Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tentang Resesi Ekonomi dan yang Harus Dipersiapkan

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/ J.J GOUIN
Ilustrasi aneka headline pemberitaan terkait resesi ekonomi akibat Covid-19
Penulis: Jihad Akbar
|
Editor: Jihad Akbar

 

KOMPAS.com - Pandemi virus corona yang terjadi di seluruh dunia telah berdampak pada perekonomian, tak hanya pada kesehatan.

Sejumlah negara melaporkan adanya penurunan ekonomi, bahkan sebagian mengalami resesi.

Dilansir Forbes, 15 Juli 2020, resesi terjadi saat kegiatan ekonomi turun secara signifikan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Resesi dianggap sebagai bagian yang tak terhindarkan dari siklus perekonomian suatu negara.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejumlah ahli menyatakan ada sejumlah indikator suatu negara mengalami resesi.

Di antaranya adalah produk domestik bruto (PDB) negatif, jumlah pengangguran meningkat, penjualan ritel menurun, hingga manufaktur yang berkontraksi untuk periode waktu yang panjang.

Baca juga: Pengamat: Penanganan Covid-19 Jadi Kunci Hindari Resesi Ekonomi

7 negara alami resesi

Setidaknya, diberitakan Kompas.com, Minggu (2/8/2020), sudah ada tujuh negara yang mengalami resesi akibat pandemi Covid-19.

Pertama, Korea Selatan. Pada kuartal II tahun 2020, Korea Selatan mengalami penyusutan ekonomi sebesar 3,3 persen.

Kedua, Singapura. Ekonomi Singapura terjerumus dalam resesi parah di kuartal II 2020. Perekonomian Singapura minus hingga 41,2 persen.

Ketiga, Jerman. Pada kuartal I 2020, pertumbuhan ekonomi Jerman dilaporkan minus 2,2 persen.

Keempat, Amerika Serikat. Perekonomian di negara adidaya Amerika Serikat turut diterpa badai resesi. Pertumbuhan ekonomi AS minus 5 persen pada kuartal I 2020.

Kelima, Jepang. Pertumbuhan ekonomi Jepang dilaporkan minus 3,4 persen pada periode Januari-Maret 2020, dibandingkan periode yang sama tahun 2019.

Keenam, Prancis. Pada Maret 2020 kemarin, Prancis mengalami pertumbuhan ekonomi minus 5,8 persen.

Ketujuh, Italia. Pertumbuhan ekonomi Italia juga dilaporkan minus 4,7 persen pada Maret 2020.

Dampak resesi

Suatu negara yang mengalami resesi akan terguncang perekonomiannya, sebab ada dampak domino yang ditimbulkan.

Misalnya, investasi yang anjlok saat resesi akan secara otomatis membuat angka pemutusan hubungan kerja (PHK) naik signifikan dan menghilangkan sejumlah lapangan pekerjaan.

Produksi atas barang dan jasa pun merosot sehingga menurunkan PDB nasional. Apabila tidak segera diatasi, efek domino resesi akan menyebar ke berbagai sektor.

Efek yang bisa ditimbulkan selanjutnya adalah macetnya kredit perbankan hingga inflasi yang sulit dikendalikan atau sebaliknya terjadi deflasi.

Selain itu, juga akan berdampak pada neraca perdagangan yang minus dan berimbas langsung pada cadangan devisa.

Contoh kondisi nyata adalah banyak orang kehilangan rumah karena tak sanggup membayar cicilan, daya beli melemah, hingga banyak bisnis gulung tikar.

Baca juga: 6 Tanda Negara Alami Resesi Ekonomi, Bagaimana dengan Indonesia?

Yang harus dipersiapkan

Masyarakat di Indonesia pun harus bersiap apabila resesi menerpa Tanah Air. Terlebih, dikutip dari Kompas.com pada 24 Juli 2020, Indonesia juga terancam resesi karena pertumbuhan ekonominya diprediksi negatif pada kuartal II-2020.

Jika kondisi pertumbuhan ekonomi yang negatif ini berlangsung ke kuartal III-2020, maka sudah dipastikan Indonesia masuk jurang resesi.

Pakar Finansial Ahmad Gozali mengatakan dampak resesi ekonomi, terutama yang dirasakan masyarakat kelas bawah, adalah tingkat pengangguran yang bertambah.

"Produksi dalam negeri berkurang otomatis lapangan kerja juga berkurang. Hal ini menyebabkan naiknya angka kemiskinan," kata Gozali saat dihubungi Kompas.com, Selasa (4/8/2020).

Gozali menyebut ada beberapa hal yang secara umum bisa dipersiapkan untuk bertahan selama resesi.

Pertama, melindungi sumber penghasilan. Jika seorang karyawan maka disarankan tidak agresif pindah pekerjaan sebelum ada kepastian pekerjaan baru lebih stabil.

Baca juga: Sejarah Kelam Resesi Ekonomi Indonesia Tahun 1998

Sedangkan untuk pebisnis, Gozali mengatakan, sebaiknya dipertimbangkan ulang rencana ekspansi.

Kedua, memiliki dana cadangan. Ia mengatakan dana cadangan yang harus dipersiapkan sebaiknya tiga hingga 12 kali pengeluaran bulanan.

Ketiga, menahan pembelanjaan besar, terutama kredit. Rencana untuk kredit kendaraan hingga rumah menurutnya perlu dipertimbangkan lagi, apalagi jika harus mengusik dana cadangan.

Keempat, belanja rutin tetap dilakukan. Gozali menjelaskan, pembelajaan konsumsi rumah tangga ini harus tetap dilakukan karena menjadi faktor dominan untuk mendorong ekonomi dalam negeri.

Baca juga: Jika Terjadi Resesi Ekonomi, Berikut yang Dapat Dilakukan Masyarakat

Sumber: Kompas.com (Jawahir Gustav Rizal, Nur Fitriatus Shalihah, Ahmad Naufal Dzulfaroh, Yohana Artha Uly/Editor: Rizal Setyo Nugroho, Sari Hardiyanto, Bambang P. Jatmiko)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi