Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selama Covid-19 Belum Selesai, Pemulihan Ekonomi Tidak Akan Efisien

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/LIGHTSPRING
Ilustrasi resesi akibat pandemi virus corona.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Pandemi virus corona penyebab Covid-19 menghantui seluruh negara di dunia dengan ancaman resesi ekonomi.

Perekonomian sejumlah negara bahkan telah terjerembab ke jurang resesi, seperti Singapura, Korea Selatan, Amerika Serikat, Hong Kong, dan beberapa negara Eropa.

Secara tersirat, pemerintah juga mengindikasikan Indonesia bisa alami resesi pada triwulan III 2020. Ini mengikuti pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi atau minus sejak triwulan II 2020.

Penanganan Covid-19 jadi penentu

Pengamat ekonomi dari Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Enny Hartati menjelaskan, di negara-negara lain resesi terjadi ketika kurva Covid-19 sudah landai.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sehingga mereka optimis, meskipun terjadi resesi di triwulan II, namun di triwulan III kemungkinan sudah bisa terjadi pemulihan.

Ia kemudian menyebut penanganan Covid-19 menjadi penentu apakah Indonesia akan memasuki resesi atau tidak. Sebabnya adalah aktivitas ekonomi dan gairah investasi bisa kembali jika Covid-19 sudah terkendali.

"Sepanjang Covid-19 belum selesai, maka ekonomi pasti menghadapi high cost atau ekonomi berbiaya tinggi, terus tidak efisien, maka kan tidak ada minat investasi kalau kondisinya seperti itu," kata Enny.

"Kalau tidak ada minat investasi, lapangan kerja terbatas, daya beli masyarakat juga semakin drop, itu kan jadi paralel, serentak. Jadi investasi turun, daya beli juga turun," imbuhnya.

Ia menambahkan, terjadinya deflasi di bulan Juli menunjukkan bahwa daya beli masyarakat saat ini benar-benar turun.

Baca juga: Jika Terjadi Resesi Ekonomi, Berikut yang Dapat Dilakukan Masyarakat

Belum alami resesi

Menanggapi kemungkinan jatuhnya Indonesia ke jurang resesi, Enny mengatakan, untuk triwulan II 2020 ini Indonesia masih belum mengalami resesi.

"Karena triwulan I kan positif (pertumbuhan ekonomi), resesi kan kalau dua triwulan berturut-turut minus. Artinya, sampai triwulan II Indonesia dipastikan tidak resesi," kata Enny saat dihubungi Kompas.com, Selasa (4/8/2020).

Sehingga, Enny menyebut, kemungkinan resesi bisa terjadi di triwulan III. Namun, kemungkinan itu bisa dihindari bila upaya-upaya untuk mencegah itu dilakukan.

"Sementara ini kan masih ada dua bulan, triwulan III kan baru dimulai Juli. Kalau Agustus dan September ada perbaikan, upaya-upaya yang extra ordinary dan ekonomi kita membaik Indonesia tidak akan resesi. Itu secara teoritisnya, secara kalkulasinya," kata Enny.

Permasalahannya adalah, jika ingin menghindari terjadinya resesi pada triwulan III, otomatis kondisi ekonomi saat ini seharusnya sudah mulai ada perbaikan.

"Misalnya, daya beli sudah mulai meningkat, orang sudah mulai dapat bekerja dengan baik, dan seterusnya. Nah, itu kan nggak mungkin, karena apa? situasi Covid-19 ini masih fluktuatif," kata Enny.

Pendek kata, ia menilai di triwulan III pertumbuhan ekonomi Indonesia kemungkinan besar kembali minus, yang berarti jatuh ke jurang resesi.

Triwulan III

Namun, Enny mengatakan bahwa pembacaan kemungkinan resesi tidak hanya berhenti sampai di situ. Ia menilai orang-orang seringkali lupa untuk membaca lagi kemungkinan triwulan III minusnya lebih besar atau lebih kecil dibanding triwulan II.

"Peluang triwulan III positif itu kan optimis. Di tengah-tengah optimis itu kan realistis. Realistisnya itu, bisa minus tapi minusnya lebih kecil dari triwulan II," kata Enny.

Sementara jika dibaca secara pesimis, triwulan III akan mengalami kontraksi ekonomi yang lebih buruk dibanding triwulan II. Jika itu sampai terjadi, Enny mengatakan, Indonesia berpotensi menghadapi risiko resesi yang berkepanjangan.

Apalagi, bila kurva kasus Covid-19 belum kunjung landai. Ia mengatakan, inilah yang membedakan Indonesia dengan negara-negara lain yang saat ini mengalami resesi.

Baca juga: 6 Tanda Negara Alami Resesi Ekonomi, Bagaimana dengan Indonesia?

Prediksi pemerintah

Sebelumnya, dikutip dari Kompas.com (3/8/2020) Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 3,8 persen pada triwulan II 2020. Adapun pada triwulan III 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa minus 1 persen atau tumbuh 1,2 persen.

Itu pun, angka proyeksi triwulan II 2020 adalah versi sebelum Sri Mulyani di DPR mengoreksi sendiri perkiraannya.

Di depan DPR RI, Rabu (15/7/2020), dia menyebut realisasi kinerja ekonomi Indonesia pada triwulan II 2020 diperkirakan minus 3,5 persen sampai minus 5,1 persen, dengan nilai tengah minus 4,3 persen.

Apabila benar pertumbuhan ekonomi masih minus pada triwulan III 2020, ini adalah resesi pertama yang dialami Indonesia sejak 1998.

Adapun untuk triwulan IV 2020, Sri Mulyani memperkirakan ekonomi akan tumbuh 1,6 persen hingga 3 persen.

Sri Mulyani menuturkan, outlook ekonomi Indonesia bergantung pada kemampuan stimulasi pemulihan setelah terjadi kemerosotan tajam dalam aktivitas ekonomi.

Dalam kesempatan terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut, Indonesia masih akan mengalami resesi pada triwulan III 2020.

Dia menyebut, pertumbuhan ekonomi diproyeksi minus 3,4 persen pada triwulan II dan minus 1 persen pada triwulan III 2020.

Namun, Airlangga mengaku masih optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa menguat pada triwulan IV 2020, meski ada tanda resesi ekonomi pada triwulan III 2020. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2020 diperkirakan Airlangga mencapai 1,4 persen.

Dengan demikian, secara keseluruhan ekonomi nasional dia proyeksi ada di angka nol persen sepanjang 2020.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Resesi Ekonomi, Dampak, dan Penyebabnya...

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi