University.

Falkingham menambahkan, pihaknya mengamati peningkatan orang dalam jumlah besar di Inggris, baik pria maupun wanita, di mana mereka menderita masalah tidur yang disebabkan oleh kecemasan.

"Ini mencerminkan tingkat stres karena kecemasan tentang kesehatan, konsekuensi keuangan, perubahan dalam kehidupan sosial dan rutinitas sehari-hari, yang semuanya dapat memengaruhi tidur," ujarnya.

Baca juga: Stres karena Covid-19 Membuat Sulit Tidur? Perhatikan 6 Tips Ini

Perempuan lebih tinggi

Ia dan rekan-rekannya melihat berapa banyak orang berusia 16 tahun ke atas dari 15.360 sampel populasi yang mengalami kesulitan tidur, baik sebelum pandemi melanda pada Maret dan April.

Keseluruhan kejadian dari kurangnya waktu tidur terkait kekhawatiran, meningkat dari 15,7 persen menjadi 24,7 persen.

Namun, peningkatan 9 persen ini secara nasional menutupi yang jauh lebih besar pada kelompok-kelompok tertentu, terutama pada ibu yang mempunyai anak-anak kecil.

Misalnya, jumlah pria yang mengalami kurang tidur meningkat dari 11,9 persen menjadi 16,5 persen, peningkatan di antara wanita jauh lebih jelas peningkatannya, yaitu dari 18,9 persen menjadi 31,8 persen.

Di antara para ibu yang mempunyai anak-anak berusia 0-4 tahun, jumlah orang yang mengalami kurang tidur, naik dua kali lipat dari 19,5 persen menjadi 40 persen. Sedangkan, pada wanita yang memiliki anak berusia 5-18 tahun, meningkat dari 21,7 persen menjadi 38 persen.

Falkingham dan timnya menjelaskan, peningkatan lebih besar dalam insomnia di kalangan wanita berkaitan dengan seorang ibu yang mengambil lebih banyak beban home-schooling untuk anak-anak mereka daripada pria sejak Maret.

Terutama di antara para wanita yang juga bekerja dari rumah, sehingga menyulap kedua peran tersebut.

"Respons pandemi dan kebijakan Covid-19 terhadapnya, termasuk pekerjaan di rumah dan sekolah, telah memperlebar perbedaan kekurangan tidur lintas gender, menempatkan perempuan dan ibu pada kerugian yang jauh lebih besar," ujar Falkingham.

Baca juga: Tips Cepat Tidur bagi Insomnia dengan Meditasi

Penyebab insomnia

Insomnia merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di Inggris. Ini mempengaruhi jutaan orang di masa normal dan seringkali disebabkan oleh stres, kegelisahan, atau depresi.

Hal tersebut sering dikaitkan dengan atau dapat memperburuk masalah kesehatan mental atau fisik yang mendasarinya.

Pada Juni, Institute for Fiscal Studies menerbitkan penelitian yang menemukan bahwa perempuan, terutama berusia 16-34 tahun, telah mengalami kemunduran kesehatan mental selama pandemi yang jauh lebih banyak daripada pria.

Masalah tidur di antara pekerja garis depan di bidang kesehatan, perawatan sosial, pendidikan dan pengasuhan anak, di mana semua perempuan terwakili, meningkat dari 16,4 persen menjadi 28,9 persen setelah penguncian.

"Kita dapat berspekulasi bahwa mereka kemungkinan memiliki stres kerja yang lebih tinggi dan tingkat infeksi corona virus yang lebih tinggi secara tidak proporsional," kata Falkingham.

Tak hanya itu, insomnia di antara orang kulit hitam, Asia, dan latar belakang etnis minoritas juga meningkat tajam, dari 20,7 persen menjadi 32 persen, menunjukkan peningkatan sebesar 11,3 persen.

"Kami pikir peningkatan kehilangan tidur di komunitas mencerminkan tingkat infeksi corona virus yang lebih tinggi secara proporsional di antara individu yang mengarah pada potensi kecemasan yang lebih tinggi terkait dengan keadaan spesifik corona virus, serta risiko lebih tinggi mengalami kesulitan keuangan, perasaan kesepian, dan memiliki tanggungan anak," tutur Falkingham.

Baca juga: Inggris Kembangkan Tes Corona dan Flu, Hasilnya Keluar 90 Menit

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi