Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trending di Twitter, Berikut Sejarah Keris

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/ANDI HARTIK
Sejumlah koleksi keris di Museum Ganesya, Kota Malang, Selasa (14/1/2020)
Penulis: Jihad Akbar
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Tagar SaveKeris menjadi salah satu trending topic di media sosial Twitter, Selasa (4/8/2020).

Sejumlah pengguna Twitter memperbincangkan video unggahan akun @blantik_pedhet yang menampilkan beberapa pria memotong keris.

Video tersebut diunggah Senin (3/8/2020).

Hingga Selasa (4/8/2020) pukul 16.20 WIB, video tersebut ditonton sekitar 77 ribu pengguna Twitter.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, bagaimanakah sejarah keris?

Asal-usul keris hingga saat ini masih menjadi perdebatan. Sebagaimana diberitakan Kompas.com (11/8/2015), sebagian menyebutnya berasal dari Jawa, misalnya Bambang Harsrinuksmo dalam Ensiklopedi Keris (2004).

Namun, sebagian menyebutnya berasal dari budaya Melayu, seperti Sir Thomas Raffles dalam The History of Java (1817). Yang jelas, UNESCO telah menyebut keris sebagai a distinctive, asymmetrical dagger from Indonesia.

Teka-teki kapan munculnya keris pernah diberitakan Harian Kompas pada 8 November 1982. Pimpinan Museum Sonobudoyo Yogyakarta Djoko Soekiman menyebut, pada relief candi Borobudur dan candi Prambanan, tidak tampak adanya senjata keris.

Di relief kedua candi itu senjata yang terlihat adalah pedang.

Djoko menilai hal tersebut turut membuktikan ketika masa pembangunan candi Borobudur dan candi Prambanan senjata keris belum ada.

Candi Borobudur diperkirakan dibangun sekitar tahun 750 hingga 800, sedangkan candi Prambanan dibangun sekitar tahun 850.

Baca juga: Belanda Serahkan Tombak dan Keris Pusaka Jaman Perang Puputan Klungkung

Keris, kata Djoko, baru mulai terlihat pada relief di candi Jago di Malang, Jawa Timur. Candi Jago dibangun sekitar abad ke-13.

Fungsi keris

Sementara itu, Harian Kompas pada 1 Juni 1996 memberitakan, seorang insinyur lulusan ITB yang melakukan riset terkait keris bersama Universitas Indonesia, Haryono Guritno, mengungkapkan setidaknya ada 28 fungsi keris. 

Di antaranya keris adalah gaman (senjata), warisan, pusaka, jimat, sipat kandel (semacam keyakinan diri), tanda pribadi, tanda keluarga, dan tanda keprabon (kepangkatan).

Kemudian sebagai racikan busana, racikan upacara, ubarampe kanoragan (atribut untuk mencari kesaktian dan lainnya), ubarampe keprajuritan (perlengkapan prajurit), olah jiwa, lambang kesatrian, hingga lambang kerukunan.

Haryono menyebut keris dengan kualitas 'nomor satu' adalah keris yang berasal dari zaman Majapahit, sekitar tahun 1293 hingga 1500.

Waktu itu menurutnya motivasi Empu pembuat keris begitu tinggi. Namun, setelah itu mutu keris menurun.

"Pada masa kerajaan Demak, bahkan tidak muncul keris yang bagus, karena keris tidak aktual lagi pada masa itu," kata Haryono.

Baca juga: Kisah Sungkowo, Perajin Keris Generasi ke-17 Empu Kerajaan Majapahit

Didaftarkan ke UNESCO

Pada 2004, Indonesia mengusulkan keris sebagai karya agung warisan manusia kepada United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Haryono Guritno menjadi koordinator yang ditunjuk UNESCO untuk mempersiapkan hasil wawancara terhadap berbagai narasumber tentang budaya keris.

"Sebenarnya UNESCO sendiri yang mengusulkan kepada Indonesia bahwa keris punya kesempatan sebagai karya agung warisan manusia, seperti halnya wayang, yang pada tahun 2003 sudah diterima (oleh UNESCO) sebagai karya agung non-bendawi," kata Haryono seperti diberitakan Harian Kompas pada 12 Oktober 2004.

Selain dinilai memiliki tradisi panjang, fungsi sosial, nilai seni, falsafah, dan bahkan aspek mistik, keris juga merupakan budaya yang khas Indonesia.

Baca juga: 150 Tahun, Jalan Panjang Keris Pangeran Diponegoro untuk Pulang

Keris jadi warisan budaya

UNESCO menetapkan keris sebagai salah satu warisan budaya yang mesti dilestarikan di Paris pada 25 November 2005.

"Masih hidup dan dihayati, tradisi masih berlanjut. Berbeda dengan budaya samurai di Jepang yang kini sudah mati," ungkap Direktur Jenderal Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) Koichiro Matsuura, seperti diberitakan Harian Kompas pada 20 Desember 2005.

Sebelum keris, pada 2003, wayang sudah terlebih dulu diakui UNESCO sebagai salah satu warisan budaya.

Ratusan ribu dollar AS per tahun diperkirakan akan mengalir guna melestarikan keris Indonesia dan wayang.

"Lewat momentum penghargaan UNESCO ini mestinya kita menata kembali pandangan tentang keris," ungkap Haryono Haryoguritno, seorang pakar keris yang memimpin tim riset pustaka dan lapangan keris tersebut.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi